Tidak Dijual Lagi di Pasaran, Ini Efek Minuman Berkarbonasi
Halodoc, Jakarta - Salah satu brand minuman berkarbonasi yang berasal dari Amerika Serikat mulai menghilang di pasaran. Penyebab hilangnya minuman dengan kemasan biru dan merah tersebut adalah tidak dilanjutkannya kontrak penjualan dengan beberapa gerai supermarket dan restoran di Indonesia. Kontrak tersebut dikabarkan habis di bulan Oktober 2019 tanpa penjelasan lebih lanjut lagi.
Nah, jadi penggemar fast food seperti pizza, hamburger, dan lain-lain mesti merelakan kalau tidak lagi bisa mencicip minuman dari brand tersebut di Indonesia. Minuman berkarbonasi memang nikmat dan terasa menyegarkan sebagai pendamping makanan fast food. Tetapi, perlu kamu ketahui juga bahwa paduan makanan dan minuman tersebut bisa berdampak negatif jika dikonsumsi berlebihan, lho.
Baca juga: 8 Makanan yang Harus Dihindari Pengidap Gastritis
- Menganggu Sistem Pencernaan
Konsumsi minuman berkarbonasi dapat menimbulkan gas tambahan pada sistem pencernaan. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan pada perut akibat kembung dan banyak sendawa. Masalah pencernaan juga dapat timbul akibat konsumsi minuman ini secara berlebihan. Beberapa contoh masalah dan penyakit yang dapat terjadi adalah iritasi pada usus, diare dan sebagainya. Selain itu, pengidap gastritis juga seharusnya menghindari atau berhenti total mengonsumsi minuman berkarbonasi.
- Kerusakan pada Hati
Kandungan glukosa dan fruktosa yang tinggi pada minuman berkarbonasi dapat menimbulkan kerusakan organ hati. Hal ini disebabkan oleh kandungan fruktosa hanya dapat diproses oleh organ hati untuk dijadikan lemak, sementara kandungan fruktosa pada minuman berkarbonasi sangat tinggi. Hal ini tentu saja bisa memicu kerusakan serta munculnya penyakit pada hati akibat menumpuknya lemak.
Jika kamu merasakan rasa sakit atau nyeri pada bagian perut, segeralah bicara dengan dokter di Halodoc, sebelum gejala makin parah. Selain itu, penanganan yang segera mengurangi risiko gejala atau komplikasi yang lebih parah.
- Pemicu Diabetes
Minum satu kaleng soda atau minuman berkarbonasi rutin, meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan oleh kandungan gula yang tinggi pada minuman tersebut. Selain itu, ketika kandungan gula atau glukosa dalam tubuh tinggi akibat konsumsi makanan atau minuman tertentu secara berlebihan. Hal tersebut menyebabkan pankreas bekerja lebih keras karena harus produksi insulin dalam tubuh. Kondisi ini dikenal sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin sendiri adalah penyebab utama dibalik sindrom metabolik atau batu diabetes tipe 2. Selain itu, minum minuman berkarbonasi secara berlebihan juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
- Meningkatkan Risiko Obesitas
Mengonsumsi minuman berkarbonasi secara berlebihan sama saja menambah berat badan. Sebagai contohnya, satu kaleng soda berisi 350 mililiter mengandung kurang lebih 140 kalori. Jika disamakan dengan makanan, jumlah kalori satu kaleng soda tersebut sama dengan satu porsi nasi piring kecil. Para penikmat minuman berkarbonasi cenderung mengonsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan siap saji. Hal ini tentu saja meningkatkan risiko obesitas jika konsumsi dilakukan secara berlebihan.
- Membahayakan Ginjal
Konsumsi minuman berkarbonasi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Ini karena kandungan minuman yang terdiri dari asam fosfat, asam karbonat, pewarna dan pemanis buatan, serta kafein. Kandungan tersebut bersifat asam, sehingga dapat merusak dinding ginjal jika secara berlebihan dikonsumsi.
Baca juga: Benarkah Sering Minum Soda Bisa Terkena Penyakit Ginjal?
- Merusak Gigi
Selain dapat merusak ginjal, minuman berkarbonasi dapat merusak gigi. Hal ini disebabkan oleh kandungan asam fosfat dan asam karbonat. Asam fosfat dan asam karbonat dapat meningkatkan asam pada mulut. Akibatnya, gigi rentan membusuk jika konsumsi dilakukan secara berlebihan dan kurang memelihara kebersihan gigi. Selain itu, kandungan gula yang tinggi pada minuman berkarbonasi meningkatkan risiko kerusakan pada gigi. Kerusakan gigi yang paling umum karena minuman berkarbonasi adalah karang gigi, plak, serta gigi yang berlubang.
7. Dapat Merusak Tulang
Konsumsi minuman berkarbonasi secara berlebihan meningkatkan risiko kerusakan tulang. Hal ini disebabkan oleh penyerapan kalsium dapat terganggu akibat asam fosfat, asam karbonat, serta kafein yang terkandung dalam minuman tersebut. Jika penyerapan kalsium pada tulang terhambat, hal ini meningkatkan risiko berbagai macam gejala dan penyakit, seperti meningkatnya risiko terserang osteoporosis.
Baca juga: Osteoporosis di Usia Muda, Apa Sebabnya?
Berdasarkan dampak negatif yang dapat terjadi akibat konsumsi minuman berkarbonasi secara berlebihan, maka pola hidup sehat seharusnya mulai dilakukan. Konsumsi minuman berkarbonasi sebenarnya boleh boleh saja, asal tidak berlebihan dan dilakukan tidak dalam keadaan perut kosong. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?
Referensi:
Healthline.com. Diakses pada 2019. 13 Ways That Sugary Soda Is Bad for Your Health
Telegraph.co.uk. DIakses pada 2019. 11 reasons to renounce your fizzy drink habit
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan