Sulit Menelan Karena Disfagia, Ubah Kebiasaan Ini
Halodoc, Jakarta – Disfagia adalah gangguan menelan yang membuat pengidapnya kesulitan makan dan minum. Gejalanya berupa rasa nyeri saat menelan, makanan terasa tersangkut di tenggorokan, tersedak makanan atau minuman, dan air liur keluar terus-menerus. Kondisi ini membuat pengidap disfagia kehilangan berat badan, asam lambung meningkat, nyeri ulu hati, dan suara menjadi serak.
Baca Juga: Sulit Menelan? Kenali Gejala Disfagia
Disfagia bukan masalah kesehatan sepele. Jika dibiarkan tanpa penanganan, disfagia berpotensi menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti malnutrisi, dehidrasi, gangguan saraf seperti stroke, dan gangguan pernapasan, seperti ISPA atau pneumonia.
Atasi Disfagia dengan Mengubah Kebiasaan Ini
Meski bisa terjadi pada siapa saja, disfagia rentan terjadi pada orang berusia lanjut. Apabila kamu mengalami gejala sulit menelan, coba ubah beberapa kebiasaan berikut.
1. Berhenti Merokok
Merokok terbukti membahayakan kesehatan. Itu mengapa pemerintah gencar melakukan kampanye berhenti merokok. Pasalnya rokok mengandung banyak zat berbahaya dan beracun yang bisa merusak organ maupun jaringan tubuh, salah satunya menyebabkan iritasi pada jaringan epitel esofagus.
Kondisi ini menyebabkan gangguan menelan yang jika dibiarkan, bisa berkembang menjadi kanker esofagus. Selain berhenti merokok, pengidap disfagia yang sering konsumsi alkohol dan kafein dianjurkan untuk membatasi konsumsinya.
2. Ubah Kebiasaan Makan
Disfagia bisa terjadi akibat pola makan yang buruk, misalnya makan terlalu cepat. Kebiasaan ini membuat makanan yang dikonsumsi belum tercacah dengan sempurna, sehingga rentan tersangkut di tenggorokan. Kebiasaan buruk lainnya adalah makan sambil tidur. Maka itu, kamu dianjurkan untuk makan secara perlahan agar makanan tercacah sempurna sebelum masuk ke kerongkongan. Sebaiknya makan dalam posisi duduk dan segera minum air putih untuk membantu proses menelan makanan.
Baca Juga: Bukan Hanya Sulit Menelan, Disfagia Juga Sebabkan Kekurangan Nutrisi
Apabila perubahan kebiasaan di atas belum mampu mengatasi disfagia, berikut pilihan pengobatan yang bisa dijalani.
-
Terapi menelan. Biasanya dilakukan oleh ahli terapi bicara dan bahasa. Pengidap disfagia akan diajari cara menelan dengan teknik baru. Terapi ini berfungsi untuk membantu meningkatkan fungsi otot dan respons tubuh saat menelan.
-
Konsumsi obat, seperti proton pump inhibitor (PPI), untuk membantu menurunkan produksi asam lambung. Konsumsi obat dianjurkan jika disfagia berkaitan dengan penyakit GERD.
-
Botox, dilakukan bila disfagia terjadi akibat otot-otot di kerongkongan kaku dan menyulitkan proses menelan makanan atau minuman. Racun botulinum yang disuntikkan ke dalam tubuh bisa melumpuhkan otot yang kaku sehingga mengurangi penyempitan. Namun, efek botox hanya bertahan selama enam bulan.
-
Dilatasi endoskopi. Dipakai untuk mengobati disfagia yang disebabkan karena penyumbatan di kerongkongan. Endoskop dengan balon khusus dimasukkan untuk meregangkan kerongkongan.
-
Memasukkan stent. Disarankan bila kanker esofagus tidak bisa diangkat. Secara bertahap, stent membuat semacam lorong yang cukup lebar agar kerongkongan bisa dilewati makanan. Agar stent terbuka tanpa sumbatan, biasanya kamu dianjurkan menjalani diet khusus.
Baca Juga: Sulit Menelan Akibat Disfagia, Bisakah Disembuhkan?
Itulah kebiasaan yang perlu diubah untuk mengatasi disfagia. Kalau kamu punya keluhan menelan, jangan ragu berbicara dengan dokter Halodoc. Kamu bisa menggunakan fitur Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!