Kenali Sindrom Tourette, Penyakit yang Sebabkan Kelainan Vokal dan Motorik
Halodoc, Jakarta – Sindrom Tourette ditandai dengan pergerakan anggota tubuh yang tak terkendali. Pengidapnya akan melakukan gerakan atau ucapan berulang yang tak disengaja dan di luar kendali atau disebut dengan kondisi tic. Sindrom ini umumnya dimulai pada usia 2 - 15 tahun dan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.
Kenali Fakta tentang Sindrom Tourette Berikut Ini
Tic sebenarnya kondisi yang umum terjadi pada anak-anak dan bisa hilang seiring tumbuh kembangnya. Namun pada anak dengan sindrom Tourette, tic berlangsung lebih dari satu tahun dan muncul dalam berbagai macam perilaku. Simak fakta lain tentang sindrom Tourette berikut ini, yuk.
1. Penyebab Sindrom Tourette Belum Diketahui Secara Pasti
Meski belum diketahui secara pasti, para ahli menduga sindrom Tourette disebabkan oleh:
-
Kelainan sistem saraf otak, termasuk pada struktur, fungsi, atau zat kimia yang bertugas menghantarkan impuls saraf.
-
Faktor genetik. Studi menyebut riwayat keluarga dengan sindrom Tourette berisiko lebih besar memiliki anak dengan sindrom yang sama.
-
Faktor lingkungan, yakni berupa stres jangka panjang yang dialami ibu selama masa kehamilan dan proses persalinan. Penyebab lainnya adalah kelainan bawaan lahir yang dimiliki bayi dan infeksi kuman Streptococcus pada anak.
2. Terdapat Dua Jenis Kondisi Tic
-
Motor tics, yakni gerakan sama yang terjadi berulang. Kondisi ini bisa melibatkan kelompok otot dalam jumlah terbatas (simple tics) maupun beberapa otot sekaligus (complex tics). Gerakan simple tics terdiri dari gerakan berkedip, mengangguk, menggeleng dan menggerakkan mulut. Sedangkan complex tics berupa gerakan menyentuh atau mencium suatu benda, meniru pergerakan suatu benda, melompat, menekuk atau memutar badan, serta melangkah dalam pola tertentu.
-
Vocal tics, gerakan membuat suara secara berulang. Simple tics berupa gerakan batuk, berdeham, dan membuat suara menyerupai binatang. Sementara complex tics berupa gerakan mengulang perkataan sendiri maupun orang lain, serta mengucapkan kata-kata kasar.
3. Obati Sindrom Tourette Jika Gejalanya Mulai Mengganggu
Pada kasus yang ringan, sindrom Tourette tidak memerlukan pengobatan medis. Namun jika gejala yang dialami cukup parah dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, pengidap sindrom ini perlu mendapat pengobatan berupa:
-
Terapi perilaku kognitif, bertujuan untuk meringankan gejala dari ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), OCD (Obsessive-Compulsive Disorder), dan depresi. Metode yang digunakan bisa berupa hipnosis, meditasi, dan relaksasi.
-
Konsumsi obat-obatan, seperti obat antipsikotik, antidepresan, suntik botox, dan obat antikonvulsan.
-
DBS atau deep brain stimulation. Tujuannya untuk merangsang reaksi otak menggunakan elektroda yang ditanam ke dalam otak pasien. Prosedur ini hanya direkomendasikan jika pengobatan lain belum berhasil mengobati sindrom Tourette.
4. Bantu Pengidap Sindrom Tourette Mengembalikan Kepercayaan Dirinya
Jangan menjauhi teman atau anggota keluarga dengan sindrom Tourette. Sebaliknya, jadilah pendukung yang baik bagi pengidap sindrom Tourette dengan memupuk rasa percaya dirinya. Yakinkan pengidap sindrom Tourette bahwa ia tetap bisa beraktivitas normal dan mengembangkan minat bakatnya.
Itulah fakta tentang sindrom Tourette yang perlu diketahui. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar sindrom Tourette, tanya dokter Halodoc untuk mendapat jawaban terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Baca Juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan