Si Kecil Telat Vaksinasi DPT, Berisiko Terkena Difteri?
Halodoc, Jakarta – Vaksin DPT adalah satu-satunya vaksin untuk mencegah difteri, dan langkah yang harus diambil agar tidak tertular dan terserang penyakit ini. Difteri merupakan penyakit yang terjadi karena adanya infeksi di selaput lendir hidung dan tenggorokan. Kabar buruknya, penyakit ini bisa sangat menular dan memicu dampak yang bisa berbahaya. Bakteri yang menginfeksi dan memicu penyakit ini bernama corynebacterium diphtheriae.
Pemberian vaksin pada tubuh bertujuan untuk membantu membangun dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu. Vaksin DPT berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan batuk rejan. Rata-rata orang yang telah mendapatkan vaksin ini akan memiliki kadar protektif antibodi lebih baik terhadap penyakit. Dengan kata lain, tubuh akan memiliki “kekuatan” untuk melawan penyakit tertentu.
Pemberian vaksin difteri bisa menjadi perlindungan terbaik dari serangan penyakit tersebut. Karena itu, vaksin difteri sama sekali tidak boleh disepelekan.
Semua orang bisa terserang penyakit ini, namun risiko difteri meningkat pada anak-anak, terutama yang belum pernah mendapatkan vaksin DPT. Dengan kata lain, Si Kecil yang telat diberi vaksin DPT memiliki risiko lebih tinggi terserang penyakit difteri.
Perlu diketahui, DPT adalah satu-satunya jenis imunisasi wajib untuk mencegah penularan penyakit difteri. Selain yang tidak mendapat vaksin DPT, risiko penyakit ini juga cukup tinggi pada orang yang tidak mendapat vaksin dengan lengkap.
Difteri karena vaksin yang tidak lengkap biasanya terjadi pada orang dewasa. Difteri sebenarnya juga bisa menyerang orang yang sudah pernah mendapatkan vaksin. Sebab, kekebalan terhadap difteri tidak berlangsung seumur hidup. Maka dari itu, untuk tetap menjaga tubuh dari bakteri penyebab penyakit, sebaiknya rutin lakukan vaksin ulang setiap 10 tahun seumur hidup.
Baca juga: Ini Waktu yang Tepat Beri Anak Vaksin Difteri
Mengenal Difteri dan Bahaya yang Harus Diwaspadai
Secara umum, kondisi ini sering ditandai dengan rasa sakit di tenggorokan, demam, lemas hingga membengkaknya kelenjar getah bening. Penyakit difteri memiliki gejala khas, yaitu munculnya selaput berwarna putih keabuan di belakang tenggorokan. Selaput putih yang muncul karena penyakit ini disebut pseudomembran, dan bisa berdarah jika dikelupas.
Munculnya selaput ini bisa menyebabkan pengidap difteri mengalami kesulitan dalam menelan. Bahkan, kondisi ini bisa dibarengi dengan pembesaran kelenjar getah bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher yang disebut bullneck.
Baca juga: Perlukah Vaksinasi Difteri Ulang Saat Dewasa?
Difteri merupakan jenis penyakit yang sangat mudah menular. Salah satu media penularan bakteri ini adalah melalui udara, yaitu saat pengidap difteri batuk atau bersin. Selain itu, interaksi langsung dengan luka akibat difteri juga dapat menularkan virus.
Kabar buruknya, penyakit ini termasuk mematikan karena dapat menyebabkan infeksi nasofaring yang bisa berdampak kesulitan bernapas dan menyebabkan kematian.
Difteri juga bisa menyebabkan komplikasi yang serius. Bakteri penyebab penyakit ini bekerja dengan cara membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan dengan racun yang ia hasilkan. Sel-sel tersebut kemudian mati dan membentuk lapisan abu-abu pada tenggorokan. Racun dari bakteri juga bisa menyebar ke aliran darah dan merusak organ lain, seperti jantung, ginjal, dan sistem saraf menjadi rusak.
Baca juga: Ini Alasan Mengapa Difteri Mematikan
Agar tak terlambat, penting untuk memastikan bahwa Si Kecil dan keluarga sudah menerima vaksin DPT, sehingga terhindar dari risiko difteri. Kenali gejala-gejalanya dan segera ke rumah sakit jika menemukan tanda seperti rasa nyeri di tenggorokan dan demam. Kalau ragu dan butuh saran dokter, kamu bisa membicarakan gejala awal dengan dokter di aplikasi Halodoc. Berbicara dengan dokter sangat mudah melalui Voice/Video Call dan Chat. Kamu juga bisa membeli produk kesehatan di Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!