Semua Orang Berisiko, Siapa yang Lebih Rentan Tertular Hepatitis E?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   05 Maret 2019
Semua Orang Berisiko, Siapa yang Lebih Rentan Tertular Hepatitis E?Semua Orang Berisiko, Siapa yang Lebih Rentan Tertular Hepatitis E?

Halodoc, Jakarta - Hepatitis banyak jenisnya dan salah satu yang terjadi akibat infeksi virus HEV adalah hepatitis E. Infeksi virus ini menyebabkan gangguan hati serius hingga menyebabkan kematian yang penyebaran terjadi saat seseorang konsumsi air yang terkontaminasi virus HEV.

Selain itu, hepatitis E ditularkan melalui transfusi darah, ibu hamil ke janin, menular dari makanan atau minuman, menular secara fecal oral, serta hewan yang terinfeksi virus HEV. Meski bisa menyerang siapa saja, terdapat faktor yang menyebabkan seseorang lebih rentan terkena penyakit hepatitis E, yaitu:

  • Kurang menjaga kebersihan pribadi sehingga virus hepatitis E mudah menyerang.

  • Mereka yang kerap melakukan hubungan intim tidak aman (tanpa kondom) baik itu secara anal, oral, atau vaginal. Mereka yang kerap berganti pasangan rentan terinfeksi penyakit ini.

  • Tinggal dengan seseorang yang mengidap infeksi HEV kronis.

  • Berkunjung ke wilayah dengan tingkat infeksi HEV yang tinggi.

Kebanyakan orang yang terinfeksi HEV sewaktu dewasa bisa pulih sepenuhnya dengan sedikit komplikasi. Pada kasus yang langka, infeksi hepatitis E menyebabkan gagal hati yang membahayakan nyawa. Salah satu kondisi yang paling fatal ini terjadi pada ibu hamil. Selain itu, risiko semakin tinggi jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah akibat penyakit tertentu atau hal lain.

Gejala Hepatitis E

Gejala tidak langsung muncul, gejala baru muncul sekitar 2 sampai 7 minggu setelah terpapar virus, dan berlangsung selama sekitar 2 bulan. Gejala hepatitis E yang umum, meliputi:

  • Menguningnya warna kulit dan mata (jaundice).

  • Warna urine yang gelap seperti teh.

  • Nyeri sendi.

  • Hilang nafsu makan.

  • Nyeri perut.

  • Pembengkakan hati.

  • Gagal hati akut.

  • Mual.

  • Muntah.

  • Kelelahan.

  • Demam.

Baca Juga: Hepatitis E Bisa Ditularkan Tikus pada Manusia

Pencegahan dan Pengobatan Hepatitis E

Penyakit ini dapat semakin parah jika tidak segera ditangani. Salah satu langkah yang tepat dilakukan adalah beristirahat di rumah sampai energi kembali. Begitu kamu merasakan gejala, segera periksakan diri ke dokter dan jika merasa lebih baik, jangan terburu-buru untuk kembali ke rutinitas.

Jika kamu mencoba untuk kembali aktif dengan cepat, kondisi bisa kembali kambuh. Ini beberapa kiat mencegah hepatitis E antara lain:

  • Minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi. Pilih cairan tinggi kalori seperti jus buah dan sup kaldu.

  • Jalani diet sehat, hindari beberapa makanan tertentu.

  • Jangan minum alkohol atau menggunakan narkoba, keduanya dapat merusak hati.

Sementara untuk mengobati hepatitis E terdapat beberapa cara, yaitu:

  • Terapi Imunosupresi. Terapi ini bisa mengurangi virus hingga 30 persen. Sementara untuk penderita yang virusnya tidak berkurang setelah menggunakan imunosupresi, dianjurkan untuk menggunakan terapi antivirus. Monoterapi ribavirin (600-1000 mg/hari) untuk minimal 3 bulan akan diresepkan sebagai pilihan pertama.

  • Transplantasi hati. Penderita yang terinfeksi HEV kronis dan yang menjalani transplantasi hati biasanya dianjurkan terapi interferon alfa pegilasi untuk 3-12 bulan. Namun, pengobatan ini memicu efek samping yang signifikan dan penolakan organ pada penerima transplan, terutama cangkok jantung atau ginjal.

Baca Juga: 5 Fakta Penting Tentang Hepatitis E

Nah, itu ulasan tentang risiko yang bisa ditimbulkan oleh hepatitis E yang perlu diketahui. Jadi, jangan abaikan gejala sekecil apa pun pada tubuhmu, meski terdengarnya adalah penyakit sepele. Kamu juga bisa bertanya langsung pada dokter tentang segala masalah kesehatan melalui aplikasi Halodoc. Aplikasi ini sudah tersedia dan bisa kamu download melalui Play Store dan App Store. Tak hanya itu, aplikasi Halodoc bisa kamu pakai untuk beli obat dan cek lab tanpa perlu keluar rumah.