Selalu Cemas, Kenali 3 Jenis Gejala Agoraphobia
Halodoc, Jakarta - Seseorang yang mengalami agoraphobia kerap kali merasa tidak aman jika berada di tempat umum. Terutama, ketika ia berada di tempat banyak orang berkumpul. Ketakutan tersebut bisa muncul sangat kuat, sehingga membuatnya terjebak di rumah dan tidak berani keluar.
Hingga saat ini penyebab agoraphobia belum diketahui secara pasti. Kemungkinan hal ini bersifat genetik, dan lebih cenderung dialami seseorang yang memiliki anggota keluarga yang juga mempunyai riwayat serangan panik.
Meskipun jarang terjadi, agoraphobia bisa saja terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat serangan panik. Gejala pada agoraphobia dibagi menjadi tiga, yaitu gejala fisik, perilaku, dan kognitif. Berikut penjelasannya:
-
Gejala Fisik
Gejala ini biasanya hanya muncul ketika pengidap berada dalam situasi atau lingkungan yang memicu rasa cemas. Gejala fisik agoraphobia di antaranya adalah detak jantuk dan napas menjadi lebih cepat, merasa panas, dan berkeringat, merasa tidak sehat, nyeri dada, kesulitan menelan, diare, gemetar, pusing, tinnitus, dan merasa ingin pingsan.
Baca juga: Kecemasan Anak Diwarisi Orangtua, Kok Bisa?
-
Gejala Kognitif
Gejala ini ditandai dengan perasaan atau pikiran pengidap yang dapat berhubungan dengan gejala fisiknya. Beberapa gejala kognitif agoraphobia adalah perasaan takut bahwa serangan panik yang dialami akan mengancam nyawa dan membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Jika terjadi serangan panik, pengidap merasa bahwa dia tidak dapat pergi dari situasi tersebut. Pengidap juga merasa takut akan kehilangan kewarasan, kontrol diri, hingga menjadi pusat perhatian orang disekelilingnya.
-
Gejala Perilaku
Gejala ini ditunjukkan dengan menghindari situasi yang rawan menimbulkan serangan panik, seperti berada di dalam transportasi umum, antrian, atau dalam keramaian. Pengidap juga menghindar untuk keluar rumah atau tidak dapat meninggalkan rumah dalam waktu lama. Pengidap pun membutuhkan orang yang dipercaya untuk menemaninya pergi ke mana pun.
Baca juga: Harus Tahu 6 Tanda Kecemasan pada Anak
Setelah mengetahui adanya gejala gangguan agoraphobia, sebaiknya kamu segera mengatasinya. Pemberian obat dan psikoterapi merupakan langkah penanganan agoraphobia. Umumnya, dokter akan memberikan obat golongan antidepresan atau obat untuk mengatasi rasa cemas.
Obat antidepresan yang diberikan dokter untuk kondisi ini umumnya mengandung hormon serotonin untuk merangsang perasaan bahagia dan suasana hati positif. Di antaranya adalah obat antidepresan jenis sertraline dan fluoxetine. Di samping itu, obat untuk mengatasi gangguan cemas seperti benzodiazepin merupakan obat penenang yang digunakan hanya sementara waktu demi meredakan gejala.
Efek samping dari mengonsumsi kedua obat tersebut berupa sensasi fisik yang tidak nyaman atau bahkan gejala serangan panik lainnya. Jadi, sebaiknya pastikan kamu hanya mengonsumsi obat jika direkomendasikan oleh dokter.
Baca juga: 5 Tanda Anxiety Disorder yang Perlu Diketahui
Penanganan lainnya yang bisa menjadi pilihan adalah bantuan psikiater untuk memulihkan kondisi mental pengidap. Psikoterapi bertujuan untuk menguasai kemampuan dasar demi mengatasi gejala kecemasan.
Selain psikoterapi, terapi perilaku kognitif juga dapat dilakukan. Perawatan ini mampu mengajarkan pengidap agoraphobia mengenai pola pikir dan cara memahami situasi yang mampu memicu cemas dan panik. Sehingga, pengidap dapat mewaspadai dan menghindari, atau mengurangi keluhan yang muncul. Terapi perilaku kognitif memerlukan sekitar 10-20 kali sesi pertemuan.
Selain itu, sejumlah tips dapat dilakukan untuk mengatasi agoraphobia, yaitu melalui perubahan pola hidup. Lakukan olahraga yang menjadi hobi kamu secara rutin sebagai salah satu cara meredakan stres dan meningkatkan suasana hati positif. Selain itu, jangan lupa untuk mengonsumsi makanan sehat, seperti sayur dan buah. Hal yang tidak kalah penting adalah mencukupi istirahat, memperbaiki pola pikir, serta dukungan moral dari keluarga dan kerabat terdekat.
Itulah yang perlu kamu ketahui tentang agoraphobia. Agar penanganan tepat sasaran, kamu bisa mendiskusikan berbagai masalah kesehatan dengan dokter, psikolog, atau psikiater melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter, psikolog, atau psikiarer di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dapat diterima secara praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!