Sakit Kepala Cluster adalah Penyakit Genetik, Benarkah?

Ditinjau oleh  dr. Fitrina Aprilia   06 September 2019
Sakit Kepala Cluster adalah Penyakit Genetik, Benarkah?Sakit Kepala Cluster adalah Penyakit Genetik, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Sakit kepala cluster alias cluster headache merupakan jenis penyakit yang ditandai dengan gejala sakit kepala secara berulang. Nyeri pada kepala biasanya muncul dalam satu siklus atau pola tertentu.  Sakit kepala yang menjadi tanda penyakit ini bisa sangat berat, bahkan bisa membangunkan pengidapnya dari tidur di malam hari. Kondisi ini menyebabkan nyeri yang hebat pada salah satu mata. 

Gangguan kesehatan ini sering disalahartikan sebagai penyakit musiman, sebab sering muncul secara rutin pada periode tertentu. Gejala penyakit ini juga sering dianggap sebagai gejala alergi atau depresi. Dalam satu periode atau siklus, sakit kepala bisa terjadi setiap minggu atau satu bulan. Pada waktu tertentu, gejala dan rasa nyeri akan mulai hilang bahkan berhenti. Sebenarnya, apa yang menjadi penyebab sakit kepala ini bisa terjadi? Benarkah faktor genetik berpengaruh? 

Baca juga: Lakukan ini untuk Redakan Gejala Sakit Kepala Cluster

Faktor yang Meningkatkan Risiko Sakit Kepala Cluster 

Penyakit ini ditandai dengan munculnya sakit kepala pada periode tertentu. Pada dasarnya, sakit kepala cluster dibagi menjadi dua jenis, yaitu sakit kepala episodik dan sakit kepala kronis. Pada sakit kepala cluster episodik, gejala terjadi 1–2 kali dalam jangka waktu 7 hari hingga satu tahun dengan periode bebas sakit kepala alias remisi minimal 1 bulan. Sedangkan pada sakit kepala cluster kronis, sakit kepala akan terjadi lebih sering tanpa ada periode remisi. Kalaupun ada, periode remisi umumnya kurang dari 1 bulan. 

Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab utama penyakit ini menyerang. Namun, ada beberapa faktor risiko yang disebut bisa meningkatkan risiko sakit kepala cluster. Ternyata, faktor genetik atau riwayat keluarga menjadi salah satu faktor risiko sakit kepala cluster. Seseorang disebut berisiko mengalami sakit kepala cluster jika ada anggota keluarganya mengalami penyakit yang sama. 

Baca juga: Waspada, Ini Gejala Sakit Kepala Cluster yang Dapat Terjadi

Meski begitu, sakit kepala cluster jarang terjadi pada orang yang tidak memiliki faktor risiko. Penyakit ini berlangsung seumur hidup namun jarang bersifat fatal. Meski begitu, tetap perlu mendapat penanganan medis untuk menurunkan intensitas nyeri, memperpendek lamanya nyeri berlangsung, serta menurunkan frekuensi munculnya sakit kepala. 

Jika dilihat dari siklus munculnya nyeri, sakit kepala cluster diduga terjadi karena gangguan pada jam biologis yang diatur hipotalamus. Gangguan pada sistem ini akan menyebabkan bagian tersebut mengaktifkan rangsangan ke saraf trigeminus hingga menyebabkan munculnya rasa panas dan nyeri di bagian wajah dan sekitar mata. Selain riwayat keluarga atau faktor genetik, ada berbagai faktor lain yang disebut bisa meningkatkan risiko sakit kepala cluster. Di antaranya: 

  1. Berjenis kelamin pria, sebab pria disebut lebih rentan mengalami sakit kepala cluster dibanding perempuan. 

  2. Faktor usia, penyakit ini sebenarnya bisa terjadi pada usia berapa saja. Namun, risikonya menjadi lebih tinggi pada orang yang berusia 20–50 tahun. 

  3. Kebiasaan merokok juga bisa meningkatkan risiko sakit kepala cluster. 

  4. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebih juga bisa meningkatkan risiko gejala sakit kepala cluster muncul. 

Baca juga: Ketahui Pemeriksaan untuk Diagnosis Sakit Kepala Cluster

Cari tahu lebih lanjut seputar sakit kepala cluster dengan bertanya kapan dan di mana saja  kepada dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Cluster Headache.
Medscape. Diakses pada 2019. Cluster Headache.
WebMD. Diakses pada  2019. Cluster Headache.