Ramai Isu Pencurian Organ, Bagaimana Sebenarnya Prosedur Transplantasi Ginjal?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   13 September 2022
Ramai Isu Pencurian Organ, Bagaimana Sebenarnya Prosedur Transplantasi Ginjal?Ramai Isu Pencurian Organ, Bagaimana Sebenarnya Prosedur Transplantasi Ginjal?

"Ginjal untuk transplantasi bisa didapatkan dari pendonor yang masih hidup, seperti keluarga, teman, atau siapa saja yang bersedia memberikan satu ginjal di dalam tubuhnya. Ginjal juga bisa didapatkan dari orang yang baru meninggal yang sudah mewariskan organ tubuhnya untuk kepentingan medis."

Halodoc, Jakarta – Belum lama ini, sebuah video tentang percobaan pembiusan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta sedang viral di media sosial. Awalnya, pelaku diduga memiliki motivasi pencurian organ, namun setelah diselidiki lebih lanjut ternyata hal itu tidaklah benar. Meski demikian, masyarakat sempat dikhawatirkan akan beredarnya lagi kasus pencurian organ.

Nyatanya, kasus pencurian organ sudah terjadi sejak lama dan tidak hanya di Indonesia saja, namun juga di beberapa negara lainnya.

Tujuan pencurian organ biasanya untuk diperjualbelikan untuk kebutuhan transplantasi organ orang yang sakit. Salah satu organ tubuh yang sering dicuri atau diperjualbelikan adalah ginjal. Tapi, apakah transplantasi organ bisa dilakukan semudah itu? Biar lebih jelas, ketahui prosedur transplantasi ginjal di sini.

Bagaimana Prosedur Transplantasi Ginjal Dilakukan?

Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal merupakan tindakan medis yang digunakan untuk menangani kondisi ginjal yang sudah tidak berfungsi dengan baik lagi atau biasa disebut gagal ginjal. Melalui metode ini, dokter akan melakukan pembedahan untuk mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal sehat dari pendonor. Lantas, bagaimana cara mendapatkan ginjal tersebut?

Ginjal untuk transplantasi bisa didapatkan dari pendonor yang masih hidup, seperti keluarga, teman, atau siapa saja yang bersedia memberikan satu ginjal di dalam tubuhnya. Ginjal juga bisa didapatkan dari orang yang baru meninggal yang sudah mewariskan organ tubuhnya untuk kepentingan medis. Kebanyakan kasus donor ginjal berasal dari mereka.

Setelah donor ginjal didapatkan, pengidap akan menjalani sejumlah tes untuk memastikan bahwa ginjal tersebut cocok dengan golongan darah dan jaringan tubuhnya. Ini karena ada kemungkinan tubuh pengidap menolak ginjal tersebut.

Setelah ginjal dinyatakan cocok dengan tubuh pengidap, pengidap bisa langsung menjalani operasi transplantasi. Operasi ini biasanya memakan waktu sekitar tiga sampai empat jam. Selama operasi, pengidap akan dibius total, sehingga tidak merasakan sakit. Dokter bedah beserta timnya akan memulai operasi dengan membuat sayatan lalu menempatkan ginjal baru di bagian bawah perut pengidap. Ginjal pengidap tidak akan dipindahkan, kecuali ginjal lama pengidap menimbulkan komplikasi, seperti batu ginjal, tekanan darah tinggi, kanker ginjal atau infeksi, maka dokter akan mengangkat ginjal tersebut dari tubuh.

Setelah itu, dokter dan tim akan menyambungkan pembuluh darah dari ginjal baru ke pembuluh darah di bagian bawah perut dan menghubungkan ureter (saluran yang menghubungkan ginjal ke kandung kemih) dari ginjal baru ke kandung kemih pengidap. Biasanya, ginjal yang baru sudah bisa menjalankan fungsinya segera setelah darah mengalir ke organ tersebut. Tapi, pada beberapa kasus, ginjal membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan urine. Sementara menunggu ginjal baru berfungsi dengan normal, pengidap bisa melakukan cuci darah dan mengonsumsi obat-obatan untuk membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dari dalam tubuh.

Risiko Transplantasi Ginjal

Setiap tindakan operasi pasti memiliki risiko komplikasi, begitu juga dengan transplantasi ginjal. Risiko komplikasi transplantasi ginjal ada yang bersifat jangka panjang dan jangka pendek. Risiko komplikasi jangka pendek, antara lain infeksi, penyempitan arteri, penggumpalan darah, tersumbatnya ureter, sehingga urine tidak bisa mengalir ke kandung kemih, kebocoran urine, penolakan tubuh terhadap ginjal baru, serangan jantung, dan bahkan kematian.

Sedangkan risiko komplikasi jangka panjangnya, adalah pengidap harus mengonsumsi obat imunosupresan yang berfungsi untuk mencegah tubuh menolak ginjal baru. Konsumsinya bukan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan saja, melainkan seumur hidup.

Obat imunosupresan ini juga menimbulkan banyak efek samping, yaitu jerawat, diare, sakit perut, gusi bengkak, berat badan meningkat, osteoporosis, diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, kerontokan rambut yang parah atau pertumbuhan rambut yang berlebihan, sistem imun menurun, dan meningkatkan risiko kanker (terutama kanker kulit).

Jadi, prosedur transplantasi ginjal tidaklah semudah yang dibayangkan. Kamu yang akan menjalankan transplantasi ginjal pun perlu menjaga kesehatan dan menghindari sejumlah pantangan. Jika kamu ingin mengetahui lebih lanjut seputar transplantasi ginjal, tanyakan saja langsung ke ahlinya dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Lewat aplikasi Halodoc, kamu juga bisa buat janji pemeriksaan ke rumah sakit.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Kidney Transplant.
U.S. National Kidney Foundation. Diakses pada 2022. 20 Common Questions about Kidney Transplant.
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. Kidney Transplant.