Radiologi Kedokteran Nuklir, Apa Itu?
Halodoc, Jakarta - Mendengar kata ‘nuklir’ mungkin yang pertama terlintas di pikiran adalah bom yang menyeramkan. Namun, siapa sangka jika energi yang kerap digunakan sebagai senjata perang ini juga memiliki manfaat dalam dunia medis? Adalah radiologi kedokteran nuklir, salah satu bidang radiologi yang memanfaatkan tenaga nuklir sebagai pengobatan penyakit kanker. Pengobatan ini juga populer dengan nama terapi nuklir atau radionuklir.
Secara singkat, terapi radionuklir dijelaskan sebagai prosedur medis yang melibatkan panas dari tenaga nuklir, untuk diagnosis pencitraan dan terapi penyakit. Terapi ini menggabungkan 2 konsep teknologi, yaitu radiologi dan tenaga nuklir.
Radiologi adalah prosedur medis untuk memindai bagian dalam tubuh menggunakan pancaran atau radiasi gelombang (baik gelombang elektromagnetik, gelombang suara, maupun gelombang sangat tinggi ultrasonik). Sementara itu, tenaga nuklir merupakan panas yang dihasilkan dari reaksi pemecahan atom nuklir.
Baca juga: 5 Jenis Kanker yang Bisa Dideteksi dengan Teknologi Nuklir
Dalam praktiknya pada pengobatan kanker, radiologi berperan untuk mencari dan memetakan lokasi keberadaan sel kanker dan penyebarannya. Sementara panas dari nuklir berperan sebagai penghantar zat obat untuk membunuh sel-sel kanker pada area target yang spesifik.
Bagaimana Prosedurnya?
Sebelum menjalani terapi, pasien akan menjalani pencitraan tubuh untuk mendeteksi keberadaan atau lokasi sel kanker dan kemungkinan metastasisnya. Kemudian dokter akan mempersiapkan jenis dan dosis obat radioisotop (sejenis obat yang mengandung senyawa radioaktif), yang disesuaikan dengan kondisi fisik pasien.
Setelah dinyatakan siap, obat tersebut kemudian akan disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah. Dalam beberapa menit, obat ini akan bergerak menuju lokasi sel kanker yang sudah ditargetkan. Terapi ini biasanya hanya berlangsung beberapa menit, dan sama sekali tidak menyakitkan.
Selama menerima terapi, peserta akan diisolasi di ruangan khusus dan menjalani rawat inap di rumah sakit sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar sampai kadar bahan radioaktif berada di bawah batas wajar (tidak berbahaya). Selama perawatan, peserta mungkin harus memakai masker atau perlengkapan pelindung lainnya yang akan menghalangi radiasi memengaruhi bagian tubuh lainnya.
Baca juga: Benarkah Teknologi Pemindaian Berbasis Nuklir Lebih Akurat?
Namun, bahan radiasi tersebut sebenarnya akan secara alami dikeluarkan melalui keringat, urine, maupun feses. Itu sebabnya peserta juga akan disarankan untuk memperbanyak asupan cairan selama sedang menjalani terapi radionuklir.
Apakah Lebih Efektif dari Kemoterapi?
Sebenarnya, terapi kemoterapi dan radionuklir bekerja dengan cara berbeda. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat khusus yang dirancang untuk membidik dan membunuh sel kanker yang membelah dengan cepat. Namun, obat ini juga bisa membunuh sel tubuh yang sehat dan normal. Itulah sebabnya kemoterapi dapat memunculkan banyak efek samping, seperti kerontokan rambut dan gangguan pencernaan.
Sementara itu, radiasi panas nuklir dalam terapi radionuklir dapat ditargetkan khusus untuk menyasar area yang lebih spesifik. Jadi, dosis obat yang digunakan pun dapat langsung menghancurkan sel kanker dan metastasisnya, tanpa merusak jaringan sehat dan normal di sekitarnya. Selain itu, terapi ini terbilang efektif untuk mencapai semua sel tumor ganas di mana pun sel tersebut terlokalisir.
Baca juga: Apakah Aman Menangani Kanker dengan Kedokteran Nuklir?
Pada intinya, setiap pengobatan kanker memiliki manfaat dan risikonya masing-masing. Diskusikanlah dengan dokter mengenai pilihan pengobatan yang bisa dilakukan, agar bisa mendapatkan perawatan terbaik dan sesuai dengan kebutuhan.
Itulah sedikit penjelasan tentang radiologi kedokteran nuklir. Jika kamu mengalami tanda-tanda kanker, segera periksakan diri ke dokter di rumah sakit pilihan kamu. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Tunggu apa lagi? Yuk download aplikasinya sekarang!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan