Prediabetes Bisa Jadi Diabetes dalam 10 Tahun?
Halodoc, Jakarta - Prediabetes adalah kondisi pra-diagnosis dan kamu wajib menganggap kondisi ini sebagai tanda peringatan serangan diabetes kelak. Prediabetes biasanya ditandai dengan kadar gula darah yang kerap kali lebih tinggi dari batas normal namun tidak cukup tinggi untuk disebut diabetes. Prediabetes merupakan indikasi bahwa kondisi tersebut dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 apabila tidak segera melakukan perubahan gaya hidup dalam beberapa waktu ke depan.
Kabar baiknya, ada kemungkinan besar untuk mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes tipe 2. Kamu dapat mulai untuk mengonsumsi makanan yang rendah gula, serta berusaha untuk menurunkan berat badan dengan cara yang sehat. Menjadi orang yang aktif berolahraga atau sering melakukan aktivitas fisik juga signifikan membantu mengembalikan kadar glukosa dalam darah ke kisaran normal.
Penyebab dan Faktor Risiko Prediabetes
Prediabetes berkembang ketika tubuh mulai mengalami kesulitan menggunakan hormon insulin. Insulin diperlukan untuk mengangkut glukosa ke dalam sel melalui aliran darah. Pada kondisi prediabetes, tubuh tidak memiliki cukup insulin atau tidak mampu menggunakannya dengan baik. Kondisi ini disebut resistensi insulin. Jika tubuh tidak memiliki cukup insulin atau jika kamu mengalami resisten insulin, artinya kamu memiliki terlalu banyak glukosa dalam darah.
Para peneliti tidak yakin apa sebenarnya yang menyebabkan proses insulin menjadi kacau pada sebagian orang. Ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang mengalami prediabetes. Faktor risikonya hampir sama dengan pengembangan diabetes tipe 2, yaitu:
-
Berat Badan Berlebih, mereka yang mengalami kelebihan berat badan berisiko mengalami prediabetes. Terutama jika kamu memiliki banyak lemak perut. Sel-sel lemak ekstra menyebabkan tubuh menjadi lebih resisten terhadap insulin.
-
Kurangnya aktivitas fisik, hal ini sering kali berkaitan dengan kelebihan berat badan. Jika kamu tidak dapat aktif secara fisik, kamu akan lebih mungkin mengembangkan prediabetes.
-
Riwayat keluarga, prediabetes juga disebabkan oleh faktor keturunan. Jika seseorang dalam keluarga dekat memiliki kondisi ini, maka kemungkinan besar prediabetes juga akan menyerang kamu kelak.
-
Usia, semakin usia bertambah, maka semakin berisiko terkena prediabetes. Pada usia 45 tahun, risiko mulai meningkat, dan setelah usia 65 tahun, risiko meningkat secara eksponensial.
-
Gestational diabetes, jika kamu menderita diabetes saat hamil, maka ini meningkatkan risiko untuk mengembangkan prediabetes di kemudian hari.
-
Masalah kesehatan lainnya, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.
Gejala Prediabetes
Diabetes berkembang bertahap, jadi ketika kamu berada di tahap prediabetes biasanya kamu tidak mengalami atau merasakan gejala sama sekali. Namun, kamu tetap harus waspada terhadap gejala prediabetes, di antaranya:
-
Sering merasa lapar .
-
Berat badan turun meski lebih sering makan.
-
Lebih haus dari biasanya.
-
Lebih sering ke toilet untuk berkemih.
-
Cepat merasa lelah.
Semua itu adalah gejala khas yang terkait dengan diabetes, jadi jika kamu berada di tahap awal diabetes, kamu mungkin dapat merasakan beberapa gejalanya.
Pengobatan Prediabetes
Jika kamu mulai merasa gejala prediabetes, sebaiknya segera lakukan pengobatan agar prediabetes tidak berubah menjadi diabetes. Perawatan pertama biasanya dengan mengubah gaya hidup, termasuk mengubah pola makan dan berolahraga secara teratur. Dua perubahan gaya hidup tersebut membantu mengatur dan menghilangkan prediabetes. Selain itu, jika hasil tes gula darah berada dalam tingkat yang cukup tinggi namun belum cukup untuk disebut sebagai diabetes, kamu membutuhkan obat-obatan untuk mengendalikan kadar insulin. Salah satu obat umum prediabetes adalah metformin yang dapat kamu minum sesuai petunjuk dokter.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai penyakit prediabetes ataupun informasi seputar kesehatan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga: