Perlu Tahu, Kondisi Mental Ada Hubungannya dengan Orangtua
Halodoc, Jakarta – Kebanyakan orang mengira bahwa perilakunya dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk orangtuanya. Bahkan tak jarang, beberapa orang menganggap bahwa orangtuanya adalah penyebab dari gangguan mental yang diidapnya. Tapi, apakah benar kondisi mental seseorang ada hubungannya dengan orangtua? Cari tahu faktanya di sini, yuk!
Kondisi Mental Ada Hubungannya dengan Orangtua, Benarkah?
Dilansir melalui Psychologytoday, orangtua bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi kondisi mental seseorang. Sebab, ada banyak faktor yang dapat memengaruhinya, antara lain faktor biologis, psikologis, dan sosial.
Sebuah studi melaporkan bahwa faktor yang paling memengaruhi kondisi mental seseorang adalah proses psikologis mereka sendiri. Maksudnya, mereka yang sering menyalahkan diri sendiri, orang tua, atau terjebak dengan pengalaman negatifnya berisiko lebih besar untuk mengalami gangguan mental. Sebaliknya, seseorang yang bisa berdamai dengan keadaan dan mengubah cara pandangnya cenderung memiliki kondisi mental yang lebih baik.
Kabar baiknya, bagaimana pun pengalaman masa kecil yang kamu miliki, kamu bisa belajar untuk berpikir, merasa, dan berperilaku lebih baik. Salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan tidak menyalahkan orangtua, diri sendiri, dan orang lain saat menghadapi suatu masalah.
Gangguan Kecemasan Anak Diwarisi Orangtua, Kok Bisa?
Gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah gangguan mental yang dianggap bisa diwarisi orangtua ke anak. Terkait hal ini, studi yang dipublikasikan melalui Proceedings of the National Academy of Sciences melaporkan bahwa gen yang diwarisi orangtua ke anak dapat memengaruh tiga bagian otak, yaitu amigdala, limbik, dan korteks prefrontal. Ketiga bagian tersebut bersama-sama berperan untuk mengendalikan rasa takut. Jika bagian tersebut merespon rasa takut secara berlebihan, maka, kondisi ini bisa menyebabkan kecemasan dan gangguan depresi pada anak.
Baca juga: Kecemasan Anak Diwarisi Orang Tua, Kok Bisa?
Lantas, apakah hanya anak dengan orangtua pengidap gangguan kecemasan yang rentan mengalami gangguan ini? Tentu tidak, sebab semua orang berisiko untuk mengidap gangguan kecemasan ini. Namun, anak dengan orangtua pengidap gangguan kecemasan dianggap lebih berisiko mengalami gangguan ini dibanding yang tidak memilikinya.
Tips Mengatasi Trauma Masa Kecil
Trauma masa kecil tak jarang dijadikan alasan seseorang dalam berperilaku. Misalnya, “Saya sering dibentak orangtua, jadi sekarang saya senang berbicara dengan suara keras”, “Saya sering dipukul, jadi saya suka memukul orang lain”, dan trauma lainnya. Namun, kamu tidak boleh menjadikan trauma masa kecil sebagai alasan untuk berperilaku buruk ataupun menyalahkan orangtua atas kondisi mental kamu. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma masa kecil:
- Hilangkan semua pikiran buruk, karena sebenarnya apa yang kamu pikirkan hanya prasangka buruk saja.
- Lepaskan emosi yang terpendam, jangan biarkan emosi tersebut memengaruhi hidup kamu di masa sekarang.
- Hidup sepenuhnya di masa sekarang. Selalu ingatkan diri kamu bahwa hal menyakitkan terjadi di masa lalu. Saat ini, kamu memiliki kendali penuh hidup kamu.
- Perlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang. Jangan biarkan orang lain merasakan apa yang kamu rasakan di masa lalu.
Kalau kamu punya keluhan dengan kondisi mental atau punya pertanyaan lain seputar kondisi mental, gunakan aplikasi Halodoc saja. Sebab melalui Halodoc, kamu bisa bertanya pada dokter kapan saja dan dimana saja melalui Chat dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan