Perlu Tahu, Ini Prosedur Uji Klinik Obat Herbal
Halodoc, Jakarta – Sebelum obat-obatan modern yang kita kenal seperti sekarang ini, obatan herbal sudah terlebih dahulu digunakan. Walaupun menjadi pionir dalam dunia kesehatan, nyatanya obat herbal menjadi opsi kedua setelah pengobatan modern. Ada beberapa alasan mengapa orang lebih memilih obat-obatan herbal, yaitu:
-
Lebih terjangkau daripada obat konvensional
-
Lebih mudah diperoleh daripada obat resep
-
Menstabilkan hormon dan metabolisme
-
Penyembuhan alami
-
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
-
Lebih sedikit efek samping
-
Hemat biaya
Obat herbal adalah segmen penting menuju pengobatan alternatif. Ini ternyata lebih populer di dunia saat ini karena solusi alaminya. Meningkatnya penggunaan obat-obatan herbal di negara-negara berkembang mengundang kekhawatiran mengenai uji klinisnya. Jangan sampai reaksi obat herbal tersebut bukannya menyembuhkan, justru malah merugikan. Karenanya, penting untuk melakukan uji stabilitas, interaksi obat, serta menerapkan standarisasinya.
Baca juga: 6 Tanaman Obat yang Sebaiknya Ada di Rumah
Menurut jurnal kesehatan yang diterbitkan oleh Johns Hopkins Medicine, untuk Food and Drug Administration (FDA), obat-obatan herbal adalah makanan suplemen herbal, bukan obat-obatan. Karena itu, mereka tidak tunduk pada pengujian, pembuatan, dan pelabelan standar dan regulasi yang sama, seperti obat-obatan.
Walaupun obat herbal dapat memengaruhi berbagai tindakan dalam tubuh, tapi label suplemen herbal tidak dapat merujuk pada perawatan kondisi medis tertentu. Suplemen herbal tidak seperti obat-obatan, tidak perlu distandarisasi untuk memastikan konsistensi manfaatnya.
Di Indonesia sendiri, standarisasi obat herbal diatur oleh BPOM RI yang akan melakukan uji ilmiah untuk mengetahui apakah kandungan didalamnya aman untuk dikonsumsi atau tidak. Biasanya, prosedurnya mencakup pemeriksaan jenis bahan yang digunakan, bagaimana proses pembuatannya, prosedur pemisahan zat yang satu dengan yang lain, cara menyiapkan bahan, serta langkah-langkah detail lainnya sampai akhirnya bisa dikonsumsi.
Tips Memilih Obat Herbal
Suplemen herbal dapat berinteraksi dengan obat-obatan konvensional atau memiliki efek yang kuat. Jangan mendiagnosis diri sendiri. Bicaralah dengan dokter sebelum mengambil obat herbal. Pelajari sebanyak mungkin tentang herbal yang hendak kamu konsumsi dengan berdiskusi dengan produsen suplemen herbal ataupun konsumen yang juga pernah mengonsumsi herbal tersebut.
Baca juga: Ketahui Cara Alami untuk Mengatasi Ruam pada Si Kecil
Ikuti petunjuk label dengan hati-hati dan gunakan dosis yang ditentukan saja. Jangan pernah melebihi dosis yang disarankan, dan cari informasi tentang siapa yang tidak boleh mengonsumsi suplemen.
Sangat penting untuk memerhatikan efek sampingnya. Jika gejala, seperti mual, pusing, sakit kepala, atau sakit perut, terjadi, kurangi dosis atau berhentilah mengonsumsinya. Waspadai reaksi alergi, apalagi bila alerginya cukup parah sampai menyebabkan kesulitan bernapas.
Alangkah baiknya bila kamu mengonsumsi obat-obatan herbal dari perusahaan yang sudah terpercaya dengan testimoni asli dari konsumennya langsung. Ini dilakukan untuk menghindari kepalsuan informasi, apalagi sekarang ini penyebaran obat-obatan herbal sudah sangat mudah didapat.
Baca juga: 5 Tanaman Alami untuk Mengobati Kanker Prostat
Klaim yang berlebihan mengenai manfaat obat herbal juga patut dipertanyakan. Karenanya, cek label produk yang memberikan informasi tentang formula standar, efek samping, bahan, arah, dan tindakan pencegahan. Penting lagi untuk menjadi pertimbangan adalah apakah obat herbal tersebut memiliki website ataupun kontak pelanggan yang bisa dihubungi terkait obat herbal tersebut.
Kalau saat ini kamu ingin mencoba obat herbal tertentu, ada baiknya tanyakan langsung ke dokter di di rumah sakit dengan dokter pilihan ibu sesuai domisili melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan