Perlu Tahu, Ini Bedanya Vaksin MMR dengan Vaksin MR
Halodoc, Jakarta – Pemerintah Indonesia kembali mencanangkan program vaksinasi wajib untuk anak, khususnya vaksin MR yang merupakan kombinasi dari vaksin campak (measles) dan campak jerman (rubella). Tujuannya untuk mencegah penyakit akibat virus campak dan rubella. Lantas, apakah vaksin ini perlu dilakukan jika Si Kecil sudah pernah mendapatkan vaksin MMR?
Pertanyaan ini muncul karena banyak orangtua yang menganggap vaksin MMR sama seperti vaksin MR. Padahal sebenarnya, kedua jenis vaksin ini memiliki kandungan yang berbeda. Agar kamu tahu perbedaannya, kenali vaksin MMR dan MR terlebih dahulu.
Baca Juga: Inilah Perbedaan Campak dengan Campak Jerman
Mengenal Vaksin MMR
Vaksin MMR diberikan untuk mencegah penyakit campak, rubella, dan gondongan. Namun karena penyakit gondongan sudah jarang ditemui dan dapat sembuh dengan sendirinya, kandungan mumps untuk melawan gondongan tidak dimasukkan ke dalam vaksin. Ini berarti setelah kandungan diubah, vaksin MMR menjadi vaksin MR. Itu sebabnya kini, vaksin MR menjadi prioritas pemerintah karena vaksin MMR sudah tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.
Mengenal Vaksin MR
Vaksin MR tersedia sebagai pengganti vaksin MMR. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit campak dan rubella. Si Kecil mendapatkan vaksin ini saat berusia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun, biasanya pada bulan Agustus hingga September. Vaksin MR disuntikkan ke bagian otot lengan atas atau paha. Selain untuk anak-anak, vaksin MR juga diberikan pada remaja dan orang dewasa, terutama pada wanita yang sedang merencanakan kehamilan. Apabila Si Kecil sudah mendapatkan vaksin MMR, vaksin MR tetap perlu diberikan. Fungsinya agar kekebalan tubuh Si Kecil lebih optimal dalam melawan infeksi rubella.
Perlu diketahui bahwa orang yang sedang melakukan radioterapi dan konsumsi obat golongan kortikosteroid atau imunosupresan tidak dianjurkan vaksinasi MR. Ibu hamil, pengidap leukemia, pengidap kelainan fungsi ginjal berat, ada riwayat alergi kandungan vaksin, serta pengidap demam, batuk, pilek, dan diare juga tidak dianjurkan vaksinasi MR. Sebaiknya tunggu hingga pulih untuk mendapatkan vaksinasi agar meminimalkan efek samping dan hal yang tidak diinginkan lainnya.
Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat Imunisasi Campak Untuk Si Kecil?
Apakah Ada Efek Samping?
Vaksin MR sudah mendapatkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar dari Badan POM, sehingga aman dikonsumsi. Meski berpotensi menimbulkan efek samping, risiko bahaya hampir tidak ada. Efek samping yang timbul hanya berupa respons tubuh saat mendapatkan vaksinasi, biasanya hilang 2-3 hari setelah vaksin diberikan. Biasanya efek samping tergolong ringan, yakni berupa demam, ruam kulit, dan nyeri di bagian kulit bekas suntikan. Pada kasus yang jarang terjadi, vaksinasi bisa menimbulkan reaksi alergi akibat zat yang terkandung dalam vaksin tersebut. Kondisi ini disebut dengan syok anafilaksis. Namun hal ini bisa dihindari jika sebelum vaksinasi, ibu berdiskusi dengan dokter.
Baca Juga: Waspada Komplikasi yang Terjadi Akibat Campak Jerman
Ibu bisa berdiskusi dengan dokter Halodoc untuk mencari tahu efek samping dan menghindari reaksi alergi akibat vaksinasi. Jika ada pertanyaan lain seputar vaksinasi, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Ibu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan