Perlu Diketahui Fakta tentang Blighted Ovum untuk Pasangan yang sedang Program Hamil
Halodoc, Jakarta – Blighted ovum atau juga dikenal dengan kehamilan anembrionik adalah suatu kondisi ketika telur yang dibuahi menempel ke dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang. Sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tetapi bukan embrio itu sendiri. Hilangnya sel telur terjadi pada trimester pertama, seringnya sebelum seseorang sadar kalau dia sedang hamil.
Tingkat kelainan kromosom yang tinggi biasanya menyebabkan tubuh wanita mengalami keguguran alami. Blighted ovum dapat terjadi meskipun gejala-gejala kehamilan sudah terlihat, seperti periode menstruasi yang terlambat atau tidak ada, tes kehamilan positif, dan kadar HCG yang meningkat.
Bahkan, plasenta dapat terus tumbuh dan mendukung dirinya sendiri tanpa bayi. Selain itu, hormon-hormon kehamilan dapat terus meningkat, yang akan menuntun seorang wanita untuk percaya bahwa dia masih hamil. Diagnosis biasanya tidak dilakukan sampai tes USG menunjukkan rahim yang kosong atau kantong kehamilan kosong. Ada kemungkinan bahwa ibu mengalami kram perut ringan dan bercak atau perdarahan Miss V ringan.
Banyak wanita dengan kondisi blighted ovum berpikir kondisi kehamilannya normal karena kadar HCG yang terus meningkat. Padahal, plasenta menghasilkan hormon ini setelah implantasi. Walaupun terjadi blighted ovum, tetapi HCG dapat terus meningkat karena plasenta dapat tumbuh terus, bahkan ketika embrio tidak ada. Karena itu, tes ultrasound biasanya diperlukan untuk mendiagnosis blighted ovum untuk memastikan bahwa kantong kehamilan kosong atau tidak.
Penyebab Blighted Ovum
50 persen dari masalah blighted ovum dikarenakan permasalahan kromosom, sehingga tubuh wanita yang mengenali kromosom abnormal pada janin secara alami tidak akan melanjutkan kehamilan. Hal itu karena dipastikan janin tidak akan berkembang menjadi bayi yang sehat. Pembelahan sel yang tidak normal atau sperma serta telur berkualitas rendah adalah penyebab blighted ovum.
Blighted ovum tidak disebabkan oleh apa pun yang pasangan lakukan atau tidak lakukan, baik selama atau sebelum kehamilan. Pasangan akan berada pada tingkat risiko yang tinggi bila punya hubungan kekerabatan yang dekat.
Blighted ovum bisa terjadi sekali di kehamilan pertama baru kemudian di kehamilan selanjutnya akan sukses dan sehat. Namun terkadang, kondisi ini bisa berulang juga. Hal ini tergantung dari tingkat keparahan kromosom yang dimiliki oleh pasangan.
Pencegahan Blighted Ovum
Dalam banyak kasus, tidak ada cara mencegah blighted ovum. Pengujian genetik adalah satu hal yang bisa dilakukan pasangan yang sedang dalam program hamil. Hal ini dilakukan untuk mengetahui risiko serta tindakan-tindakan pencegahan untuk segala jenis kehamilan berisiko. Dari segi kesehatan, pasangan yang mengalami keguguran disarankan untuk menunggu setidaknya 1—3 siklus menstruasi rutin sebelum mencoba hamil lagi.
Tetap optimis dan mengelola kesehatan dengan baik adalah hal yang semestinya dilakukan pasangan yang pernah mengalami blighted ovum. Cara menjaga kesehatan bisa dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang sehat, tidak stres, berolahraga rutin, serta memberikan asupan lewat suplemen prenatal harian yang mengandung folat.
Memiliki pengalaman blighted ovum tidak berarti pasangan tidak bisa hamil lagi, tetapi ada beberapa faktor yang terkait dengan keguguran jenis ini yang harus didiskusikan dengan dokter. Faktor-faktor tersebut adalah genetika, kualitas telur, dan kualitas sperma. Mengetahui riwayat kesehatan dan kondisinya dapat membantu secara medis untuk melakukan keputusan tepat terkait kehamilan yang akan datang.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai blighted ovum serta informasi kesehatan lainnya terkait kehamilan sehat, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk pasangan. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga: