Penyebab dan Faktor yang Meningkatkan Risiko Delirium
Halodoc, Jakarta – Delirium adalah gangguan mental serius yang ditandai penurunan kesadaran dan cenderung berubah-ubah. Delirium terjadi saat pengiriman dan penerimaan sinyal di otak terganggu. Pengidap delirium biasanya mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
Baca Juga: Harus Tahu, Penanganan untuk Mengatasi Delirium
Terdapat Tiga Tipe Delirium
Gejala delirium dan demensia tampak serupa, sehingga anggota keluarga pengidap atau pengasuh harus bertanya pada dokter untuk membuat diagnosis yang akurat. Gejala delirium biasanya muncul selama beberapa waktu dan cenderung memburuk di malam hari. Delirium dibagi dalam beberapa tipe, yaitu:
-
Delirium hiperaktif. Tipe delirium ini paling mudah dikenali karena gejalanya terlihat, seperti gelisah, perubahan suasana hati ekstrem, dan halusinasi.
-
Delirium hipoaktif. Pengidap delirium ini tidak aktif atau aktivitas motoriknya berkurang, lesu, tampak linglung, dan sering mengantuk.
-
Delirium campuran. Ini termasuk tanda dan gejala campuran dari hiperaktif dan hipoaktif. Pengidap delirium campuran cepat beralih dari kondisi hiperaktif ke hipoaktif.
Penyebab dan Faktor Risiko Delirium
Delirium terjadi akibat beberapa faktor, seperti mengidap penyakit kronis, ada perubahan keseimbangan metabolisme (seperti kadar natrium rendah), mengidap infeksi, riwayat operasi atau pembedahan, dan keracunan. Penyebab lain dari delirium adalah:
-
Ada riwayat mengidap delirium.
-
Konsumsi alkohol berlebih atau keracunan obat.
-
Kondisi medis, seperti stroke, serangan jantung, dan cedera akibat jatuh.
-
Ketidakseimbangan metabolisme, seperti natrium atau kalsium rendah.
-
Mengidap penyakit parah atau kronis.
-
Demam dan infeksi akut, terutama pada anak-anak.
-
Infeksi saluran kemih, radang paru, atau flu, terutama pada orang dewasa.
-
Paparan racun, seperti karbon monoksida, sianida, atau racun lainnya.
-
Mengidap malnutrisi atau dehidrasi.
-
Mengidap gangguan otak, seperti demensia, stroke, atau parkinson.
-
Mengidap gangguan penglihatan atau pendengaran.
-
Kurang tidur atau mendapatkan tekanan emosional yang parah.
-
Riwayat pembedahan atau prosedur medis lain yang menggunakan anestesi.
Selain beberapa faktor di atas, delirium juga bisa terjadi akibat efek samping obat-obatan. Ada beberapa macam obat yang memicu timbulnya delirium. Misalnya obat pereda nyeri, obat tidur, obat untuk gangguan suasana hati (seperti kecemasan dan depresi), obat alergi (antihistamin), obat asma, obat golongan kortikosteroid, obat penyakit parkinson, dan obat anti kejang.
Baca Juga: Inilah 4 Cara Untuk Mencegah Delirium
Itulah penyebab dan faktor yang meningkatkan risiko delirium. Apabila ada pertanyaan lain mengenai delirium, kamu bisa bertanya langsung ke dokter Halodoc. Gunakan fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan