BPD Borderline Personality Disorder
DAFTAR ISI
- Apa Itu BPD (Borderline Personality Disorder)?
- Penyebab Borderline Personality Disorder
- Faktor Risiko
- Gejala Borderline Personality Disorder
- Rekomendasi Psikiater yang Bisa Bantu Mengatasi BPD
- Diagnosis Borderline Personality Disorder
- Pengobatan Borderline Personality Disorder
- Komplikasi Borderline Personality Disorder
- Pencegahan Borderline Personality Disorder
Panduan Lengkap Kesehatan Mental di Halodoc
Apa Itu BPD (Borderline Personality Disorder)?
Borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang adalah masalah kesehatan mental yang memengaruhi cara berpikir seseorang mengenai dirinya sendiri dan orang lain.
Akibatnya, pikiran tersebut dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari pengidapnya.
Selain itu, pengidap BPD juga menghadapi masalah citra diri, kesulitan mengelola emosi dan perilaku, dan pola hubungan yang tidak stabil.
Pikiran tersebut juga memicu perasaan takut penolakan, cemas, marah, tidak berarti, takut ditinggalkan, atau marah.
Bahkan, mereka dengan kondisi ini juga memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Gangguan kepribadian ambang biasanya bermula pada awal masa dewasa dan umumnya membaik seiring bertambahnya usia.
Penyebab Borderline Personality Disorder
Sampai saat ini, belum jelas dan pasti apa yang jadi penyebab borderline personality disorder (BPD).
Namun, para ahli menduga kondisi ini terjadi karena beberapa hal berikut:
1. Pelecehan dan trauma
Seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual, emosional atau fisik memiliki risiko BPD yang lebih tinggi.
Pengabaian, perlakuan yang salah atau perpisahan dari orang tua juga meningkatkan risiko gangguan kepribadian ambang.
2. Genetika
Gangguan kepribadian ambang diturunkan pada keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga BPD, punya risiko mengembangkan kondisi tersebut.
3. Perubahan otak
Pada orang dengan BPD, bagian otak yang mengontrol emosi dan perilaku tidak tersinkronisasi dengan baik. Masalah ini memengaruhi cara kerja otak.
Selain itu, penurunan fungsi dari zat kimia pada otak, seperti serotonin, juga memiliki kaitan dengan BPD.
Serotonin berfungsi mengendalikan suasana hati (mood). Yuk Ketahui Fakta tentang Mood Swing Akibat Borderline Personality Disorder.
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko borderline personality disorder. Faktor tersebut antara lain:
- Pewarisan sifat. Seseorang mungkin lebih berisiko mengalami gangguan kepribadian ambang apabila memiliki ibu, ayah, saudara lelaki atau perempuan yang memiliki kelainan serupa.
- Trauma masa kecil. Individu yang pernah mengalami pelecehan, kekerasan fisik atau trauma lainnya ketika kecil lebih berisiko mengalami BPD di kemudian hari.
Gejala Borderline Personality Disorder
Biasanya, gejala borderline personality disorder (BPD) biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
Peristiwa yang mengganggu atau pengalaman yang membuat stres dapat memicu gejala atau memperburuknya.
Seiring waktu, gejala biasanya berkurang dan mungkin hilang sama sekali.
Beberapa orang mungkin hanya memiliki beberapa gejala, tapi lainnya bisa mengalami gejala yang lebih banyak.
Gejala pun kerap dianggap sebagai bipolar karena sangat mirip.
Berikut gejala yang mengindikasikan borderline personality disorder:
1. Perubahan suasana hati secara intens
Individu dengan BPD bisa mengalami perubahan suasana hati secara mendadak terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Emosinya yang muncul bisa sangat irasional, seperti kemarahan, ketakutan, kecemasan, kebencian, dan kesedihan yang tidak terkendali.
Pengidapnya juga mungkin bisa marah atau menyerang orang lain dan cenderung kesulitan untuk menenangkan dirinya sendiri.
2. Takut ditinggalkan
Perasaan ini sangat umum terjadi pada pengidap BPD. Mereka tidak nyaman dengan kesendirian dan takut penolakan sampai ditinggalkan oleh orang lain.
Dalam kasus yang ekstrem, pengidap bisa nekat untuk melacak keberadaan orang yang mereka cintai atau mencegah orang tersebut pergi.
3. Sulit mempertahankan hubungan
Sebagian besar pengidap BPD kesulitan mempertahankan hubungan. Persahabatan, pernikahan, dan hubungan dengan anggota keluarga seringkali kacau dan tidak stabil.
4. Perilaku impulsif dan berbahaya
Pengidap BPD juga kerap impulsif dan melakukan perilaku yang berbahaya, seperti mengemudi sembrono, berkelahi, berjudi, penyalahgunaan zat, dan aktivitas seksual yang tidak aman. Perilaku ini bisa sulit atau tidak terkendali
5. Menyakiti diri sendiri
Seseorang dengan borderline personality disorder bisa memotong, membakar atau melukai diri sendiri sampai memiliki pikiran untuk bunuh diri.
6. Depresi
Banyak orang dengan BPD sering merasa sedih, bosan, tidak terpenuhi atau “kosong.” Perasaan tidak berharga dan membenci diri sendiri juga umum terjadi.
7. Paranoia
Orang-orang yang mengidap BPD sering merasa khawatir terhadap pemikiran orang lain.
Mereka takut bahwa orang lain tidak menyukai dirinya atau tidak ingin menghabiskan waktu bersama.
Rekomendasi Psikiater yang Bisa Bantu Mengatasi BPD
Jika kamu merasa mengalami tanda-tanda BPD seperti di atas, jangan ragu untuk bicara dengan psikiater di Halodoc.
Selama sesi konseling, mereka bisa membantu mendiagnosis kondisi yang kamu alami serta memberikan saran perawatan yang tepat.
Nah, berikut ini terdapat beberapa psikiater yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 8 tahun.
Mereka juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Mariati Sp.KJ
- dr. Ni Made Mayuni M.Biomed, Sp.KJ
- dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ
- dr. A.A. Gede Agung Satrya Megada Sp.KJ
- dr. Silvana R. R. br Ginting M.Ked(KJ), Sp.KJ
Konsultasi di Halodoc juga aman dan privasi kamu pastinya terjaga.
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline. Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Borderline Personality Disorder
Guna mendapatkan diagnosis borderline personality disorder yang lebih akurat, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, antara lain:
- Wawancara mendetail.
- Evaluasi psikologis, seperti mengisi kuesioner.
- Riwayat medis dan pemeriksaan.
- Mendiskusikan tanda dan gejala.
Namun, biasanya dokter hanya melakukan diagnosis borderline personality disorder pada orang dewasa, bukan pada anak-anak atau remaja.
Ini karena tanda dan gejala BPD dapat hilang seiring bertambahnya usia anak-anak dan menjadi lebih dewasa.
Pengobatan Borderline Personality Disorder
Pengobatan borderline personality disorder secara umum adalah psikoterapi, tetapi dokter sering menggabungkan dengan penanganan.
Selain itu, dokter juga dapat menyarankan rawat inap jika keselamatan pengidap BPD terancam, misalnya karena melakukan percobaan bunuh diri.
Perawatan dapat membantu pengidap dalam mengelola dan mengatasi kendala yang sering mereka alami.
Beberapa jenis terapi ini, yaitu:
1. Dialectical Behavior Therapy (DBT)
Terapi ini menggunakan pendekatan berbasis kemampuan dalam mengajari pengidap BPD mengatur emosi, mentoleransi tekanan jiwa, dan memperbaiki hubungan sosial.
Terapi DBT bisa pengidap lakukan secara sendiri atau bersama grup konsultasi dengan seorang terapis.
2. Mentalization-Based Therapy (MBT)
Terapi satu ini menitikberatkan metode berpikir sebelum bereaksi.
MBT membantu pengidap mengenali perasaan dan pikirannya sendiri dengan menciptakan perspektif alternatif dari situasi yang tengah mereka alami.
3. Schema-Focused Therapy
Terapi ini membantu pengidap mengenali kebutuhan yang tidak terpenuhi pada periode awal hidup yang dapat memicu pola perilaku negatif.
Terapi akan berfokus pada usaha pemenuhan kebutuhan melalui cara yang lebih sehat agar terbangun pola perilaku yang positif.
Tidak berbeda dengan DBT, terapi ini dapat berlangsung secara perorangan maupun dalam grup konsultasi.
4. Transference-Focused Psychotherapy (TFP) atau Terapi Psikodinamis
Terapi ini membantu pengidap memahami emosi dan kesulitan yang mereka alami dalam mengembangkan hubungan interpersonal.
TFP melihat hubungan yang terbangun antara pengidap dengan terapis dalam memahami masalah ini.
Selanjutnya, pengidap akan menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan ke dalam situasi yang mereka alami pada saat ini.
5. General Psychiatric Management
Terapi ini menggunakan manajemen kasus dengan berfokus membuat peristiwa yang memicu tekanan emosional menjadi masuk akal.
Pendekatan berlangsung dengan menimbang perasaan sebagai konteks interpersonal dan dapat dokter gabungkan bersama pengobatan, terapi kelompok, penyuluhan pada keluarga, atau bahkan perorangan.
6. Systems Training for Emotional Predictability and Problem-Solving (STEPPS)
Terapi ini merupakan terapi kelompok bersama anggota keluarga, teman, pasangan, atau pengasuh sebagai bagian dari kelompok terapi yang berlangsung selama 20 minggu.
Terapi ini juga kerap menjadi terapi tambahan bersama psikoterapi lainnya.
Selain itu, kamu juga bisa membaca artikel Cara Mengatasi Borderline Personality Disorder pada Remaja untuk mengetahui beberapa penanganan BPD yang tepat untuk usia remaja.
Komplikasi Borderline Personality Disorder
Borderline personality disorder dapat merusak kehidupan pengidapnya.
Kondisi ini juga bisa berdampak negatif pada hubungan, pekerjaan, sekolah, aktivitas sosial, dan citra diri.
Jika tak segera mendapat penanganan, BPD dapat memicu terjadinya beberapa kondisi berikut:
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan atau penyalahgunaan obat-obatan.
- Gangguan kecemasan.
- Masalah pola makan.
- Gangguan bipolar.
- Kelainan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD).
- Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau penyakit hiperaktif.
- Gangguan kepribadian.
- Kehilangan hubungan yang baik dengan pasangan, teman sampai keluarga
- Hilangnya pekerjaan atau sering berganti pekerjaan.
- Kehilangan kesempatan dalam menyelesaikan pendidikan.
- Terlibat dengan hukum, hingga masuk penjara.
- Mengalami cedera fisik akibat kecenderungan menyakiti diri sendiri.
- Hamil di luar rencana, memiliki penyakit menular seksual, atau kecelakaan akibat memiliki perilaku yang impulsif dan berisiko.
- Melakukan percobaan bunuh diri.
Pencegahan Borderline Personality Disorder
Sejauh ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah borderline personality disorder. Pasalnya, masalah kesehatan mental ini sering menurun dalam keluarga.
Namun, selalu optimis menjalani kehidupan dan tidak takut menghadapi kegagalan adalah cara agar tidak terjebak dalam masalah kepribadian.
Jika kamu sedang mengalami masalah, tidak ada salahnya untuk mengutarakan dengan keluarga maupun sahabat terdekat.
Tidak memendam apa yang sedang kamu rasakan bisa mengurangi perasaan stres dan tertekan.
Beberapa cara lain untuk mencegahnya, yaitu:
1. Pendidikan dan pemahaman
Dapatkan pemahaman tentang kondisi ini. Mengetahui tanda-tanda dan gejala BPD bisa menjadi langkah pertama dalam pencegahan.
Edukasi tentang gangguan ini dapat membantu mengidentifikasi risiko atau gejala pada diri sendiri atau orang lain.
2. Konseling dini
Jika kamu merasa memiliki gejala yang berkaitan dengan BPD atau memiliki riwayat keluarga dengan gangguan ini, segera mencari konseling atau dukungan psikologis.
Terapi dini dapat membantu mengatasi masalah emosional sebelum berkembang menjadi gangguan yang lebih serius.
3. Keterampilan pengelolaan emosi
Pelajari keterampilan pengelolaan emosi yang sehat, seperti regulasi emosi dan pemecahan masalah untuk mengurangi risiko BPD.
Terapi kognitif perilaku dan terapi dialektikal perilaku (DBT) adalah pendekatan sering digunakan dalam mengajarkan keterampilan ini.
4. Bentuk hubungan yang positif
Membangun dan memelihara hubungan yang sehat dengan teman, keluarga, dan pasangan dapat membantu mengurangi isolasi sosial dan meredakan stres yang dapat memicu gejala BPD.
5. Hindari penggunaan zat terlarang
Kamu wajib menghindari penyalahgunaan narkoba atau alkohol. Sebab, penggunaan zat-zat ini dapat memicu bahkan memperburuk gejala BPD yang sudah ada.
Pasalnya, zat tersebut bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik maupun mental.
6. Perhatikan pola hubungan
Jika kamu memiliki kecenderungan untuk mengalami hubungan yang tidak stabil atau berkonflik, pertimbangkan untuk menjalani terapi pasangan atau keluarga.
Ini dapat membantu memahami dan memperbaiki pola interaksi yang tidak sehat.
7. Atasi trauma
Apabila kamu memiliki riwayat trauma atau pengalaman yang sulit, mencari dukungan untuk mengatasi trauma dapat membantu mengurangi risiko BPD.
Terapi trauma atau terapi EMDR adalah beberapa pendekatan yang dapat membantu.
8. Kelola stres
Belajar mengelola stres dengan cara seperti olahraga teratur, meditasi, yoga, dan aktivitas kreatif dapat membantu menjaga kesehatan mental.
Pasalnya, BPD juga bisa berawal dari stres yang tak teratasi.
Kapan Harus ke Dokter?
Borderline personality disorder adalah penyakit mental serius yang perlu segera mendapatkan penanganan medis.
Terlebih jika gejalanya cukup parah, salah satunya selalu melakukan percobaan bunuh diri.
Jika mengalami tanda dan gejala borderline personality disorder atau masalah kesehatan mental lainnya, sebaiknya segera tanyakan pada dokter atau psikolog.
Dapatkan panduan profesional untuk kesehatan mental di Halodoc, mulai dari konsultasi psikolog klinis hingga psikiater, dengan klik gambar di bawah ini.✔️
Referensi:
NIH. National Institute of Mental Health. Diakses pada 2023. Borderline Personality Disorder.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Disease & Conditions. Borderline Personality Disorder.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Borderline Personality Disorder (BPD).
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan