Osteoporosis
DAFTAR ISI
- Apa Itu Osteoporosis
- Jenis Osteoporosis
- Penyebab Osteoporosis
- Faktor Risiko Osteoporosis
- Gejala Osteoporosis
- Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Perawatan Osteoporosis
- Diagnosis Osteoporosis
- Pengobatan Osteoporosis
- Pencegahan Osteoporosis
- Komplikasi Osteoporosis
Apa Itu Osteoporosis?
Osteoporosis adalah penyakit ketika kepadatan tulang secara perlahan berkurang, sehingga tulang menjadi lemah dan rentan akan fraktur (patah tulang). Tulang adalah jaringan hidup yang terus-menerus terpecah dan berganti.
Perlu kamu ketahui, osteoporosis terjadi ketika pembentukan tulang baru tidak mengikuti hilangnya tulang yang lama.
Penyakit tulang ini paling sering menyebabkan fraktur di panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.
Jenis Osteoporosis
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, kondisi ini bisa terklasifikasi menjadi dua, yaitu:
- Osteoporosis primer. Jenis ini terjadi pada wanita pascamenopause dan wanita atau pria berusia lanjut. Adapun osteoporosis primer terjadi akibat penurunan hormon estrogen pada usia lanjut atau setelah menopause yang memicu pengeroposan tulang.
- Osteoporosis sekunder. Penyebab osteoporosis jenis ini adalah penyakit atau kelainan tertentu, akibat tindakan operasi, atau pemberian obat.
Nah, Ini Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Pengobatan Osteoporosis.
Penyebab Osteoporosis
Tulang mengalami proses pembaruan secara konstan. Tulang baru dibuat dan tulang lama dihancurkan.
Ketika masih muda, tubuh bisa membuat tulang baru lebih cepat daripada memecah tulang tua dan massa tulang meningkat.
Setelah awal usia 20-an, proses tersebut melambat, dan kebanyakan orang mencapai puncak massa tulang pada usia 30 tahun.
Seiring bertambahnya usia, massa tulang hilang lebih cepat daripada pembentukannya.
Risiko osteoporosis sebagian bergantung pada seberapa banyak massa tulang yang pengidapnya miliki saat muda.
Semakin tinggi massa tulang puncak, semakin banyak tulang yang ‘tersimpan’, akan semakin kecil pula kemungkinan terkena kondisi kesehatan ini.
Faktor Risiko Osteoporosis
Ada banyak faktor risiko dari kondisi ini. Beberapa bisa dimodifikasi dan sebagian lainnya tidak dapat pengidapnya modifikasi.
Nah, faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
- Hormon seks. Kadar estrogen yang rendah berkaitan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, maupun menopause dapat menyebabkan osteoporosis pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penyakit tulang ini.
- Anoreksia nervosa. Pada anoreksia nervosa, tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang seharusnya. Akibatnya tubuh mengalami kekurangan komponen yang bermanfaat untuk menjaga kepadatan tulang.
- Defisiensi asupan tertentu. Kurangnya kalsium dan vitamin D dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.
- Faktor risiko lain yang dapat dimodifikasi. Contohnya seperti penggunaan obat-obatan tertentu, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol
Sementara itu, faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah:
- Jenis kelamin. Perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis daripada pria. Jika kamu ingin mengetahui mengapa wanita lebih rentan terkena penyakit ini, kamu bisa membaca artikel: Alasan Wanita Menopause Rentan Alami Osteoporosis.
- Usia. Sebagai penyakit degeneratif, penyakit ini menyerang individu dengan usia lanjut sekitar 40 tahun ke atas.
- Ras. Perempuan dengan etnis Kaukasia dan Asia memiliki risiko paling tinggi daripada perempuan Hispanik dan kulit hitam.
- Riwayat keluarga. Adanya kerabat yang mengidap osteoporosis dapat meningkatkan risiko seseorang.
Gejala Osteoporosis
Osteoporosis memiliki istilah sebagai penyakit sunyi atau silent disease, sebab pengidap tidak merasakan gejala apapun pada tahap awal penyakit.
Namun, begitu tulang melemah karena osteoporosis, berikut gejala yang bisa pengidapnya alami:
- Sakit punggung, akibat tulang belakang yang patah atau kolaps.
- Menurunnya tinggi badan dari waktu ke waktu.
- Postur bungkuk. Namun, postur bungkuk tak hanya mengindikasikan osteoporosis. Sebab, kondisi ini juga dapat menjadi gejala kifosis. Untuk informasi lebih lengkap, kamu bisa membaca artikel: Postur Tubuh Bungkuk, Waspada Gejala Kifosis.
- Tulang mudah patah.
Rekomendasi Dokter yang Bisa Bantu Perawatan Osteoporosis
Apabila kamu atau orang terdekat membutuhkan perawatan terkait kondisi osteoporosis, kamu juga bisa menghubungi dokter di Halodoc.
Nah, berikut beberapa dokter berpengalaman yang bisa kamu hubungi.
Mereka juga mendapatkan rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline.
Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Ayo hubungi dokter di Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Osteoporosis
Diagnosis osteoporosis biasanya akan dokter lakukan dengan menanyakan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan:
- Kehilangan tinggi dan berat badan.
- Perubahan postur.
- Keseimbangan dan gerakan tubuh (cara berjalan).
- Kekuatan otot, seperti kemampuan berdiri dari duduk tanpa menggunakan lengan.
Selain itu, dokter juga akan mengukur kepadatan mineral tulang (BMD) pada area tulang tertentu, biasanya tulang belakang dan pinggul.
Pengujian BMD bermanfaat untuk:
- Membantu diagnosis osteoporosis.
- Mendeteksi kepadatan tulang yang rendah sebelum penyakit ini berkembang.
- Memprediksi risiko patah tulang untuk masa mendatang.
- Memantau keefektifan pengobatan berkelanjutan untuk osteoporosis.
Adapun tes paling umum untuk mengukur kepadatan mineral tulang adalah dual-energy x-ray absorptiometry (DXA). DXA menggunakan sinar-x tingkat rendah.
Tes ini mengukur BMD kerangka dan pada berbagai area tubuh yang rentan terhadap patah tulang. Misalnya seperti pinggul dan tulang belakang.
Pengukuran kepadatan tulang dengan DXA pada pinggul dan tulang belakang merupakan salah satu cara efektif untuk mendiagnosis kondisi ini dan memprediksi risiko patah tulang.
Selain itu, beberapa metode pemeriksaan lain juga dapat dokter gunakan untuk mendiagnosis kondisi ini.
Misalnya seperti photon absorptiometry tunggal (SPA), computed tomography kuantitatif (QCT), absorptiometri radiografi, dan USG. Dokter dapat menentukan metode mana yang paling cocok untuk pasien.
Pengobatan Osteoporosis
Tidak ada obat yang dapat benar-benar menyembuhkan osteoporosis.
Karena itu, perawatan kondisi ini akan berfokus dalam mencegah patah tulang dan memperkuat tulang.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat pengidap kondisi ini lakukan untuk mencegah patah tulang:
- Rutin berolahraga, seperti yoga untuk meningkatkan keseimbangan tubuh.
- Menghindari penggunaan alas kaki yang licin ketika keluar rumah.
- Memasang pegangan dinding, memasang karpet, atau menggunakan sandal khusus untuk mencegah terjatuh saat berada dalam kamar mandi.
Selain mencegah patah tulang, dokter juga dapat memberikan pengobatan untuk menjaga kepadatan tulang yaitu:
- Bifosfonat. Obat ini paling sering dokter resepkan untuk pria dan wanita yang memiliki peningkatan risiko patah tulang.
- Denosumab. Obat denosumab menghasilkan kepadatan tulang yang lebih baik dan mengurangi kemungkinan semua jenis patah tulang.
- Terapi hormon. Terapi estrogen yang dimulai segera setelah menopause bisa membantu menjaga kepadatan tulang.
- Obat pembentuk tulang. Pengidap osteoporosis parah atau bila perawatan umum tidak bekerja dengan baik, maka dokter mungkin akan memberi obat pembentuk tulang.
Pencegahan Osteoporosis
Ada banyak faktor risiko pengeroposan tulang yang tidak dapat pengidapnya kendalikan.
Misalnya seperti berkelamin wanita, berusia lanjut, sudah memasuki masa menopause, serta memiliki riwayat keluarga osteoporosis.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat pengidapnya kendalikan sedari awal.
Berdasarkan faktor risiko yang dapat pengidapnya kendalikan, berikut adalah cara untuk mencegah osteoporosis:
- Memenuhi jumlah kalsium dan vitamin D sesuai rekomendasi kebutuhan harian.
- Berolahraga secara rutin. Adapun beberapa Jenis olahraga baik untuk mencegah pengeroposan tulang adalah berjalan, mendaki, joging, angkat beban dan berdansa.
- Berhenti merokok.
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol. Jika kamu ingin mengetahui berapa batasan aman konsumsinya, kamu bisa membaca artikel: Berapa Batasan Aman Mengonsumsi Minuman Beralkohol?
- Bagi wanita, penting untuk menimbang pro dan kontra dari terapi hormon.
Komplikasi Osteoporosis
Selain membuat pengidapnya lebih rentan terhadap patah tulang, kondisi ini juga dapat menyebabkan komplikasi lain:
1. Mobilitas Terbatas
Penyakit ini dapat melumpuhkan dan membatasi aktivitas fisik pengidapnya. Kehilangan aktivitas dapat menyebabkan berat badan bertambah.
Kondisi ini juga dapat meningkatkan tekanan pada tulang, khususnya lutut dan pinggul.
Selain itu, peningkatan berat badan juga dapat meningkatkan risiko masalah lain. Misalnya seperti penyakit jantung dan diabetes.
2. Depresi
Kurang aktivitas fisik dapat menyebabkan hilangnya kemandirian dan isolasi.
Aktivitas yang pernah pengidap kondisi ini nikmati mungkin terlalu menyakitkan sekarang.
Kehilangan ini, ditambah dengan kemungkinan ketakutan akan patah tulang, dapat menyebabkan depresi.
3. Nyeri
Patah tulang akibat pengeroposan tulang bisa sangat menyakitkan dan melemahkan. Patah tulang belakang dapat mengakibatkan:
- Kehilangan tinggi badan.
- Postur membungkuk.
- Sakit punggung dan leher yang terus-menerus.
Kapan Harus ke Dokter?
Bagi kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami pengeroposan tulang, seperti sudah memasuki masa menopause atau berusia lanjut, dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan tulang pada dokter. Terutama bila mengalami patah tulang akibat jatuh.
Jaga kesehatan tulang dengan mengonsumsi kalsium dan vitamin yang cukup yang bisa kamu beli di Toko Kesehatan Halodoc✔️ dengan pengiriman cepat dan aman. Klik gambar di bawah ini, ya!
Referensi:
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 2023. Osteoporosis.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Osteoporosis.
National Health Service. Diakses pada 2023. Osteoporosis.
Healthline. Diakses pada 2023. What Do You Want to Know About Osteoporosis?
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan