Pengobatan Salmonellosis yang Bisa Dilakukan
Halodoc, Jakarta - Pernah alami gejala seperti mencret hingga 2 sampai 3 kali per hari disertai tinja yang mengandung darah, kram perut, muntah, demam dan sakit kepala? Gejala ini tidak bisa diabaikan karena bisa menunjukkan masalah pada sistem pencernaan, misalnya infeksi salmonellosis.
Salmonellosis ini adalah penyakit yang timbul akibat infeksi bakteri Salmonella di dalam perut dan usus. Gejalanya mirip gastritis, tetapi sebagian besar pengidapnya yang masih dalam tahap ringan bisa sembuh dalam waktu 4-7 hari tanpa pengobatan. Penting diketahui bahwa penyakit ini bisa menular atau terjadi ketika seseorang makan makanan yang terkontaminasi bakteri. Pada kasus yang lebih berat, mungkin dibutuhkan perawatan di rumah sakit.
Baca juga: 3 Komplikasi Berbahaya dari Salmonellosis
Bagaimana Cara Mengobati Salmonellosis?
Umumnya infeksi Salmonella yang ringan bisa sembuh dalam waktu beberapa hari hingga satu pekan. Pengidapnya tidak memerlukan perawatan khusus selain minum banyak cairan. Sementara pada kasus berat, pengidapnya membutuhkan rehidrasi dengan cairan intravena melalui infus. Tidak hanya itu, mereka perlu diberi obat antibiotik tergantung kondisi pengidapnya dan sesuai rekomendasi dokter.
Obat-obatan antidiare juga perlu dihindari. Meskipun gejala diare berkurang setelah pemberian antidiare, penggunaan obat ini malah bisa memperlama infeksi Salmonella. Tidak hanya itu, untuk mengurangi gejala lainnya dapat diberikan obat penurun demam dan obat antimual.
Alami gangguan pencernaan? Jangan sepelekan kondisi ini. Segera periksakan diri ke dokter untuk melakukan pengobatan tepat, Buat janji dokter kini bisa lebih mudah dilakukan melalui aplikasi Halodoc sehingga kamu tidak perlu mengantre lagi.
Baca juga: Begini Cara Bakteri Salmonella Sebabkan Tipes
Apa Penyebab dan Faktor Risiko Salmonellosis?
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella yang terdapat pada makan makanan dan minuman yang tercemar masuk ke dalam saluran cerna dan menginfeksi usus sehingga menyebabkan berbagai gejala. Penyakit ini dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain yang terkena penyakit salmonellosis. Gejala mulai muncul 8 hingga 72 jam setelah bakteri masuk dan menginfeksi usus.
Semua kalangan bisa mengalami penyakit ini, namun terdapat beberapa kelompok orang yang lebih rentan terkena salmonellosis, antara lain:
-
Usia. Usia yang rentan terinfeksi bakteri Salmonella, antara lain bayi, anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, atau usia lebih dari 65 tahun.
-
Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti orang dengan HIV/AIDS, pasien transplantasi organ, dan orang yang menerima pengobatan kemoterapi dan radiasi.
-
Memiliki penyakit peradangan usus sebelumnya, sel-sel selaput lendir pada usus yang sudah mengalami kerusakan sebelumnya lebih rentan terinfeksi bakteri Salmonella.
-
Penggunaan antasida menyebabkan penurunan pH dalam lambung, sehingga bakteri Salmonella lebih mudah bertahan hidup dan menginfeksi usus.
-
Penggunaan antibiotik minum tanpa indikasi yang tepat dapat menurunkan jumlah bakteri baik dalam usus, sehingga Salmonella dengan mudah menginfeksi usus.
Baca juga: Makanan Tidak Higienis Sebabkan Salmonellosis
Bisakah Salmonellosis Sebabkan Komplikasi?
Faktanya, penyakit ini bisa sebabkan komplikasi, seperti pecahnya atau robeknya dinding usus (perforasi usus) yang menyebabkan peradangan pada selaput pembungkus dinding perut atau peritonitis. Komplikasi ini ditandai dengan gejala seperti tidak dapat buang gas atau buang air besar, nyeri perut hebat, penurunan tekanan darah, hingga penurunan kesadaran. Komplikasi lainnya dari salmonellosis ini adalah penyebaran bakteri melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh yang dapat mengancam nyawa.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi, terdapat upaya pencegahan terhadap salmonellosis yang bisa dilakukan, seperti mencuci bersih dengan air mengalir bahan-bahan makanan dan alat-alat makan. Tidak lupa juga untuk memasak makanan dan air untuk minum sampai benar-benar matang. Selain itu, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir segera setelah kontak dengan hewan-hewan, lingkungan, atau kontak dengan pengidapnya.