Pengidap Diabetes Rentan Terkena Dermatitis Herpetiformis
Halodoc, Jakarta - Gangguan dermatitis herpetiformis (DH) adalah kondisi kronis pada kulit, terasa sangat gatal, bahkan hingga melepuh. Biasanya gangguan kulit ini dikenal sebagai penyakit celiac. Ruam yang diakibatkan DH menyerang hampir sekitar 10 persen orang yang mengalami penyakit celiac. Kondisi ini sering ditemukan pada orang dewasa dan lebih umum pada pria dan orang-orang keturunan Eropa utara, namun jarang ditemukan di Afrika-Amerika dan Asia.
Dermatitis herpetiformis juga diketahui sebagai gangguan autoimun ketika tubuh mengalami gangguan mencerna gluten, protein (yang ditemukan dalam gandum dan biji-bijian lainnya). Pengidap diabetes juga termasuk orang yang rentan mengalaminya. Kondisi kulit DH ini menyebabkan lepuh yang terlihat seperti herpes, hanya saja kondisinya tidak berasal dari virus herpes.
Gangguan Deposit Imunoglobulin A
Deposit immunoglobulin A (IgA) pada kulit memicu imunologis lebih lanjut yang menghasilkan pembentukan lesi. Dermatitis herpetiformis adalah manifestasi eksternal dari respon imun abnormal terhadap gluten, ketika antibodi IgA terbentuk terhadap antigen epidermal transglutaminase kulit.
Baca juga: Kenali 16 Tanda dan Gejala Penyakit Celiac
Jika keluarga kamu ada mengalami dermatitis herpetiformis, maka 5 persen kemungkinan kamu juga mengalaminya. Kemudian, jika ada anggota keluarga yang mengalami dermatitis herpetiformis maka kemungkinan 5 persen pula kamu akan mengalami penyakit celiac. Jika kamu mengetahui keluarga atau diri kamu ada yang mengalami dermatitis herpetiformis, segeralah komunikasikan pada dokter melalui aplikasi Halodoc mengenai penanganannya supaya tidak semakin parah.
Kalau kamu mengalami gangguan celiac dan mengonsumsi gluten, usus kamu membuat antibodi yang disebut IgA sebagai respon. Zat kimia in mengalir ke aliran darah kamu dan menumpuk di bawah darah kamu. Zat ini mampu mengatasi ruam yang ditimbulkan dari dermatitis herpetiformis.
Untungnya kondisi dermatitis herpetiformis jarang terjadi pada anak-anak. Biasanya gangguan kulit ini muncul pertama kali antara usia 30 dan 40 tahun. Perlu kamu waspadai bahwa pria lebih sering mengalaminya dibanding perempuan. Biasanya sering terjadi pada orang-orang Eropa.
Perlu Tindakan Biopsi Kulit
Biopsi kulit merupakan langkah awal dalam diagnosa dermatitis herpetiformis. Adanya imunofluoresensi langsung dari kulit normal yang berdekatan dengan lesi menunjukkan deposit IgA granular di dermis atas. Histologi kulit lesi dapat menunjukkan mikroabses yang mengandung neutrofil dan eosinofil. Akan tetapi, histologi dapat mengungkapkan hanya ekskoriasi karena rasa gatal yang intens yang dialami pengidap.
Baca juga: Jenis Pemeriksaan untuk Deteksi Dermatitis Herpetiformis
Sementara itu tes darah untuk antibodi transglutaminase anti-endomysial atau anti-jaringan juga menunjukkan penyakit celiac. Tes darah untuk antibodi transglutaminase epidermal menunjukkan hasil yang positif lebih dari 90 persen kasus. Semua tes ini akan menjadi negatif jika seseorang berkomitmen untuk menjalani diet bebas gluten.
Biopsi usus kecil biasanya tidak diperlukan dalam diagnosa dermatitis herpetiformis. Jika terdapat tanda-tanda klinis penyakit gastrointestinal terbukti pada pemeriksaan, maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Sebenarnya tidak ada obat untuk dermatitis herpetiformis, obat-obatan hanya untuk membantu menyembuhkan ruam. Saat kamu memeriksakan diri pada dokter, kemungkinan kamu diberikan resep dapson yang dapat kamu pakai melalui mulut. Obat ini dapat menghilangkan gatal dan benjolan kamu dalam 1-3 hari. Dokter juga merekomendasikan krim kortikosteroid topikal untuk membantu mengatasi rasa gatal.
Selain itu, jika tes menunjukkan bahwa kamu mengalami penyakit celiac, maka dokter meminta untuk sepenuhnya menghilangkan gluten dari diet kamu. Yodium dan bahan umum dalam garam dapat membuat gejala jadi lebih buruk dalam beberapa kasus.
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2019. What Is Dermatitis Herpefitormis?
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases