Penanganan Pertama yang Bisa Dilakukan Saat Terinfeksi MERS
Halodoc, Jakarta - MERS, atau sindrom pernapasan Timur Tengah yang disebut MERS-CoV adalah infeksi pada paru-paru yang terjadi karena virus. Middle East Respiratory Coronavirus, begitu kepanjangan nama penyakit ini, pertama kali teridentifikasi di wilayah Arab Saudi pada tahun 2012 silam. Faktanya, angka kematian karena infeksi MERS adalah sebesar 36 persen dari total kasus sebanyak 1600.
Tahun 2015, infeksi ini mewabah di wilayah Korea dan menyumbang angka kematian sebesar 35 persen dari total kasus 180. Tetapi, ilmuwan mengatakan bahwa penyakit infeksi paru ini tidak membahayakan tanpa adanya kontak langsung dengan mereka yang terinfeksi, sehingga penyebaran virus tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Sama halnya dengan penyakit SARS, penyakit yang terjadi akibat virus MERS-CoV ini tidak memiliki vaksin untuk menangkalnya masuk dan menginfeksi tubuh. Penyebarannya bisa terjadi baik melalui perantara hewan maupun langsung pada manusia. Mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan adanya gejala serius. Namun, biasanya gejala umum yang terjadi adalah demam, batuk, napas menjadi pendek, muntah, diare, nyeri pada dada, infeksi paru, dan rasa menggigil.
MERS juga diduga dapat menular secara tak langsung yakni melalui kontak dengan benda yang telah terkontaminasi virus, untuk itu hindari kontak langsung terutama dengan batuk atau air liur pengidap.
Baca juga: Ketahui Cara Penularan dari Penyakit MERS
Terinfeksi MERS, Harus Bagaimana?
MERS-CoV menyebabkan gagal pernapasan atau gagal ginjal dan terkadang bahkan berakibat fatal. Hingga kini, belum ada pengobatan tepat untuk mengatasi infeksi ini, dan sebagian besar pengidap berakhir dengan kematian. Pengobatan yang dilakukan berfokus pada mengurangi gejalanya, termasuk banyak beristirahat, pemberian obat penghilang rasa sakit, dan pada kasus yang cukup parah adalah pemberian oksigen.
Penyebaran infeksi MERS mudah terjadi pada orang yang berada atau sering melakukan kontak dekat atau melakukan perawatan langsung pada pengidap. Ketika kamu terinfeksi, hindari kontak atau berinteraksi dengan orang lain. Mungkin kamu juga akan dikarantina guna mencegah penyebaran virus. Hindari menyentuh area tubuh lainnya seperti mata, hidung, atau mulut karena bisa membuat infeksi semakin buruk.
Baca juga: Pengidap Hipertensi Lebih Rentan Terkena MERS, Ini Penyebabnya
Sementara itu, tindakan pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari infeksi MERS adalah:
-
Cucilah tangan setelah selesai beraktivitas, sebelum makan, dan selepas menggunakan toilet untuk menghindari penyebaran kuman dan bakteri serta virus penyebab infeksi. Jangan lupa, gunakan sabun.
-
Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan masker ketika beraktivitas di wilayah endemik atau untuk melindungi diri dari penyebaran virus melalui batuk dan bersin.
-
Gunakan sarung tangan jika memungkinkan untuk menghindari kontak langsung dengan benda-benda yang sifatnya sering disentuh. Gunakan juga desinfektan untuk menjaganya agar tetap bersih.
-
Jangan berbagi peralatan makan atau benda lain dengan pengidap, karena ini cara penularan yang paling mudah.
Penyebaran dan infeksi MERS masih terus dipantau oleh organisasi kesehatan dunia, terlebih di wilayah Arab. Jadi, apabila kamu merencanakan perjalanan ke wilayah Timur Tengah atau negara tetangga dan mengalami demam serta gejala MERS lainnya dalam waktu 14 hari setelah kembali, segera tanyakan pada dokter.
Baca juga: Bahaya MERS yang Menyerang Ibu Hamil
Supaya lebih mudah, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc. Aplikasi ini bisa kamu download langsung di ponsel dan kamu gunakan di mana saja, kapan saja. Jadi, bepergian dan mengalami masalah kesehatan, Halodoc solusinya.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan