Pekerja Industri Tambang Rentan Alami Pneumoconiosis
“Pekerja di industri tambang lebih berisiko terkena pneumoconiosis karena terpapar debu yang biasanya ada di lokasi pertambangan. Jenis debu ini mengandung partikel ekstra halus yang dapat dihirup orang ke dalam jaringan paru-paru mereka.”
Halodoc, Jakarta – Pneumoconiosis adalah salah satu dari kelompok penyakit paru interstitial yang disebabkan oleh menghirup partikel debu jenis tertentu yang menyebabkan kerusakan paru-paru.
Pekerja di industri tambang lebih berisiko terkena pneumoconiosis karena terpapar debu yang biasanya ada di lokasi pertambangan. Jenis debu ini mengandung partikel ekstra halus yang dapat dihirup orang ke dalam jaringan paru-paru mereka.
Perlu diketahui juga kalau pekerja industri tambang memiliki peningkatan risiko kematian akibat kanker paru-paru, sebagai akibat dari paparan gas buangan dari mesin diesel. Informasi selengkapnya mengenai pneumoconiosis bisa kamu baca di sini!
Alasam Pekerja Tambang Berisiko Terinfeksi Pneumoconiosis
Pneumoconiosis kerap disebut sebagai penyakit paru akibat kerja. Pneumoconiosis biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.
Paru-paru tidak dapat membuang semua partikel debu tersebut sehingga menyebabkan peradangan di paru-paru yang pada akhirnya dapat menyebabkan jaringan parut.
Dua jenis utama pneumoconiosis yang memengaruhi penambang adalah pneumoconiosis pekerja batu bara atau kerap disebut circulating water pump (CWP) dan silikosis. CWP juga kerap disebut penyakit paru-paru hitam, karena ditemukan pigmen hitam di paru-paru.
Silikosis sendiri dapat memengaruhi pekerja di banyak jenis tambang termasuk pertambangan terbuka. Perawatan medis tidak dapat menyembuhkan penyakit ini, jadi pencegahannya adalah melalui pengendalian paparan debu yang dapat terhirup.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pekerja industri tambang juga rentan terpapar gas buang dari mesin diesel yang berpotensi menimbulkan gejala asma. Paparan knalpot diesel juga dapat menyebabkan gejala pernapasan lainnya.
Gejalanya meliputi iritasi pada hidung, perubahan peradangan pada saluran udara, dan penurunan fungsi paru-paru.
Penyakit pernapasan lainnya, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), juga dapat terjadi pada penambang. Penyakit ini dapat terjadi sendiri atau sebagai tambahan dari kondisi pneumoconiosis.
Gejala dan Diagnosis Pneumoconiosis
Gejala pneumoconiosis seringkali bergantung pada seberapa parah penyakitnya. CWP mungkin tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit gejala dan hanya diketahui ketika diperiksa dengan sinar-X.
Beberapa gejala infeksi pneumoconiosis yang umum adalah:
- Batuk.
- Banyak dahak.
- Sesak napas.
Orang yang paling berisiko mengalami kondisi ini adalah penambang atau pekerja di seputaran lokasi pertambangan. Risiko bisa menjadi meningkat bila:
- Merokok.
- Terkena debu tingkat tinggi.
- Terekspos debu untuk waktu yang lama.
Untuk mendiagnosis pneumoconiosis, dokter akan melakukan pemeriksaan mencakup:
- Riwayat pribadi paparan kerja.
- Pemeriksaan fisik.
- Rontgen dada atau CT scan untuk mencari nodul paru, massa, dan penyakit interstisial.
- CT scan dada.
- Studi fungsi paru, termasuk gas darah.
- Biopsi.
Itulah informasi mengenai pneumoconiosis yang kerap dialami oleh pekerja industri tambang. Download Halodoc untuk mendapatkan informasi seputar penyakit paru lainnya. Kalau kamu mengalami gejala penyakit paru, segera periksakan diri ke rumah sakit dengan menggunakan aplikasi Halodoc!
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2022. Mining Topic: Respiratory Diseases.
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. Pneumoconiosis.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan