Payudara Besar pada Pria, Perlukah Diobati?
Halodoc, Jakarta - Ginekomastia adalah pembengkakan jaringan payudara yang dialami oleh laki-laki. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormon estrogen dan testosteron atau kondisi kesehatan seperti sindrom klinfelter. Ginekomastia dapat terjadi pada salah satu atau kedua payudara.
Baca Juga : Inilah Tindakan Medis untuk Mengatasi Ginekomastia
Berikut faktor risiko dari ginekomastia:
- Ginekomastia pada bayi. Lebih dari setengah bayi laki-laki dilahirkan dengan payudara besar karena memiliki hormon estrogen yang diturunkan dari ibunya. Kondisi ini umumnya akan hilang dalam 2-3 minggu setelah kelahiran.
- Ginekomastia saat pubertas. Kondisi ini sering terjadi karena perubahan hormon selama masa pubertas. Dalam kebanyakan kasus, jaringan payudara yang bengkak akan hilang tanpa perawatan dalam waktu enam bulan hingga dua tahun.
- Ginekomastia pada pria dewasa. Risiko ginekomastia cenderung meningkat saat pria berusia 50-69 tahun.
Perlukah Ginekomastia Diobati?
Ginekomastia bukan masalah serius, tetapi bisa membuat pengidapnya tidak percaya diri. Pria atau anak laki-laki pengidap ginekomastia kadang mengalami rasa sakit di bagian payudara. Ginekomastia bisa hilang dengan sendirinya. Namun jika tak kunjung hilang dan pembengkakan terus berlanjut, penyakit ini perlu penanganan dokter. Penanganan ginekomastia tergantung apa penyebabnya. Tanda dan gejala ginekomastia adalah jaringan kelenjar payudara yang bengkak dan terasa nyeri.
Penyebab Ginekomastia
Ginekomastia dipicu oleh penurunan jumlah hormon testosteron dibandingkan dengan estrogen. Beberapa hal dapat mengganggu keseimbangan hormon, termasuk:
-
Perubahan Hormon Secara Alami
Hormon testosteron dan estrogen berfungsi mengendalikan perkembangan dan pemeliharaan karakteristik tubuh pria dan wanita. Testosteron memengaruhi sifat pria seperti massa otot dan rambut. Sedangkan estrogen memengaruhi sifat wanita, termasuk pertumbuhan payudara. Kebanyakan orang menganggap estrogen adalah hormon yang hanya diproduksi oleh wanita, padahal pria juga memproduksinya dalam jumlah kecil. Kadar estrogen pria yang terlalu tinggi dan tidak seimbang yang menyebabkan ginekomastia.
Baca Juga : Apakah Ada Cara Lain untuk Mengatasi Ginekomastia Selain Operasi?
-
Efek Samping Konsumsi Obat
Sejumlah penggunaan obat berpotensi sebabkan ginekomastia. Contohnya seperti obat anti-androgen yang digunakan untuk mengobati pembesaran prostat, kanker prostat, dan beberapa kondisi lainnya. Pengobatan untuk pengidap AIDS seperti terapi antiretroviral (ART) dan efavirenz (Sustiva) juga sering dikaitkan dengan ginekomastia. Berikut jenis obat-obatan yang bisa memicu munculnya ginekomastia:
- Obat anti-kecemasan..
- Antidepresan trisiklik.
- Antibiotik.
- Obat maag.
- Kemoterapi.
- Obat jantung.
- Obat motilitas lambung
- Narkoba dan alkohol
-
Masalah Kesehatan
Beberapa kondisi kesehatan meningkatkan risiko ginekomastia, antara lain:
- Hipogonadisme.
- Penuaan.
- Obesitas.
- Tumor.
- Hipertiroidisme.
- Gagal ginjal.
- Gagal hati dan sirosis.
- Malnutrisi.
Baca Juga : Junk Food Bisa Sebabkan Ginekomastia, Benarkah?
Itulah sedikit penjelasan seputar kondisi ginekomastia. Jika kamu punya pertanyaan lain gunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan