Patologi Anatomi, Pemeriksaan Struktur Tubuh untuk Diagnosis Penyakit
Halodoc, Jakarta – Patologi anatomi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari struktur anggota tubuh, baik secara keseluruhan maupun mikroskopis. Cabang ilmu ini digunakan untuk mengidentifikasi keabnormalan struktur anggota tubuh, mendiagnosis penyakit, dan menentukan perawatan yang tepat. Beberapa penyakit yang bisa didiagnosis melalui patologi anatomi antara lain tumor, kanker, gangguan organ (seperti ginjal dan hati), dan gangguan autoimun.
Baca Juga: Agar Lebih Sehat, Yuk Kenali Anatomi Mata!
Kenali Tiga Jenis Patologi Anatomi
1. Histopatologi
Histopatologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan tubuh untuk diagnosis penyakit. Sampel jaringan diuji menggunakan mikroskop, baik diambil menggunakan teknik biopsi atau organ tubuh yang diambil utuh saat tindakan operasi dilakukan. Berikut teknik pemeriksaan lain yang dilakukan saat histopatologi:
-
Pewarnaan khusus. Dilakukan untuk diagnosis penyakit melalui identifikasi lemak, mukus, mikroba (bakteri dan jamur), protein, dan substansi biokimia lain dalam tubuh secara lebih detail.
-
Imunohistokimia, yakni diagnosis penyakit melalui pemeriksaan antibodi dalam tubuh.
-
Mikroskop elektrik, jenis mikroskop yang digunakan untuk menggambarkan sampel jaringan dengan pancaran tinggi elektron. Alat ini bisa digunakan untuk diagnosis gangguan ginjal, paru, dan kanker.
-
Tes genetik, bertujuan untuk diagnosis penyakit yang berkaitan dengan kelainan kromosom dan DNA
Baca Juga: 3 Alasan untuk Medical Check up Sebelum Tahun Baru
2. Sitopatologi
Sitopatologi dilakukan untuk diagnosis penyakit melalui pemeriksaan sel yang berasal dari cairan dan sekresi tubuh. Sampel sel diambil dari permukaan lesi, massa tumor, atau organ tubuh menggunakan jarum tajam. Teknik pemeriksaan sitopatologi antara lain sitologi eksfoliatif, aspirasi jarum halus, dan teknik khusus (seperti aliran sitometri).
3. Autopsi
Otopsi adalah patologi anatomi yang dilakukan pada mayat. Tujuannya mencari tahu penyebab, cara, waktu, dan proses kematian seseorang. Otopsi kebanyakan dilakukan pada kasus kematian mendadak atau kematian yang penyebabnya belum diketahui. Misalnya, kematian yang dicurigai terjadi akibat kekerasan, bunuh diri, overdosis obat, kecelakaan, dan malpraktik. Tindak otopsi dilakukan secepat mungkin (biasanya 2 - 3 hari setelah kematian) dan harus berdasarkan persetujuan keluarga korban.
Otopsi dilakukan oleh bedah ahli patologi atau dokter forensik dengan cara berikut:
-
Pemeriksaan dan perekaman identitas menggunakan kamera foto. Mulai dari berat badan, bentuk gigi, warna mata, bekas luka, tato, hingga tanda lahir sebagai bukti identitas.
-
Bedah internal untuk memeriksa kondisi organ dalam, termasuk mengecek kandungan racun atau residu zat lain dalam jantung, paru, ginjal, hati, dan isi perut. Pembedahan dilakukan untuk melihat kerusakan organ yang bisa menjadi penyebab kematian.
Semua organ yang diangkat saat otopsi biasanya diperiksa dengan mata telanjang terlebih dahulu. Sebab pada kasus tertentu, penyakit penyebab ketahuan bisa dideteksi lewat perubahan tampilan pada organ. Misalnya, kasus kematian akibat aterosklerosis, sirosis hati, dan penyakit jantung koroner. Jika tidak bisa dianalisa dengan mata telanjang, dibutuhkan pemeriksaan mikroskopis. Organ dikembalikan ke dalam tubuh atau disimpan dalam toples berisi formalin setelah otopsi dilakukan. Setelah selesai, tubuh dijahit kembali dan dikembalikan ke pihak keluarga untuk dikuburkan. Laporan hasil otopsi keluar beberapa hari atau minggu setelahnya.
Baca Juga: Harus Tahu, Anak-Anak Juga Butuh Medical Check Up
Kalau kamu ingin cek kesehatan lebih detail, gunakan fitur Lab Service yang ada di aplikasi Halodoc. Kamu hanya perlu menentukan jenis dan waktu pemeriksaan, lalu petugas Lab akan datang ke rumah sesuai waktu yang ditentukan. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!