Nyeri Sendi Menjadi Gejala Menopause, Benarkah?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   05 Juni 2020
Nyeri Sendi Menjadi Gejala Menopause, Benarkah?Nyeri Sendi Menjadi Gejala Menopause, Benarkah?

Halodoc, Jakarta - Kebanyakan wanita yang sudah menopause mengalami ketidaknyamanan seperti hot flashes dan keringat malam. Beberapa wanita juga mengalami nyeri sending. Apakah ini hanya efek samping? Namun, sebenarnya osteoartritis memang lebih sering terjadi pada wanita, dan tidak ada kaitan langsung dengan menopause. Hanya saja memang kedua kondisi ini biasa terjadi pada wanita di atas usia 50 tahun. 

Menopause dapat menyebabkan nyeri sendi pada lutut, bahu, leher, siku, atau tangan. Cedera sendi yang lama mungkin mulai terasa sakit. Seiring berjalan waktu, kamu mungkin mulai memperhatikan bahwa terasa lebih banyak nyeri di area-area tersebut daripada sebelumnya. 

Baca juga:  4 Cara Hadapi Menopause Bagi Wanita Berusia 40-an

Hubungan Menopause dengan Nyeri Sendi

Nyeri sendi terjadi pada wanita menopause karena estrogen membantu mengurangi peradangan. Ketika levelnya menurun, peradangan dapat meningkat, serta menyebabkan ketidaknyamanan dan artritis yang berhubungan dengan menopause. 

Tidak seperti osteoporosis, nyeri sendi sangat mudah dikenali. Persendian yang pegal dapat membuat kamu menjerit kesakitan. Nyatanya nyeri sendi adalah penyebab paling umum dari kecacatan jangka panjang pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, termasuk pada wanita menopause.

Nyeri sendi memengaruhi semua kelompok etnis dan geografis. Nyeri sendi terjadi akibat hilangnya tulang rawan pada sendi, yang menyebabkan tulang saling bergesekan yang akhirnya merusak sendi. Meskipun dapat menyerang bagian tubuh mana pun, area paling umum yang sering terjadi adalah lutut, pinggul, tangan, dan tulang belakang. 

Baca juga: Ternyata Hubungan Intim Saat Menopause Tetap Menyenangkan

Jika kamu mengalami nyeri sendi setelah menopause, pastikan untuk membicarakannya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Informasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan, daftar alergi, operasi di masa lampau, dan obat-obatan yang pernah atau sedang digunakan. Dokter mungkin akan memeriksa sendi, rentang gerak, dan refleks, serta melakukan pemeriksaan sinar-X.

Jika diagnosisnya memang benar nyeri sendi, mungkin diperlukan pengobatan termasuk terapi fisik, obat antiinflamasi, dan mungkin juga obat pereda nyeri. Jika kamu kelebihan berat badan, diet dan olahraga ringan mungkin juga disarankan, karena menanggung berat badan berlebih membuat nyeri sendi jadi lebih berat. 

Nyeri Sendi Saat Menopause Dapat Diobati 

Nyeri sendi, ketidaknyamanan, dan gejala menopause lainnya dapat diobati dengan berbagai cara. Perawatannya yang mengurangi rasa sakit meliputi:

  • Obat pereda nyeri tanpa resep, seperti NSAID (ibuprofen) dapat membantu mengatasi nyeri sendi atau sakit kepala. 
  • Kantong es dapat membantu mengurangi nyeri lutut dan punggung bagian bawah. 
  • Suplemen makanan dapat mengurangi nyeri payudara. 

Bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc sebelum melakukan perawatan di rumah untuk menentukan manfaat dan risikonya bagi kamu. Perlu diketahui juga bahwa hubungan intim yang menyakitkan dapat mengurangi kualitas hidup jika tidak dirawat. Beberapa perawatannya termasuk:

  • Menggunakan pelumas vagina sebelum melakukan hubungan intim dapat membuat hubungan intim lebih nyaman. 
  • Menggunakan pelembab vagina setiap hari mengurangi iritasi, ketidaknyamanan dan kekeringan. 
  • Mengonsumsi makanan tinggi asam lemak omega-3 dapat membantu mendukung tingkat kelembapan vagina yang lebih tinggi. 
  • Tetap terhidrasi dengan minum banyak air atau minuman lain yang mengandung elektrolit tinggi dapat membantu mencegah kekeringan. 
  • Menggunakan estrogen pervaginam, merupakan bentuk terapi penggantian hormon (HRT), dapat membantu mengurangi kekeringan, dan meningkatkan kenyamanan saat berhubungan intim. 
  • Mengaplikasikan krim topikal yang mengandung estrogen dapat membantu meringankan gejala vagina. 

Baca juga: Cara Melewati Masa Menopause Tanpa Rasa Cemas

Mempertahankan kehidupan seks yang aktif dapat membantu meningkatkan aliran darah ke vagina dan mengurangi penipisan dinding vagina. Cara lain untuk meningkatkan aliran darah ke vagina termasuk akupunktur, latihan aerobik, dan yoga. 

Referensi:
Everyday Health. Diakses pada 2020. Is There a Link Between Menopause and Joint Pain?
Healthline. Diakses pada 2020. Does Menopause Cause Pain?