Mitos atau Fakta Wanita Berisiko Tinggi Alami Batuk Kronis
Halodoc, Jakarta – Batuk adalah hal yang sangat umum yang rasanya pernah dialami oleh semua orang. Batuk sendiri merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan zat atau partikel yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Namun, bila batuk berlangsung lama hingga lebih dari 8 minggu, kondisi ini dikenal juga sebagai batuk kronis. Katanya, wanita berisiko tinggi mengalami batuk kronis. Benarkah demikian? Yuk, cari tahu jawabannya di bawah ini.
Batuk sebenarnya dapat terjadi pada siapa saja, baik pria maupun wanita, orang dewasa maupun anak-anak. Jenis kelamin dan usia tidak memengaruhi terjadinya batuk kronis. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami batuk kronis, antara lain:
-
Merokok atau Terkena Paparan Rokok
Merokok tembakau dapat meningkatkan risiko batuk kronis. Namun, tidak hanya para perokok aktif saja, “perokok pasif” pun berisiko tinggi mengalami batuk berkepanjangan ini. Hal ini karena asap rokok yang terhirup dapat mengiritasi saluran udara yang menyebabkan batuk kronis serta kerusakan paru-paru.
-
Terpapar Bahan Kimia
Paparan bahan kimia yang ada di udara, seperti yang biasa ditemukan di pabrik atau laboratorium dapat menyebabkan batuk jangka panjang.
-
Penggunaan ACE Inhibitor
Penggunaan ACE inhibitor untuk mengatasi penyakit hipertensi, serangan jantung, atau gagal jantung, juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami batuk kronis. Menurut New England Journal of Medicine, kira-kira ada 20 persen orang yang menggunakan ACE inhibitor mengalami batuk kronis.
Baca juga: Batuk Berdahak Tidak Kunjung Sembuh, Waspada 5 Penyakit Ini
Wanita Lebih Berisiko Mengalami Dampak yang Parah Akibat Batuk Kronis
Meskipun pria dan wanita sama-sama berisiko mengalami batuk kronis, tetapi batuk kronis memengaruhi wanita lebih parah daripada pria dan dapat memberikan dampak yang signifikan pada kualitas hidup mereka, menurut studi yang diterbitkan dalam CHEST edisi Februari, jurnal yang diulas oleh American College of Chest Physicians.
Studi tersebut menemukan bahwa lebih banyak wanita daripada pria yang mencari pengobatan medis untuk batuk kronis yang mereka alami, karena kualitas hidup mereka terganggu dengan adanya dampak pada masalah fisik dan psikososial. Para wanita dengan batuk kronis yang mencari pengobatan medis tersebut lebih mungkin mengalami inkontinensia urine dan perasaan malu akibat batuk daripada pria.
Para peneliti dari Departemen Kedokteran dan Psikiatri, University of Massachusetts Medical School juga meneliti hubungan antara jenis kelamin dan kualitas hidup terkait kesehatan pada pengidap batuk kronis yang mencari pengobatan medis dan sejauh mana batuk kronis memengaruhi kualitas hidup mereka.
Para peneliti menganalisis data dari kuesioner kualitas hidup batuk yang diselesaikan oleh 172 pasien (116 wanita dan 56 pria) yang mencari pengobatan medis untuk batuk kronis, dan kelompok kontrol yang terdiri dari 31 perokok (22 wanita dan 9 pria) yang diamati mengalami batuk, tetapi tidak mengeluhkannya.
Hasil kuesioner tersebut menemukan bahwa ada 28 keluhan buruk yang diakibatkan oleh batuk kronis yang dibagi menjadi 6 subskala, yaitu, keluhan fisik, masalah psikososial, kemampuan fungsional, kesejahteraan emosional, keluhan fisik yang ekstrem, dan kekhawatiran keselamatan pribadi.
Pada kelompok pengidap batuk kronis, secara signifikan lebih banyak wanita daripada pria yang melaporkan keluhan fisik yang ekstrem, seperti sakit kepala, pernapasan yang menyakitkan, mual, dan yang paling signifikan, inkontinensia urin. Wanita juga melaporkan lebih banyak masalah psikososial, seperti rasa malu, keluarga yang tidak dapat mentolerir batuk kronis, dan rasa kesal dengan tanggapan orang lain. Sedangkan pada kelompok kontrol perokok, wanita mengeluh inkontinensia urine lebih banyak daripada pria.
Baca juga: Benarkah Batuk Kronis Sebabkan Hernia inguinalis?
Pengobatan untuk Batuk Kronis
Mengingat batuk kronis dapat memberikan dampak yang parah pada wanita, dianjurkan untuk mengunjungi dokter untuk mendapatkan pengobatan untuk mengatasi batuk kronis yang kamu alami.
Pengobatan batuk kronis biasanya akan disesuaikan dengan penyebabnya. Bila batuk kronis disebabkan oleh kebiasaan merokok, dokter akan menganjurkan kamu untuk berhenti merokok. Bila kamu menggunakan obat ACE inhibitor, dokter mungkin akan memberikan alternatif obat yang lain yang tidak menyebabkan batuk.
Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan berikut ini untuk mengatasi batuk kronis:
-
Antihistamin, kortikosteroid, dan dekongestan. Obat-obatan tersebut adalah pengobatan standar untuk alergi dan postnasal drip.
-
Antibiotik. Bila batuk kronis yang kamu alami disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau mikrobakteri, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi tersebut.
-
Obat asma inhalasi. Pengobatan yang paling efektif untuk batuk terkait asma adalah kortikosteroid dan bronkodilator, yang mengurangi peradangan dan membuka saluran udara kamu.
-
Penghambat asam. Bila perubahan gaya hidup tidak efektif mengatasi refluks asam, kamu mungkin perlu mengonsumsi obat yang menghambat produksi asam.
Baca juga: Langkah Sederhana untuk Meredakan Batuk Berdahak
Itulah penjelasan mengenai mitos yang mengatakan wanita berisiko tinggi mengalami batuk kronis. Untuk membeli obat batuk, gunakan saja aplikasi Halodoc. Enggak perlu repot-repot keluar rumah, tinggal order lewat fitur Buy Medicines dan pesananmu akan diantar dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2020. What causes a chronic cough?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Chronic cough.
Science Daily. Diakses pada 2020. Chronic Cough Significantly Impacts Life Quality In Women.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan