Minuman Energi Sebabkan Gangguan Elektrolit, Benarkah?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   21 November 2019
Minuman Energi Sebabkan Gangguan Elektrolit, Benarkah?Minuman Energi Sebabkan Gangguan Elektrolit, Benarkah?

Halodoc, Jakarta - Minuman berenergi biasanya menjanjikan kesegaran, peningkatan energi, serta peningkatan konsentrasi, sehingga kinerja orang yang meminumnya menjadi lebih baik. Namun, muncul pendapat bahwa minuman berenergi mengandung kafein tertinggi dan berpotensi akan bahaya kesehatan. Salah satunya adalah gangguan elektrolit. Benarkah demikian?

Tentu saja alasan orang mengonsumsi minuman berenergi karena minuman ini mengklaim dapat meningkatkan energi dan meningkatkan daya tahan tubuh. “Kafein adalah kafein”, dan dari mana tubuh mendapatkannya tidak masalah. Sebenarnya minuman energi masih tergolong aman jika kamu meminumnya dalam jumlah sedang. 

Misalnya kamu bekerja dan dihadapkan dengan berbagai macam deadline, sehingga harus melakukan all-nighter beberapa kali setahun. Ketika kondisi tersebut terjadi, mungkin saja mengonsumsi minuman berenergi tidak masalah. Namun, tidak sedikit juga orang yang menjadikan konsumsi minuman berenergi sebagai kebutuhan harian, bahkan mengonsumsinya dalam jumlah yang tidak seikit.

Baca juga: Minuman Energi Sebaiknya Dihindari Pengidap Fenilketonuria

Masalah Terdapat pada Kandungan Kafein Tinggi

Masalah utama dari minuman energi adalah bahwa kebanyakan minuman berenergi mengandung jauh lebih banyak kafein daripada secangkir kopi standar. Secangkir kopi mengandung sekitar 100 miligram kafein. Sementara beberapa minuman energi mungkin mengandung jumlah yang sama, yang lain mungkin lebih dari 350 miligram per kaleng. 

Kafein dalam jumlah sedikit hingga sedang mungkin masih tergolong baik, karena dapat meningkatkan suasana hati dan membantu kamu agar lebih konsentrasi. Sementara jika meminum dalam jumlah besar justru menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk melebar. Jika pembuluh darah menyempit, tekanan darah akan naik. Jika pembuluh darah mengerut dan darah tidak dapat melewatinya, hal ini dapat menyebabkan serangan jantung, serangan otak atau stroke, dan kerusakan pada organ vital lainnya. Sebenarnya minuman energi tidak menyebabkan gangguan elektrolit, justru berdampak pada pola kelistrikan jantung yang dapat berbahaya dan fatal. 

Campuran Misterius dalam Minuman Energi

Jika kamu berpikir bahwa mengonsumsi minuma energi sama dengan meminum segelas kopi, maka itu keliru. Kamu harus tahu bahwa tidak sesederhana itu. Jumlah kafein dalam minuman energi benar-benar menjadi perhatian. Kafein dapat membunuh jika seseorang meminumnya dalam waktu singkat. 

Baca juga: Hati-hati, Minuman Energi Bisa Sebabkan Liver

Selain kafein, sudah dapat dipastikan bahwa minuman energi mengandung gula kadar tinggi. Jika segelas kopi atau teh hanya 1-2 sendok teh gula, maka minuman energi memiliki 7-14 sendok teh gula. Mengonsumsi banyak gula dari minuman manis secara teratur tentu akan berkaitan dengan risiko diabetes, obesitas, dan penyakit jantung yang lebih tinggi. 

Ada pula minuman energi yang memiliki tambahan klasifikasi sebagai suplemen makanan. Bahkan klasifikasi minuman energi sebagai suplemen makanan menjadi terpopuler kedua (setelah multivitamin) yang digunakan oleh remaja dan dewasa muda. Hanya saja bahan-bahan seperti guarana, taurine, dan ginseng bukanlah suplemen yang harus dikonsumsi oleh kebanyakan konsumen minuman berenergi. Ginseng memiliki kualitas antioksidan yang baik, tetapi jika kamu ingin meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, lebih baik mengonsumsi blueberry sebagai camilan. 

Baca juga: Fakta Dibalik Minuman Isotonik

Jika jumlah berlebihan kafein atau efek gabungan dari kafein dan bahan umum lainnya harus disalahkan, mengonsumsi minuman energi jelas merugikan sebagian pengguna. Reaksi dari terlalu banyak minum minuman energi berkisar dari sakit kepala, gugup, hingga masalah jantung dan kejang. Kamu perlu mengadukannya pada dokter elalui aplikasi Halodoc jika mengalami reaksi tersebut. 

Referensi:

WebMD. Diakses pada 2019. Energy Drinks: Quick Pick Me Up or Health Hazard?