Minum Susu dari Botol Bisa Sebabkan Bayi Obesitas?
Halodoc, Jakarta – Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh MRC Childhood Nutrition Research Centre di London disebutkan kalau 20 persen obesitas yang dialami oleh orang dewasa disebabkan karena makan berlebihan saat masih bayi.
Lebih jelasnya lagi terkait pola makan, minum susu dari botol adalah pemicu dari obesitas tersebut. Menyusui dari payudara ibu dapat membuat bayi “terbatas” saat mendapatkan ASI, karena bayi harus mengisap dan “bekerja” saat disusui. Sedangkan menggunakan botol, bayi tinggal menelan saja. Informasi selengkapnya mengenai minum dari botol dapat dibaca di bawah ini!
Dampak Minum Susu dari Botol
Tadi sudah disinggung bagaimana pola menyusu semasa bayi dapat memengaruhi risiko obesitas ketika dewasa. Hal ini juga dikuatkan oleh American Journal of Clinical Nutrition yang menegaskan kalau kelebihan gizi pada kehidupan awal menyebabkan kelebihan berat badan dan masalah kesehatan lain di kemudian hari.
Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat Anak Minum Susu?
Namun kalau menurut National Health Service, dijelaskan ada beberapa alasan kenapa pemberian botol susu dilakukan pada bayi. Bisa jadi produksi ASI pada ibu kurang melimpah atau kondisi puting ibu yang membuat anak susah mengisapnya.
Situasi-situasi seperti ini bisa jadi membuat opsi memberikan makan anak melalui botol susu dilakukan. Sebenarnya yang ingin ditegaskan oleh National Health Service adalah bila memang memungkinkan, ada baiknya bayi langsung menyusu dari payudara ibu.
Jika ibu punya masalah dengan cara menyusui atau mungkin ASI tidak keluar, segera langsung tanyakan ke Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk orangtua. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor ibu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.
Cegah Obesitas pada Bayi
Menurut US National Library of Medicine, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mencegah bayi mengalami obesitas. Ini mulai dari penerapan pola makan, mengajak anak bermain, dan kebiasaan tidur.
Terkait pola makan, ada perilaku yang bisa dikelola, seperti menyusui sesuai dengan porsinya. Jika bayi mengonsumsi susu formula, ada baiknya ibu mempelajari sinyal lapar dan kenyang pada bayi.
Pendekatan yang aman adalah mendorong orangtua untuk pertama-tama menggendong bayi dan "menahan" botol, terutama jika anak diberi makan dalam 1 atau 2 jam terakhir. Makan berlebih juga dapat dihindari dengan menyiapkan 4 atau 6 ons botol formula daripada 8 ons botol, terutama dalam 6 bulan pertama anak.
Baca juga: Ganti Susu Sapi dengan Kedelai, Sama Manfaatnya?
Jumlah yang lebih kecil ini lebih konsisten dengan asupan susu pada setiap menyusui. Jika bayi masih tampak lapar setelah mengonsumsi 6 ons, barulah ibu menambahkan asupan lagi. Pendekatan ini dapat mengembangkan kapasitas pengaturan diri bayi yang diberi susu botol.
Membiarkan bayi bermain juga dapat mencegah obesitas. Salah satu caranya adalah dengan membiarkan bayi bebas bergerak, merangkak, tengkurap, dan bergerak untuk menjelajahi lingkungannya.
Terlalu sering mendudukkan anak di kursi bayi ataupun kereta dorong bayi justru akan membatasi pergerakan anak yang tidak hanya memicu obesitas, tetapi juga membuat perkembangan kognitif dan motorik bayi terhambat.
Bayi juga harus dibawa keluar rumah secara teratur. Sinar matahari bermanfaat untuk kesehatan tulang, dan stimulasi sensorik lingkungan yang lebih bervariasi ketimbang di dalam ruangan. Kemudian, kualitas tidur yang tidak baik juga bisa memicu bayi mengalami obesitas. Durasi tidur pendek semasa bayi juga dikaitkan dengan gangguan fungsional ketika anak beranjak dewasa.
Referensi:
The Guardian. Diakses pada 2020. Bottle-feeding babies can lead to adult obesity, says study.
National Health Service. Diakses pada 2020. Overfeeding linked to child obesity.
National Institutes of Health. Diakses pada 2020. The Infancy of Obesity Prevention.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan