Meski Menular, Demam Akibat Mononukleosis Bisa Dirawat di Rumah
Halodoc, Jakarta - Infeksi mononukleosis, atau disebut mono atau demam mononukleosis mengacu pada sekelompok gejala yang biasanya disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV). Infeksi ini biasanya terjadi pada remaja, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak-anak, atau lansia. Penyebaran virus EBV terjadi melalui air liur, yang membuat masyarakat menyebut penyakit ini dengan “the kissing disease”.
Infeksi EBV mulai berkembang pada anak usia 1 tahun dengan gejala yang nyaris tidak dapat didiagnosis. Setelah mengalami infeksi EBV, tubuh biasanya tidak mudah terinfeksi dengan virus lainnya.
Namun, gejala yang perlu diwaspadai, seperti demam tinggi, fotopobia atau rasa takut pada cahaya, penurunan nafsu makan, badan lemas, muncul tonsil atau bercak putih, pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan kemerahan pada tenggorokan. Sebagian kasus infeksi mono yang ringan mudah disembuhkan dengan perawatan minimal.
Oleh karena virus lainnya yang bersifat lebih serius, seperti misalnya hepatitis A menyebabkan gejala yang mirip dengan infeksi mono, dokter dapat melakukan serangkaian tes untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat. Pemeriksaan ini meliputi:
-
Pemeriksaan awal.
-
Pemeriksaan darah untuk menghitung jumlah sel darah, baik sel darah merah maupun sel darah putih.
-
Tes monospot atau uji heterofil, tes darah yang bertujuan mencari antibodi.
-
Tes antibodi EBV.
Baca juga: Beda dengan Anak-Anak, Ini Gejala Demam Mononukleosis pada Orang Dewasa
Belum ada pengobatan khusus terkait demam akibat mononukleosis. Biasanya, dokter meresepkan obat jenis kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan pada tenggorokan dan amandel. Gejala akan sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu satu atau dua bulan.
Perawatan Demam Mononukleosis di Rumah
Demam mononukleosis masuk ke dalam kategori penyakit menular, tapi tetap bisa sembuh dengan perawatan maksimal di rumah. Lalu, bagaimana mengatasi demam mononukleosis di rumah?
-
Kurangi aktivitas yang membuat tubuh kehilangan banyak tenaga.
-
Perbanyak istirahat untuk mengembalikan daya tahan tubuh.
-
Pastikan pasokan cairan harian tubuh tercukupi untuk menghindari dehidrasi.
-
Bersihkan tangan sesering mungkin, terlebih selepas beraktivitas di luar ruangan, setelah memegang benda tertentu (meski di dalam rumah), dan sebelum makan memastikan bahwa kuman tidak masuk melalui tangan.
-
Hindari berolahraga hingga dokter memastikan kamu telah sembuh dari penyakit ini.
-
Konsumsi obat pereda nyeri yang bisa didapatkan melalui apotek, seperti paracetamol atau ibuprofen.
Baca juga: Inilah 4 Penyakit yang Sering Ditandai dengan Demam
Pengidap demam akibat mononukleosis yang pernah terserang penyakit ini sekali bisa membawa dan melakukan penularan kepada orang lain secara berkala. Namun, tidak perlu khawatir, karena gangguan kesehatan ini bisa dicegah penularannya. Orang yang pernah terinfeksi penyakit ini sekali, tubuhnya secara otomatis membentuk antibodi untuk mencegah infeksi kembali.
Namun, apabila kamu sedang terinfeksi demam ini dan merasakan nyeri pada bahu atau bagian perut, sebaiknya langsung tanyakan pada dokter. Tanyakan tentang semua obat yang kamu konsumsi, agar kamu bisa mengetahui pengaruh lanjut obat-obatan tersebut, atau bisa jadi dokter akan meresepkan obat baru untuk kamu.
Baca juga: Jakarta Waspada DBD Sampai Maret 2019, Hindari DBD dengan Cara Ini
Supaya lebih mudah untuk kamu bertanya jawab seputar demam akibat mononukleosis ini, kamu bisa download dan install aplikasi Halodoc langsung di ponsel kamu. Lalu, daftarkan diri dengan mengisi data yang diperlukan. Setelah itu, kamu langsung bisa menggunakan layanan yang sudah tersedia di aplikasi Halodoc ini. Yuk, jaga tubuh tetap sehat!