Mengompol saat Dewasa Bisa Jadi Gejala Inkontinensia Urine?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   23 Oktober 2019
Mengompol saat Dewasa Bisa Jadi Gejala Inkontinensia Urine?Mengompol saat Dewasa Bisa Jadi Gejala Inkontinensia Urine?

Halodoc, Jakarta – Sering mengompol saat dewasa dan mengalami kesulitan menahan hasrat buang air kecil? Bisa jadi itu gejala inkontinensia urine. Penyakit ini umumnya dialami oleh orang lanjut usia, dan lebih sering dialami wanita ketimbang pria. Meski umumnya tidak berbahaya, inkontinensia urine dapat mengganggu kehidupan sosial dan psikologis pengidapnya.

Pada beberapa kasus, inkontinensia urine perlu ditangani segera untuk menghindari risiko komplikasi dan memburuknya kondisi. Oleh karena itu, inkontinensia urine perlu ditangani segera. Lakukanlah diskusi dengan dokter lewat Chat di aplikasi Halodoc, atau buat janji dengan dokter di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Segera periksakan diri ke dokter jika muncul gejala seperti:

  • Salah satu bagian tubuh terasa lemas.
  • Bagian tubuh kesemutan.
  • Gangguan berjalan.
  • Gangguan bicara.
  • Penglihatan kabur.
  • Tidak dapat menahan buang air besar.
  • Penurunan kesadaran.

Baca juga: Ashanty Sering Ngompol, Ini Penjelasan Medisnya

Jenis-Jenis Inkontinensia Urine

Penyebab inkontinensia urine ada banyak, mulai dari gaya hidup yang kurang sehat, hingga kondisi medis tertentu. Berikut beberapa jenis inkontinensia urine, berdasarkan penyebab dan gejala yang terjadi:

1. Stress Incontinence (Mengompol Ketika Ada Tekanan) 

Inkontinensia urine jenis ini membuat pengidapnya mengompol ketika kandung kemih tertekan, seperti ketika batuk, bersin, tertawa keras, atau mengangkat beban. Hal ini disebabkan oleh terlalu lemahnya otot saluran kemih untuk menahan urine ketika ada tekanan.

Lemahnya otot kandung kemih ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya, karena proses persalinan, obesitas, atau komplikasi pasca operasi seperti rusaknya saluran kemih.

2. Urge Incontinence (Tidak Dapat Menunda Buang Air Kecil)

Pengidap inkontinensia urine jenis ini tidak dapat menahan buang air kecil ketika ada dorongan untuk itu. Ketika merasa ingin buang air kecil, perubahan posisi tubuh atau mendengar suara aliran air saja bisa membuat mereka mengompol. 

Kondisi urge incontinence ini terjadi karena otot kandung kemih berkontraksi secara berlebihan. Kontraksi ini dapat dipicu oleh konsumsi soda, alkohol, kafein, dan pemanis buatan secara berlebihan. Selain itu, beberapa kondisi medis seperti infeksi saluran kemih, sembelit, serta gangguan saraf seperti stroke dan cedera saraf tulang belakang, juga dapat memicu terjadinya inkontinensia urine jenis ini. 

Baca juga: 4 Kondisi Medis yang Sebabkan Inkontinensia BAK Meningkat

3. Overflow Incontinence (Mengompol secara Tiba-Tiba)

Inkontinensia urine jenis ini membuat pengidapnya mengompol sedikit-sedikit. Hal ini terjadi ketika kantung kemih tidak dapat dikosongkan sepenuhnya (retensi urine kronis), sehingga sisa urine dalam kandung kemih akan dikeluarkan sedikit demi sedikit.

Kondisi ini juga dapat terjadi ketika kandung kemih atau saluran kemih tersumbat, sehingga keluarnya urine menjadi terganggu dan tidak maksimal. Penyumbatan ini dapat terjadi karena berbagai hal, seperti pembesaran kelenjar prostat, tumor, batu kandung kemih, atau sembelit.

4. Total Incontinence (Sama Sekali Tidak Bisa Menahan Urine)

Seperti namanya, total incontinence terjadi ketika kandung kemih kehilangan kemampuan untuk menampung urine secara total, sehingga pengidapnya akan terus-menerus mengompol. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan struktur kandung kemih atau panggul yang diidap sejak lahir, cedera saraf tulang belakang, atau munculnya lubang antara kandung kemih dan organ di sekitarnya.

Bagaimana Pengobatan untuk Inkontinensia Urine?

Pengobatan untuk inkontinensia urine biasanya dilakukan berdasarkan penyebab, gejala, dan tingkat keparahan yang terjadi. Beberapa jenis pengobatan yang umum dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urine adalah:

1. Terapi Otot Dasar Panggul

Terapi ini dilakukan untuk menguatkan otot panggul, guna meningkatkan kendali atas aliran urine. Cara melakukannya adalah dengan latihan menahan buang air kecil, senam Kegel, atau menjadwalkan waktu berkemih.

Baca juga: Susah Buang Air Kecil, Mungkin Kena Penyakit Ini

2. Obat Penghambat Alfa

Obat ini diberikan untuk mengurangi kontraksi pada otot panggul dan kelenjar prostat.

3. Suntik Botox

Suntik ini dilakukan langsung ke dalam otot kandung kemih, yang bertujuan untuk melemaskan otot-otot yang terlalu aktif.

4. Pemasangan Cincin Pesarium

Cincin ini digunakan untuk mencegah turunnya rahim, yang dapat memicu terjadinya inkontinensia urine.

5. Operasi

Jika metode pengobatan non-bedah tidak mampu mengatasi inkontinensia urine, operasi akan dilakukan. Beberapa metode operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi inkontinensia urine adalah:

  • Memasang penyangga di sekitar leher kandung kemih. Hal ini untuk menahan dan mencegah kebocoran urine.
  • Menaikkan leher kandung kemih dan menjahitnya. Hal ini untuk mencegah kebocoran urine saat kandung kemih mendapat tekanan. 
  • Memasang otot buatan di sekitar leher kandung kemih. Hal ini untuk menjaga agar urine tidak keluar, hingga benar-benar ingin buang air kecil.
  • Memasang jaring tipis di belakang saluran kemih. Hal ini untuk menopang saluran kemih agar selalu pada posisinya
  • Memperbaiki organ panggul yang turun. Hal ini untuk mengembalikan panggul ke posisi normal dan mencegah kebocoran urine.

Referensi:
NHS Choices UK. Diakses pada 2019. Urinary Incontinence.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Urinary Incontinence.
Healthline. Diakses pada 2019. Urinary Incontinence.