Mengenal Bahaya Hipertensi Saat Hamil
“Ibu hamil ternyata masuk dalam kelompok individu yang rentan mengalami hipertensi. Hipertensi selama kehamilan atau preeklamsia nyatanya tidak boleh disepelekan. Pasalnya, tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menghambat perkembangan janin dan membahayakan ibu hamil itu sendiri.”
Halodoc, Jakarta – Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Wanita hamil termasuk kelompok yang berisiko mengalami hipertensi. Hipertensi selama kehamilan atau sering disebut dengan preeklamsia biasanya muncul di atas 20 minggu kehamilan.
Jika tidak diobati, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan berakibat fatal untuk ibu dan bayinya. Wanita yang mengalami preeklamsia harus dipantau ketat oleh dokter selama kehamilan hingga setelah persalinan.
Baca Juga: Tekanan Darah Tinggi Membahayakan Kesehatan, Ini Buktinya
Bahaya Hipertensi Saat Kehamilan
Tekanan darah yang tidak terkendali selama kehamilan berpotensi menghambat perkembangan janin. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama durasinya, risiko komplikasi pada janin pun semakin tinggi. Berikut ini bahaya hipertensi saat kehamilan yang perlu diwaspadai:
- Aliran darah ke plasenta menurun. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, janin di dalam kandungan hanya menerima sedikit oksigen dan nutrisi. Akibatnya, perkembangan janin terganggu (intrauterine growth restriction/IUGR), berat bayi lahir rendah (BBLR), dan bisa menyebabkan kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur nantinya berisiko mengalami gangguan pernapasan, meningkatnya risiko infeksi, dan komplikasi lain yang berbahaya.
- Abrupsio plasenta adalah kondisi terlepasnya plasenta sebelum waktu persalinan. Plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim tidak bisa menempel kembali. Akibatnya, janin berisiko kekurangan oksigen dan nutrisi penting bagi perkembangannya.
- Pada ibu hamil, hipertensi berisiko mengalami kerusakan organ (misalnya pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati) dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Meski begitu, komplikasi di atas dapat dicegah dengan pemantauan ketat dari dokter dan pengukuran tekanan darah secara rutin.
Bagaimana Mencegah dan Mengobatinya?
Jika kamu memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau mengidap hipertensi, sebaiknya bicarakan dengan dokter terlebih dahulu sebelum merencanakan kehamilan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko hipertensi saat hamil dan mencegah komplikasi bahaya yang ditimbulkannya.
Baca Juga: 6 Cara Menjaga Tekanan Darah Selama Kehamilan
Pada kebanyakan kasus, hipertensi saat hamil diatasi dengan konsumsi obat penurun tekanan darah. Obat harus dikonsumsi sesuai resep dan anjuran dokter. Selain konsumsi obat, hipertensi saat hamil bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat berikut:
- Cek tekanan darah secara rutin (setidaknya enam bulan sekali), sebelum dan saat hamil;
- Konsumsi obat tekanan darah sesuai anjuran dokter (jika kamu mengidap hipertensi sebelum hamil);
- Menjaga berat badan ideal sebelum hamil. Caranya dengan rutin berolahraga (setidaknya 30 menit per hari) dan mengonsumsi makanan sehat;
- Hindari gaya hidup kurang sehat yang berpotensi menaikkan tekanan darah, seperti merokok, konsumsi alkohol, atau minum obat sembarangan.
Apabila kamu punya riwayat hipertensi dan kini sedang hamil, penting untuk mengenali gejala-gejala awal preeklampsia agar segera mendapat penanganan yang tepat. Kalau kamu butuh bertanya seputar preeklamsia, hubungi dokter kandungan melalui aplikasi Halodoc. Tak perlu repot ke rumah sakit untuk sekedar bertanya-tanya. Kamu dapat menghubungi dokter kapan pun dan dimana pun kamu butuhkan.
Waspadai Gejala Preeklampsia
Preeklamsia terkadang berkembang tanpa gejala apa pun. Tekanan darah tinggi dapat berkembang secara perlahan, atau mungkin muncul secara tiba-tiba. Maka dari itu, sangat penting untuk memantau tekanan darah secara rutin karena tanda pertama preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah. Tanda dan gejala lain dari preeklampsia yang perlu kamu waspadai adalah:
- Urine mengandung protein atau mengalami tanda-tanda masalah ginjal;
- Sakit kepala parah;
- Perubahan penglihatan, termasuk kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur atau sensitif terhadap cahaya;
- Sakit perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk tepatnya di sisi sebelah kanan;
- Mual atau muntah;
- Jarang buang air kecil;
- Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia);
- Gangguan fungsi hati;
- Sesak napas akibat munculnya cairan di paru-paru;
Baca Juga: 7 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Pengidap Hipertensi
Kenaikan berat badan secara tiba-tiba dan pembengkakan di wajah serta tangan juga bisa menjadi tanda preeklamsia. Kendati demikian, gejala ini juga kerap muncul di kehamilan normal. Oleh sebab itu, pastikan kamu memeriksakan kehamilan secara rutin agar kesehatan ibu dan janin selalu terpantau.