Mengapa Ibu Hamil Tidak Dianjurkan Fluoroskopi?
Halodoc, Jakarta – Fluoroskopi adalah mekanisme pemeriksaan menggunakan sinar-X yang ditransmisikan ke layar monitor berupa gambar bergerak (video). Fluoroskopi memungkinkan seseorang melihat bagian tubuh seperti kerangka, saluran pencernaan, kandung kemih, sistem pernapasan, dan sistem reproduksi beserta gerakannya secara detail. Manfaat fluoroskopi antara lain untuk memeriksa organ tubuh sebelum dilakukannya operasi, memeriksa kondisi organ saat menjalani terapi pengobatan, dan mendiagnosis suatu penyakit.
Baca Juga: 4 Bahaya Sinar Matahari untuk Kulit
Fluoroskopi umumnya dikombinasikan dengan zat pewarna kontras, diberikan untuk menghasilkan gambar detail dan memudahkan dokter dalam membedakan suatu organ dengan area sekitarnya. Pewarna kontras diberikan dengan cara disuntikkan, diminum, atau dimasukkan ke dalam anus. Namun, pewarna kontras perlu dihindari oleh pengidap gagal ginjal, gagal jantung, penyempitan katup jantung, diabetes, anemia sel sabit, dan multiple myeloma. Alasannya karena pewarna kontras dapat memengaruhi fungsi jantung, sehingga pengidap gangguan ginjal atau seseorang yang memiliki riwayat gangguan ginjal perlu menginformasikan pada dokter sebelum fluoroskopi dilakukan.
Ketahui Manfaat Fluoroskopi Secara Umum
Berikut beberapa contoh fluoroskopi beserta manfaatnya yang perlu diketahui:
-
Sinar-X barium berfungsi untuk melihat saluran pencernaan.
-
Fluoroskopi dalam pemasangan kateter berfungsi untuk mengarahkan pergerakan kateter melalui pembuluh darah, saluran empedu, atau sistem kemih.
-
Penempatan perangkat di dalam tubuh, seperti stent untuk membuka pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat.
-
Angiogram berfungsi untuk memvisualisasikan pembuluh darah dan organ.
-
Fluoroskopi dalam bedah ortopedi berfungsi untuk memandu penggantian sendi dan pengobatan patah tulang.
Baca Juga: Agar Tak Panik, Ketahui 5 Mitos Kehamilan Ini
Waspadai Risiko Fluoroskopi pada Ibu Hamil
Fluoroskopi memiliki beberapa risiko yang berdampak negatif pada ibu hamil. Risiko tersebut tergantung dari dosis radiasi yang diterima. Salah satu tindakan fluoroskopi yang menghasilkan dosis radiasi tinggi adalah penempatan stent atau perangkat lain di dalam tubuh yang memerlukan fluoroskopi dalam jangka waktu lama. Risiko lain yang terkait dengan radiasi fluoroskopi yaitu:
-
Cedera akibat paparan radiasi pada kulit dan jaringan di bawahnya (luka bakar).
-
Kanker akibat radiasi yang mungkin terjadi dalam beberapa waktu mendatang.
-
Penggunaan pewarna kontras pada fluoroskopi memiliki risiko reaksi alergi atau gangguan fungsi ginjal.
-
Pada wanita hamil atau kehamilan 10 hari, rentan menyebabkan keguguran.
-
Pada wanita hamil 4 - 12 minggu berisiko menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin. Hal ini terlihat pada perubahan bentuk atau kelainan pertumbuhan pada bayi, bila dilahirkan akan mengalami cacat bawaan.
-
Dosis radiasi sangat besar bisa menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
Secara statistik, peluang seseorang mengalami dampak negatif fluoroskopi sangat kecil. Jika prosedur ini diperlukan secara medis, manfaat fluoroskopi cenderung lebih tinggi dibanding risiko radiasi yang akan diterima. Bahkan, risiko radiasi biasanya jauh lebih kecil dibanding risiko lain yang tidak terkait dengan radiasi, seperti pada prosedur anestesi atau sedasi, dan risiko dari perawatan itu sendiri. Untuk meminimalkan risiko radiasi, fluoroskopi harus dilakukan dengan paparan terendah yang dapat diterima untuk waktu sesingkat yang diperlukan.
Baca Juga: Ibu Hamil, Perhatikan 6 Mitos & Fakta Kehamilan Berikut Ini
Jika kamu memiliki pertanyaan lain seputar fluoroskopi, tanya saja dokter Halodoc agar mendapatkan jawaban yang tepat. Gunakan fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan dimana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan