Memilih Pendidikan yang Tepat bagi Anak Sindrom Down
Halodoc, Jakarta - Enggak sedikit ibu yang kebingungan atau kesulitan untuk menentukan sekolah atau pendidikan yang tepat untuk anaknya. Tak terkecuali bagi Si Kecil yang mengidap sindrom down.
Sindrom down sendiri merupakan gangguan genetik yang paling umum, yang bisa menyebabkan perbedaan kemampuan belajar dan cici-ciri fisik tertentu. Sindrom ini memang tak bisa disembuhkan, tapi dengan dukungan dan perhatian yang maksimal, Si Kecil juga bisa tumbuh dengan bahagia. Ia bisa tetap melakukan banyak hal, ia bisa bersekolah seperti semua orang, bahkan ketika beranjak dewasa dirinya juga bisa bekerja seperti orang lain.
Baca juga: 11 Fakta Tentang Down Syndrome
Nah, bagi ibu yang masih bingung untuk menentukan pendidikan bagi Si Kecil dengan sindrom down, berikut beberapa pilihan yang mungkin bisa membantu:
1. Sekolah Inklusif
Pendidikan inklusif ini sebenarnya merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh Kemendiknas. Lebih tepatnya peraturan No. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
Melalui peraturan ini, penyandang disabilitas bisa bersekolah di sekolah umum yang ditunjuk oleh Pemkot/Pemkab untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Selain itu, kurikulum yang diterapkan di sekolah ini akan disesuaikan bagi penyandang disabilitas berdasarkan minat dan bakatnya. Bahkan, di sana ada tenaga pengajar terlatih yang akan mendidik dan menangani mereka.
Baca juga: Mengenal Sindrom Down Lebih Dalam
Selain sekolah yang ditunjuk pemerintah, ada pula pihak swasta yang memiliki inisiatif sendiri untuk merangkul penyandang disabilitas. Di sekolah swasta ini ada siswa siswa yang mengidap autisme, ADHD, disleksia, dan keterlambatan bicara.
2. Sekolah Luar Biasa
Sekolah Luar Biasa (SLB) ini menjadi pilihan umum orangtua dari anak dengan sindrom down. Alasannya jelas, SLB memiliki staf pengajar yang kompeten dan fasilitas yang cukup baik. SLB juga memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda saat mengajar siswa mereka, dibandingkan dengan peserta didik yang tak berkebutuhan khusus.
Di samping itu, beberapa SLB juga memiliki kerjasama dengan psikolog di luar sana. Biasanya psikolog ini akan datang pada awal tahun ajaran atau penghujung tahun. Bentuknya berupa pertemuan, bukan pendamping setiap kegiatan.
3. Pendidikan Nonformal
Andaikan ibu tak mau menyekolahkan anaknya di SLB, Si Kecil masih bisa kok bersekolah di lembaga nonformal. Misalnya, di salah satu pendidikan nonformal di daerah Jakarta. Di sini anak-anak dengan sindrom down, akan dibekali dengan keterampilan khusus agar mereka bisa berprestasi layaknya anak-anak lain.
Beberapa pihak lembaga pendidikan nonformal juga ada yang mengajukan materi pendidikan nonformal yang dikreasikannya ke Kemendiknas, hingga materi tersebut disahkan. Alhasil, kegiatan belajar-mengajar di sana diberi izin untuk diteruskan.
Baca juga: 4 Faktor Risiko Penyebab Memiliki Anak dengan Down Syndrome
Yang perlu diingat, pilihan menyekolahkan Si Kecil dengan sindrom down ini, perlu dikembalikan lagi pada kebutuhannya. Misalnya, bila anak mengalami gangguan mental berat, sebaiknya pilihlah SLB, karena tenaga pengajar, sarana, dan prasarananya lebih siap. Namun, bila kondisinya memungkinkan, Si Kecil juga bisa dimasukan ke sekolah inklusi.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Ibu bisa kok berdiskusi dengan psikolog melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, ibu bisa mengobrol dengan dokter ahli atau psikolog tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!