Memanaskan Nasi Lagi Bisa Sebabkan Keracunan Makanan, Masa Sih?
Halodoc, Jakarta - Bagi kamu yang sering memanaskan nasi kembali karena sudah dingin, rasanya perlu harap-harap cemas. Kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tetapi diam-diam bisa menimbulkan masalah kesehatan, lho. Kok bisa?
Menghangatkan nasi kembali memang sudah menjadi kebiasaan yang umum. Alasannya berbagai macam, mulai dari nasi dingin yang tak menggugah selera hingga mubazir.
Lantas, ada apa sih di balik dampak memanaskan nasi yang telah dingin?
Bukan karena Memanaskannya
Memanaskan nasi yang kembali nyatanya memang punya potensi untuk menyebabkan masalah kesehatan, tepatnya keracunan makanan. Namun, yang mesti digarisbawahi, potensi keracunan makanan ini bukannya gegara praktik memanaskan ulang nasi. Namun, berasal dari cara nasi disimpan sebelum dipanaskan.
Baca juga: Hindari Keracunan Makanan karena Salah Simpan
Menurut ahli dalam National Health System, program layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya, terdapat spora Bacillus cereus di dalam beras yang belum dimasak. Spora ini merupakan bakteri yang bisa menyebabkan keracunan makanan. Dalam beberapa kondisi, Bacillus cereus ini bisa bertahan selama proses pemasakan nasi.
Nah, di sinilah letak permasalahannya. Spora Bacillus ini bisa bertumbuh menjadi bakteri ketika nasi disimpan dalam suhu ruangan. Nantinya, bakteri ini akan terus berkembang biak, bahkan bisa memproduksi racun yang menyebabkan muntah dan diare. Tuh, bikin cemas kan?
Seseorang yang terserang bakteri Bacillus cereus ini, biasanya akan mengalami gejala keracunan makanan sekitar 1–5 jam setelahnya. Gejalanya bisa berupa muntah atau diare yang cenderung ringan.
Namun, jangan disepelekan, kondisi ini biasanya bisa bertahan selama 24 jam. Oleh sebab itu, ada baiknya segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc.
Sebenarnya, kita bisa kok terhindar dari keracunan makanan akibat memanaskan nasi kembali. Caranya mudah, jangan biarkan nasi matang dalam suhu ruangan lebih dari satu jam. Nasi sebaiknya disimpan dalam lemari pendingin, dan patikan mengonsumsinya dalam waktu 24 jam.
Ketika dipanaskan kembali, penting untuk tak hanya memanaskannya sampai hangat. Akan tetapi, harus “mengepul panas” sampai matang untuk dimakan kembali.
Namun, apa yang perlu dilakukan bila mengalami keracunan makanan?
Mulai dari Asupan Cairan hingga Susu
Ingat, jangan main-main dengan keracunan makanan. Di Amerika Serikat, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 19.000 orang harus masuk rumah sakit akibat keracunan makanan tiap tahunnya. Yang mesti diingat, keracunan makanan ini bisa saja berujung fatal dalam beberapa kasus.
Baca juga: Langkah Awal Atasi Keracunan Makanan Saat Traveling
Nah, berikut ini beberapa upaya yang bisa kita lakukan sebagai pertolongan pertama dalam kasus keracunan makanan:
-
Perbanyak asupan cairan tubuh (air putih) untuk mencegah dehidrasi karena diare atau muntah.
-
Konsumsi minuman oralit bila dianggap perlu.
-
Perbanyak istirahat.
-
Buang air kecil secara berkala.
-
Bila muntah, tundukan kepala agar cairan muntah tak masuk ke saluran pernapasan.
-
Sebaiknya jangan memberikan obat antimuntah. Hanya berikan ketika mengalami dehidrasi parah.
-
Konsumsi obat antidiare atau karbon aktif untuk memadatkan feses dan menyerap caun yang ada di dalam usus.
-
Bila tak ada tablet karbon aktif, berikan susu untuk mengingat racun dalam saluran pencernaan, dan merangsang pengidapnya untuk muntah agar racun bisa keluar dari tubuh. Akan tetapi, bila mengalami diare atau alergi laktosa atau susu, hindari tindakan ini.
Bila pengidap keracunan makanan memiliki kondisi tertentu, seperti diabetes, berusia lanjut, atau memiliki sistem imun yang rendah, bisa mengonsumsi antibiotik untuk pencegahan terjadinya infeksi. Akan tetapi, untuk mengonsumsi ini harus berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!