Malaria dan DBD, Lebih Berbahaya yang Mana?
Halodoc, Jakarta - Kira-kira hewan apa yang paling banyak menyebabkan kematian ke manusia setiap tahunnya? Jawabannya bukan paus, ular buaya, atau singa. Memang sukar dipercayai, nyamuk yang terbilang kecil dan sering dianggap sepele oleh banyak orang, justru menjadi hewan yang amat mematikan. Enggak percaya?
Menurut data dari WHO, setidaknya 725 ribu orang harus kehilangan nyawa tiap tahunnya karena penyakit yang ditularkan melalui nyamuk. Nah, dari banyaknya penyakit yang bisa ditularkan melalui nyamuk, demam berdarah dan malaria yang paling menyita perhatian dunia.
Pada 2017 WHO melaporkan setidaknya ada sekitar 219 juta kasus malaria, dengan kematian sebesar 435 ribu orang. Sedangkan demam dengue lain lagi, virus dengue ini menyerang 390 juta orang. Diperkirakan 500 ribu orang mesti dirawat di rumah sakit, dengan angka fatal sebesar 2,5 persen.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Alasan Demam Berdarah Bisa Berakibat Fatal
Demam Berdarah, Kebocoran Plasma
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus ini masuk ke dalam tubuh lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang hidup di wilayah tropis dan subtropis.
Yang perlu digarisbawahi, demam dengue dan DBD tidaklah sama. Meski sama-sama disebabkan oleh virus dengue, namun kedua penyakit ini berbeda. Perbedaan dasar pada keduanya, yaitu kebocoran plasma.
Pada demam dengue gejala hanya berupa demam dan syok, tak sampai disertai kebocoran plasma. Kebocoran plasma sendiri merupakan melebarkan celah antara sel di pembuluh darah. Nah, inilah yang mengakibatkan keluarnya plasma darah dari pembuluh darah. Darah sendiri terdiri dari dua komponen, yaitu plasma yang berupa cairan dan sel darah.
Baca juga: 3 Fase Demam Berdarah yang Wajib Kamu Ketahui
Kesimpulannya, DBD lebih berbahaya dari demam dengue karena bila terjadi kebocoran plasma, DBD bisa berisiko kematian. Lalu, apa saja sih komplikasi dari DBD?
Komplikasi demam berdarah yang serius adalah dengue shock syndrome (DSS). Gejalanya, meliputi:
-
Tanda perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, perdarahan di bawah kulit, muntah hitam, batuk darah, maupun buang air besar dengan feses kehitaman.
-
Mulut kering.
-
Tekanan darah menurun.
-
Kulit basah dan terasa dingin.
-
Denyut nadi melemah.
-
Frekuensi buang air kecil menurun dan jumlah urine yang keluar sedikit.
-
Sesak nafas atau pola nafas tidak beraturan.
-
Pelebaran pupil.
Jika tidak ditangani dengan segera, DSS bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh yang berujung pada kematian.
Malaria, Infeksi Parasit
Malaria sendiri tak kalah bahayanya dengan DBD. Penyakit ini menyebar melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit. Awas, infeksi malaria ini bisa terjadi hanya dengan satu gigitan nyamuk, lho. Sama halnya dengan demam berdarah dengue, penyakit ini bisa menyebabkan kematian jika tak ditangani dengan tepat.
Parasit yang menyebabkan malaria dikenal dengan nama Plasmodium, yang hanya disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Lalu, apa saja komplikasi yang bisa disebabkan oleh penyakit ini?
-
Dehidrasi.
-
Tekanan darah menurun secara tiba-tiba.
-
Kegagalan fungsi organ tubuh.
-
Anemia parah.
-
Malaria serebral, parasit menghalangi pembuluh darah kecil di otak. Terkadang bisa menyebabkan kerusakan otak permanen, kejang-kejang, hingga koma.
-
Jaundice atau penyakit kuning.
-
Hipoglikemia, kondisi gula darah rendah.
-
Sindrom gangguan pernapasan akut.
-
Gangguan pernapasan.
Baca juga: Disebabkan Nyamuk, Ini Perbedaan Malaria dan DBD
Kesimpulannya, baik malaria maupun DBD sama-sama berbahaya andaikan tak ditangani dengan cepat dan tepat. Sebab, kedua penyakit ini bisa menimbulkan sederet komplikasi yang berbahaya, bahkan menyebabkan kematian.
Mau tahu lebih jauh mengenai penyakit di atas? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!