Ketahui Cara Penularan dari Penyakit MERS
Halodoc, Jakarta – Penyakit MERS menyebar dari sekresi pernapasan orang yang terinfeksi, melalui batuk. Middle east respiratory syndrome (MERS) adalah penyakit pernapasan virus yang disebabkan oleh coronavirus (middle east respiratory syndrome coronavirus atau MERS-CoV) yang pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada 2012. Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit di manusia, mulai dari flu biasa hingga sindrom pernapasan akut parah (SARS).
Virus MERS ditularkan terutama dari hewan ke manusia, namun penularan dari manusia ke manusia juga dimungkinkan. MERS-CoV adalah virus zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa orang terinfeksi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi.
Baca juga: Ini 7 Fakta tentang Penyakit MERS
Virus MERS (ditulis sebagai MERS-CoV) telah diidentifikasi dalam unta dromedaris di beberapa negara, termasuk Mesir, Oman, Qatar, dan Arab Saudi. Ada bukti lebih lanjut yang menunjukkan bahwa MERS-CoV tersebar luas di unta dromedaris di Timur Tengah, Afrika, dan sebagian Asia Selatan. Ada kemungkinan bahwa reservoir hewan lain ada, namun hewan kambing, sapi, domba, kerbau, babi, dan burung liar telah diuji untuk MERS-CoV dan virusnya belum ditemukan.
Penyebaran MERS
MERS-CoV tidak mudah berpindah antar orang, kecuali jika ada kontak dekat, seperti pemberian perawatan klinis kepada orang yang terinfeksi tanpa tindakan kebersihan yang ketat. Penularan antar orang terbatas hingga saat ini dan telah diidentifikasi di antara anggota keluarga, pasien, dan petugas layanan kesehatan. Sementara sebagian besar kasus MERS yang dilaporkan hingga saat ini telah terjadi di rangkaian perawatan kesehatan, sejauh ini tidak ada penularan dari manusia ke manusia yang telah didokumentasikan di mana pun di dunia.
Kasus MERS yang khas, meliputi demam, batuk, dan / atau sesak napas. Pneumonia umum terjadi, namun beberapa orang yang terinfeksi virus MERS telah dilaporkan tidak menunjukkan gejala. Gejala gastrointestinal, termasuk diare, juga telah dilaporkan. Kasus MERS yang parah dapat mencakup kegagalan pernapasan yang membutuhkan ventilasi mekanis dan dukungan di unit perawatan intensif.
Baca juga: Penularan MERS Bisa Terjadi dengan Cara Ini
Beberapa pasien mengalami kegagalan organ, terutama ginjal, atau syok septik. Virus ini tampaknya menyebabkan penyakit yang lebih parah pada orang dengan sistem kekebalan yang melemah, orang tua, dan orang dengan penyakit kronis, seperti penyakit ginjal, diabetes, kanker, dan penyakit paru-paru kronis.
Tingkat kematian untuk orang dengan virus MERS adalah sekitar 35 persen, bahkan bisa lebih tinggi. Ini sangat mungkin terjadi karena bisa jadi kasus-kasus ringan mungkin terlewatkan oleh sistem pengawasan yang ada.
Tidak selalu mungkin untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi virus MERS, karena gejala awal penyakit ini tidak spesifik dan sering keliru untuk penyakit pernapasan lainnya. Untuk alasan ini, semua fasilitas perawatan kesehatan harus memiliki praktik pencegahan dan pengendalian infeksi standar.
Penting juga menyelidiki riwayat perjalanan orang dengan infeksi pernapasan. Ini untuk mengetahui apakah mereka baru saja mengunjungi negara-negara dengan sirkulasi MERS-CoV aktif atau telah melakukan kontak dengan unta dromedaris.
Bava juga: Bahaya MERS yang Menyerang Ibu Hamil
Jika kamu memiliki kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dalam 14 hari terakhir tanpa menggunakan tindakan pencegahan pengendalian infeksi yang disarankan, kamu harus menghubungi penyedia layanan kesehatan untuk evaluasi.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai cara penularan penyakit MERS, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan