Ketahui 4 Tes untuk Mendiagnosis Penyakit Addison
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar penyakit Addison? Namanya terdengar menarik, tapi dampak yang ditimbulkan bagi tubuh bisa sangat mengkhawatirkan. Penyakit Addison merupakan kondisi ketika kelenjar adrenal mengalami kerusakan, sehingga tak mampu memproduksi hormon yang memadai untuk tubuh.
Posisi kelenjar ini berada di atas ginjal. Kelenjar adrenal terbagi menjadi dua bagian: lapisan luar (korteks) dan dalam (medula). Bagian korteks ini bertugas untuk memproduksi hormon steroid, termasuk kortisol dan aldosterone. Kedua hormon ini berperan dalam menjaga keseimbangan garam dan cairan tubuh.
Nah, pada tubuh pengidap penyakit Addison ada sesuatu yang terjadi. Kelenjar adrenal ini cuma sedikit memproduksi hormon kortisol dan aldosteron. Kondisi inilah yang ujung-ujungnya bakal menyebabkan banyak keluhan, bahkan membahayakan tubuh.
Baca juga: Enggak Sekeren Namanya, Ini yang Perlu Diketahui tentang Penyakit Addison
Penyebab Berdasarkan Jenisnya
Penyebab penyakit Addison setidaknya bisa disebabkan dua kondisi. Nah berikut penyebabnya berdasarkan jenisnya
-
Insufisiensi Adrenal Primer
Sebagian besar kasus penyakit Addison disebabkan oleh penghancuran korteks adrenal, lapisan luar kelenjar adrenal oleh sistem kekebalan tubuh sendiri (autoimun). Kerusakan ini terjadi secara bertahap. Sekitar 70 persen kasus penyakit Addison yang dilaporkan disebabkan oleh gangguan autoimun.
Cirinya sistem kekebalan membuat antibodi yang menyerang jaringan atau organ tubuh sendiri dan secara perlahan menghancurkannya. Insufisiensi adrenal terjadi ketika setidaknya 90 persen dari korteks adrenal telah dihancurkan.
-
Insufisiensi Adrenal Sekunder
Penyakit Addison juga bisa disebabkan oleh kurangnya ACTH (adrenokortikotropik) yang menyebabkan penurunan produksi kelenjar adrenal dari kortisol, tetapi tidak memengaruhi aldosteron.
Salah satu bentuk sementara ketidakcukupan adrenal sekunder bisa terjadi ketika, seseorang yang telah menerima hormon glukokortikoid seperti prednison untuk waktu dan lama tiba-tiba berhenti, bisa memicu masalah adrenal sekunder.
Hormon glukokortikoid, yang digunakan dalam mengobati inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, asma, ataupun kolitis ulserativa, memblokir pelepasan corticotropin-releasing hormone (CRH) dan ACTH.
Baca juga: Persendian Sakit dan Kulit Menggelap? Bisa Jadi Sakit Addison
Normalnya, CRH menginstruksikan kelenjar pituitari untuk melepaskan ACTH, maka jika kadar CRH menurun, hipofisis tidak mendapat rangsangan guna melepaskan ACTH. Kondisi inilh yang membuat kelenjar adrenal, kemudian gagal mengeluarkan tingkat kortisol yang cukup.
Kembali ke pertanyaan di atas, lalu bagaimana cara mendiagnosis penyakit Addison?
Dari Tes darah hingga Pencitraan
Seperti penyakit pada umumnya, untuk mendiagnosis penyakit Addison, biasanya dokter akan mengawali dengan wawancara kesehatan. Di sini dokter akan menanyai gejala yang dialami hingga riwayat penyakit yang pernah diidap.
Nah, andaikan dokter menemui gejala-gejala penyakit Addison, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosisnya. Berikut ini pemeriksaan yang umumnya dilakukan:
-
Tes darah
Mengukur kadar natrium, kalium, kortisol, dan ACTH dalam darah. Hasil dari tes ini akan membantu dokter memutuskan apakah gejala yang ada disebabkan oleh insufisiensi. Tes darah juga dapat dilakukan untuk mengukur antibodi yang terkait dengan penyakit Addison autoimun.
-
Tes Stimulasi ACTH
Tes ini akan melibatkan pengukuran kadar kortisol dalam darah sebelum dan sesudah injeksi ACTH sintetis. ACTH memberi sinyal ke kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol. Jika kelenjar adrenal rusak, tes stimulasi ACTH menunjukkan bahwa keluaran kortisol sebagai respons terhadap ACTH sintetis terbatas atau tidak ada.
Baca juga: Mengenal Addison, Penyakit yang Disebabkan Kerusakan Kelenjar Adrenal
-
Tes Hiperglikemia yang Diinduksi Insulin
Terkadang, dokter menyarankan tes ini jika penyakit pituitari adalah penyebab yang mungkin insufisiensi adrenal (insufisiensi adrenal sekunder). Tes ini juga melibatkan pemeriksaan gula darah dan kortisol pada berbagai interval setelah suntikan insulin. Pada kondisi normal, kadar glukosa turun dan kadar kortisol meningkat.
-
Tes Pencitraan
Dokter sering kali meminta pemeriksaan tomografi terkomputerisasi (CT) perut untuk memeriksa ukuran kelenjar adrenal pengidap atau kelainan lain yang dapat menyebabkan insufisiensi adrenal. Dokter mungkin juga menyarankan pemindaian MRI kelenjar pituitari pada kecurigaan insufisiensi adrenal sekunder.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!