Ketahui 3 Pemeriksaan untuk Deteksi Hirschsprung
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar istilah hirschsprung sebelumnya? Hirschsprung merupakan penyakit yang dapat memengaruhi usus besar dan menyebabkan gangguan dalam buang air besar. Penyakit satu ini merupakan penyakit bawaan sejak lahir akibay hilangnya sel saraf pada otot besar usus bayi. Ketahui beberapa pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi penyakit ini.
Baca juga: Ketahui 6 Penyakit Langka pada Bayi Baru Lahir
Beberapa Pemeriksaan untuk Deteksi Hirschsprung
Pertama-tama dokter akan menanyakan gejala yang dialami oleh Si Kecil. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk prosedur colok dubur. Jika Si Kecil diduga mengalami hirschsprung, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan tambahan untuk menentukan secara pasti apa yang dialami oleh Si Kecil. Beberapa pemeriksaan tambahan tersebut, antara lain:
1. Rontgen
Prosedur ini dilakukan guna melihat kondisi usus besar agar tampak lebih jelas. Sebelum dilakukannya prosedur ini, dokter akan memasukkan zat pewarna khusus yang berbahan barium ke dalam usus melalui selang. Selang ini akan dimasukkan melalui dubur.
2. Pemeriksaan Kekuatan Usus
Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus berupa balon dan sensor tekanan guna memeriksa fungsi usus.
3. Biopsi
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan usus besar, kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Untuk itu, segera diskusikan dengan dokter anak ketika Si Kecil tidak buang air besar selama lebih dari 48 jam setelah dilahirkan. Ibu bisa mendiskusikannya dengan dokter anak pada aplikasi Halodoc untuk mengetahui langkah apa yang harus ibu lakukan selanjutnya.
Baca juga: Anak Alami Inkontinensia Alvi, Apa Sebabnya?
Ini Gejala yang Muncul pada Si Kecil Pengidap Hirschsprung
Gejala yang muncul pada masing-masing pengidap akan berbeda, sesuai dengan keparahan kondisinya. Biasanya, tanda akan muncul setelah kelahiran, tapi kadang juga tidak terlihat. Gejala umum pada Si Kecil pengidap hirschsprung ditandai dengan tidak buang air besar selama lebih dari 48 jam setelah persalinan. Gejala hirschsprung lainnya pada bayi yang baru lahir meliputi:
-
Muntah dengan mengeluarkan zat berwarna hijau atau cokelat.
-
Perut membengkak.
-
Gagal untuk mengeluarkan mekonium setelah kelahiran. Mekonium sendiri merupakan kotoran atau feses yang dihasilkan bayi selama di dalam rahim.
-
Mengidap penyakit kuning, yaitu menguningnya bagian kulit dan putih mata karena tingginya kadar bilirubin. Bilirubin sendiri dibentuk dari pemecahan sel darah merah, yang akan dikeluarkan tubuh melalui hati.
-
Tidak mau menyusui.
Sedangkan pada anak-anak, gejala meliputi perut membengkak, sembelit, buang-buang gas, merasa kelelahan, malnutrisi, melambatnya perkembangan, serta impaksi tinja. Gejala yang muncul bisa saja berbeda dari yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk itu, selalu perhatikan kesehatan Si Kecil ya, bu!
Baca juga: Penyebab Obstruksi Usus Dapat Terjadi pada Bayi Baru Lahir
Ini Penyebab Terjadinya Penyakit Hirschsprung pada Si Kecil
Penyakit ini terjadi ketika saraf pada usus besar yang berfungsi dalam mengontrol pergerakan usus tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, feses akan menumpuk di usus besar. Beberapa faktor pemicu lain terjadinya hirschsprung, yaitu:
-
Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit hirschsprung.
-
Berjenis kelamin laki-laki.
-
Mengidap Down syndrome dan penyakit jantung bawaan.
Si Kecil dengan hirschsprung akan sangat berisiko mengalami infeksi usus yang dapat mengancam nyawa. Tidak hanya dari penyakitnya, tindakan operasi guna menyembuhkan Si Kecil juga dapat menimbulkan komplikasi, seperti munculnya robekan pada usus, serta kekurangan gizi.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan