Vaskulitis
DAFTAR ISI
- Pengertian Vaskulitis
- Penyebab Vaskulitis
- Faktor Risiko Vaskulitis
- Gejala Vaskulitis
- Diagnosis Vaskulitis
- Pengobatan Vaskulitis
- Komplikasi Vaskulitis
- Pencegahan Vaskulitis
Pengertian Vaskulitis
Vaskulitis adalah istilah umum untuk beberapa kondisi yang menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Penyakit ini disebut juga angiitis atau arteritis. Peradangan bisa membuat pembuluh darah melemah, meregang, lebih besar, atau lebih sempit. Kondisi tersebut bisa menyebabkan aliran darah terhambat dan berkurang, sehingga kerusakan organ dan jaringan bisa terjadi.
Vaskulitis dapat menyerang orang pada usia berapa pun. Beberapa jenis vaskulitis memengaruhi pembuluh darah yang menuju atau memasok organ tertentu seperti kulit, mata, atau otak. Sementara jenis lainnya mungkin melibatkan banyak sistem organ pada saat yang bersamaan.
Masalah kesehatan ini bisa bersifat ringan dan tidak memerlukan pengobatan, tapi bisa juga parah. Beberapa jenis vaskulitis, antara lain:
- Sindrom Behcet.
- Penyakit Buerger.
- Sindrom Churg-Strauss.
- Cryoglobulinemia.
- Arteritis sel raksasa.
- Granulomatosis dengan Poliangiitis.
- Henoch-Schonlein Purpura.
- Penyakit Kawasaki.
- Arteritis Takayasu.
Penyebab Vaskulitis
Vaskulitis terjadi karena sistem kekebalan tubuh melakukan kesalahan dan menyerang pembuluh darah. Sel yang rusak akan menghasilkan zat kimia yang menyebabkan pembuluh darah membocorkan cairan ke jaringan dan menimbulkan pembengkakan.
Beberapa kemungkinan pemicu reaksi sistem kekebalan tersebut, antara lain:
- Infeksi, seperti hepatitis B dan hepatitis C.
- Kanker darah.
- Penyakit sistem kekebalan tubuh, seperti rheumatoid arthritis, lupus, dan scleroderma.
- Reaksi terhadap obat tertentu.
Faktor Risiko Vaskulitis
Vaskulitis bisa terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan tersebut terjadi:
- Usia. Arteritis sel raksasa jarang terjadi sebelum usia 50 tahun, sedangkan penyakit Kawasaki paling sering terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
- Riwayat kesehatan keluarga. Penyakit Behcet, granulomatosis dengan poliangiitis, dan penyakit Kawasaki terkadang diturunkan dalam keluarga.
- Gaya hidup. Penggunaan narkoba, khususnya jenis kokain, dan merokok bisa meningkatkan risiko vaskulitis.
- Obat-obatan. Vaskulitis kadang-kadang bisa dipicu oleh obat-obatan seperti hydralazine, allopurinol, minocycline dan propylthiouracil.
- Infeksi. Memiliki hepatitis B atau C dapat meningkatkan risiko.
- Gangguan kekebalan. Orang yang memiliki gangguan kekebalan tubuh mungkin berisiko lebih tinggi terkena vaskulitis. Contohnya termasuk lupus, rheumatoid arthritis, dan scleroderma.
- Jenis Kelamin. Arteritis sel raksasa lebih sering terjadi pada wanita, sedangkan penyakit Buerger lebih sering terjadi pada pria.
Gejala Vaskulitis
Gejala vaskulitis sangat beragam dan biasanya dihubungkan dengan berkurangnya aliran darah ke tubuh. Umumnya, pengidap akan mengalami:
- Pegal-pegal.
- Berkeringat di malam hari.
- Kelelahan.
- Munculnya ruam.
- Demam.
- Hilangnya denyut nadi pada tungkai tubuh.
- Gangguan saraf, seperi kebas atau lemas.
- Turunnya berat badan.
- Sakit kepala.
Tanda dan gejala lain juga bisa muncul berdasarkan bagian tubuh yang terpengaruh, yaitu:
- Sistem pencernaan. Bila perut atau usus yang mengalami peradangan, pengidap bisa mengalami sakit perut setelah makan. Bisul dan perforasi juga bisa muncul dan bisa menyebabkan darah dalam tinja.
- Telinga. Pusing, bunyi berdering di telinga dan gangguan pendengaran mendadak bisa terjadi.
- Mata. Vaskulitis bisa membuat mata seseorang terlihat merah dan gatal atau terbakar. Arteritis sel raksasa bisa menyebabkan penglihatan ganda dan kebutaan sementara atau permanen pada satu atau kedua mata. Hal itu terkadang merupakan tanda pertama penyakit.
- Tangan atau kaki. Beberapa jenis vaskulitis dapat menyebabkan mati rasa atau kelemahan pada tangan atau kaki. Telapak tangan dan telapak kaki mungkin membengkak atau mengeras.
- Paru-paru. Pengidap mungkin mengalami sesak napas atau bahkan batuk darah jika vaskulitis memengaruhi paru-paru.
- Kulit. Pendarahan di bawah kulit bisa muncul sebagai bintik merah. Vaskulitis juga dapat menyebabkan benjolan atau luka terbuka pada kulit pengidap.
Diagnosis Vaskulitis
Untuk mendiagnosis vaskulitis, pertama-tama dokter akan menanyakan riwayat kesehatan kamu dan melakukan pemeriksaan fisik. Beberapa tes penunjang juga perlu dilakukan untuk mencari peradangan, atau untuk menyingkirkan kondisi lain. Tes tersebut bisa meliputi:
- Tes darah. Adanya kelainan darah atau antibodi tertentu bisa menjadi tanda vaskulitis.
- Tes urine, untuk memeriksa kerusakan ginjal.
- Tes pencitraan. Sinar-X, pemindaian MRI, CT scan, PET scan, dan ultrasound bisa digunakan untuk memeriksa terjadinya peradangan pada pembuluh darah dan organ. Pengidap mungkin juga perlu menjalani angiogram, di mana dokter akan menyuntikkan pewarna ke dalam aliran darah. Pewarna tersebut akan muncul pada sinar-X untuk memberikan gambaran yang lebih baik tentang pembuluh darah pengidap.
- Tes jantung. Ekokardiogram dilakukan untuk menguji seberapa baik jantung bekerja.
- Biopsi. Dokter juga mengambil sampel jaringan dari pembuluh darah atau organ. Seorang spesialis dapat memeriksanya untuk tanda-tanda peradangan atau kerusakan.
Pengobatan Vaskulitis
Penanganan vaskulitis umumnya ditujukan untuk mengontrol peradangan dengan pemberian obat-obatan, kemudian mengobati penyakit yang memicu terjadinya vaskulitis.
Vaskulitis sendiri biasanya ditangani dalam dua tahap, yaitu penghentian peradangan dan pencegahan agar tidak kambuh. Jika disebabkan oleh reaksi alergi, maka kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya.
Beberapa pengobatan untuk menangani vaskulitis adalah:
- Kortikosteroid sebagai mengontrol peradangan.
- Obat-obatan pelemah sistem kekebalan tubuh.
Kadang-kadang, kondisi ini juga bisa menyebabkan aneurisma, tonjolan atau balon di dinding pembuluh darah. Kondisi tersebut mungkin memerlukan operasi untuk mengurangi risiko pecahnya tonjolan. Arteri yang tersumbat juga mungkin memerlukan perawatan bedah, untuk mengembalikan aliran darah ke area yang terkena.
Komplikasi Vaskulitis
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada pengidap vasculitis, diantaranya:
- Penggumpalan darah dan aneurisma, yang dapat menghambat aliran darah.
- Infeksi. Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati vaskulitis bisa membuat sistem kekebalan menjadi lemah. Akibatnya, pengidap rentan mengalami infeksi.
- Kerusakan organ-organ penting dalam tubuh manusia.
- Gangguan penglihatan hingga menyebabkan kebutaan.
Pencegahan Vaskulitis
Beberapa jenis vaskulitis tidak dapat dicegah, karena disebabkan oleh gangguan autoimun. Namun, tergantung pada penyebabnya, beberapa jenis vaskulitis dapat dicegah agar tidak melebar dengan obat-obatan.
Beberapa gaya hidup sehat juga direkomendasikan, antara lain:
- Jaga kesehatan jantung dengan baik dengan mengganti makanan berlemak dan berminyak dengan makanan yang sehat, serta olahraga secara rutin.
- Jauhi obat-obatan terlarang, termasuk kokain.
- Berhenti merokok.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera temui dokter jika kamu mengalami gejala-gejala yang dipaparkan di atas. Beberapa jenis vaskulitis bisa memburuk dengan cepat, sehingga diagnosis dini adalah kunci untuk mendapatkan pengobatan yang efektif.
Bila kamu tidak yakin mengenai gejala yang kamu alami, tanya dokter saja melalui aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, dokter Halodoc bisa membantu memberi diagnosis awal dan saran kesehatan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Vasculitis.
WebMD. Diakses pada 2022. Vasculitis.
National Heart, Lung, and Blood Institute. Diakses pada 2022. Vasculitis.
Diperbarui pada 28 Juli 2022