Trauma Kepala Berat
Pengertian Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat adalah cedera yang memicu terganggunya fungsi otak. Jenis cedera otak yang mungkin terjadi meliputi lebam, jaringan yang sobek, serta perdarahan. Cedera ini berpotensi menyebabkan komplikasi jangka panjang dan bahkan kematian, sehingga harus segera ditangani di rumah sakit.
Penyebab Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat bisa disebabkan oleh benturan atau hentakan yang sangat keras pada kepala atau tubuh. Trauma kepala berat umumnya disebabkan oleh cedera saat berolahraga, jatuh, kekerasan fisik, hingga kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, adanya objek tertentu yang masuk dan menembus tengkorak, misalnya serpihan tulang tengkorak yang retak atau peluru juga bisa menyebabkan trauma kepala berat.
Faktor Risiko Trauma Kepala Berat
Cedera kepala berat bisa terjadi pada siapa saja. Namun, kondisi ini biasanya lebih berisiko terjadi pada:
- Pria.
- Anak yang berusia kurang dari 4 tahun.
- Dewasa muda berusia antara 15 sampai 24 tahun.
- Lansia berusia lebih dari 60 tahun.
Gejala Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat memiliki beragam gejala yang memengaruhi kondisi fisik maupun mental pengidapnya. Gejala umumnya termasuk:
- Kehilangan kesadaran, baik terjadi selama beberapa menit maupun beberapa jam.
- Sakit kepala berkepanjangan atau semakin parah.
- Bicara yang tidak jelas, linglung, lemas.
- Sulit untuk tetap sadar atau terus-menerus merasa mengantuk pada beberapa jam setelah cedera.
- Kejang-kejang.
- Pandangan yang kabur, kehilangan pendengaran, pendarahan dari telinga
- Muntah berulang kali.
- Keluar cairan bening dari hidung atau telinga. Cairan bening ini merupakan cairan serebrospinal yang biasanya mengelilingi otak dan tulang belakang.
- Mengalami amnesia.
- Lebam di belakang telinga.
- Kehilangan kemampuan koordinasi tubuh, misalnya sulit menjaga keseimbangan saat berjalan.
- Uring-uringan atau menunjukkan tingkah laku yang tidak biasa.
Periode munculnya gejala juga bervariasi. Beberapa gejala dapat muncul segera setelah seseorang mengalami cedera, tetapi ada pula yang baru muncul beberapa hari atau minggu setelahnya. Sementara itu, gejala trauma kepala berat pada balita dapat dikenali dari perubahan kebiasaan tidur, sering sedih atau terlihat depresi, urung-uringan serta kehilangan minat pada mainan favorit.
Diagnosis Trauma Kepala Berat
Dokter akan melakukan penanganan pertama untuk seseorang yang mengalami trauma kepala berat, yaitu memastikan pernapasan, tekanan darah, dan denyut jantung tetap stabil. Setelah itu, dokter akan mulai bertanya keluhan yang dialami dan kondisi yang menjadi penyebab trauma kepala berat terjadi.
Namun, apabila pengidap mengalami kehilangan kesadaran, dokter biasanya akan bertanya kepada orang yang mengantarkan pasien menuju ke rumah sakit. Setelahnya, dokter akan melanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik yang lebih menyeluruh, termasuk memeriksa kondisi saraf pengidap.
Guna menilai kesadaran pengidap sekaligus tingkat keparahan cedera pada kepala, dokter akan menggunakan patokan Glasgow Coma Scale atau GCS. Skala GCS dinilai berdasarkan faktor berikut:
- Respons verbal.
- Gerak fisik.
- Kemudahan dalam membuka mata.
Selanjutnya, nilai dari masing-masing faktor akan dijumlahkan oleh dokter dan ditentukan berdasarkan klasifikasi berikut:
- Cedera kepala ringan: jika jumlah nilai antara 13 sampai 15.
- Cedera kepala sedang: jika jumlah nilai antara 9 sampai 12.
- Cedera kepala berat: jika jumlah nilai antara 8 sampai 13.
Adapun nilai 15 sebagai skor tertinggi menunjukkan pengidap dalam kondisi sepenuhnya sadar, bisa membuka mata spontan, bicara, dan mendengar serta melakukan instruksi dari dokter. Sedangkan nilai 3 sebagai skor paling rendah menunjukkan pengidap dalam kondisi koma.
Apabila memang dibutuhkan, dokter bisa melakukan beberapa pemeriksaan pendukung, seperti MRI atau CT scan. Tujuannya untuk mengetahui dengan pasti kondisi tulang yang patah, mendeteksi ada atau tidaknya perdarahan pada otak, apakah terjadi hematoma atau pembekuan darah, pembengkakan jaringan otak, atau kontusio (jaringan otak mengalami memar).
Pengobatan Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat membutuhkan penanganan di rumah sakit. Dokter akan memantau perkembangan pengidap secara berkala setiap setengah jam hingga benar-benar sadar dan awas. Pemantauan ini dilakukan dengan memeriksa:
- Tingkat kesadaran.
- Ukuran dan reaksi pupil mata terhadap cahaya.
- Kemampuan koordinasi tangan dan kaki.
- Pernapasan.
- Detak jantung.
- Tekanan darah.
- Suhu tubuh.
- Kadar oksigen dalam darah.
Apabila kondisi pengidap mengalami penurunan, dokter akan melakukan CT scan untuk mengecek kondisi otak. Dokter juga akan memasang monitor tekanan intrakranial, yang berfungsi mendeteksi tanda-tanda perdarahan di dalam tengkorak.
Sementara itu, tindakan bedah kraniotomi akan dilakukan oleh dokter apabila terjadi kondisi berikut:
- Terdapat perdarahan dan pembekuan darah di lapisan pembungkus dan jaringan otak.
- Memar pada jaringan otak yang dapat berkembang menjadi sumbatan pembuluh darah otak.
- Fraktur pada tengkorak.
Sebagian besar pengidap trauma kepala berat membutuhkan rehabilitasi. Jenis dan kombinasinya ditentukan berdasarkan tingkat keparahan cedera dan dampak yang dialami. Adapun jenis rehabilitasi yang bisa dijalani oleh pengidap, yaitu:
- Terapi fisik untuk membantu pengidap kembali mempelajari kemampuan mendasar, seperti berjalan.
- Terapi okupasi yang akan membantu pengidap untuk menjalani kegiatan sehari-hari termasuk melatih kemampuan bekerja.
- Terapi bicara guna mengatasi gangguan bicara dan komunikasi.
- Terapi perilaku kognitif yang membantu pengidap untuk mengubah pola pikir agar bisa beradaptasi dengan masalah secara positif dan efektif.
- Psikoterapi yang akan membantu melegakan kekhawatiran dan membuat pengidap lebih mengerti masalah yang sebenarnya, sekaligus mengenali perasaan dan cara pikir pribadi.
Selain itu, psikiatri dapat memberikan obat dan rekomendasi perawatan lain yang dapat mengembalikan kesehatan jiwa pengidap.
Komplikasi Trauma Kepala Berat
Trauma kepala berat berpotensi menyebabkan komplikasi serius yang bahkan bisa berakibat fatal. Semakin parah tingkat cedera otak yang dialami, tingkat keseriusan komplikasi yang mungkin terjadi juga akan semakin meningkat, di antaranya:
- Perubahan tingkat kesadaran, misalnya koma.
- Infeksi. Fraktur tengkorak atau luka tusukan bisa menyobek lapisan jaringan pelindung otak (selaput otak), sehingga bakteri bisa memasuki otak dan menyebabkan infeksi.
- Peningkatan cairan serebrospinal. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan di dalam rongga kepala dan pembengkakan otak.
- Kejang-kejang. Pengidap trauma kepala umumnya mengalami kejang dalam minggu pertama setelah cedera. Komplikasi ini juga bisa terjadi berulang kali yang disebut epilepsi pasca trauma.
- Kerusakan pembuluh darah. Komplikasi ini bisa memicu stroke serta penggumpalan darah.
- Kerusakan saraf, seperti kelumpuhan otot wajah atau kerusakan saraf mata.
- Gangguan intelektual, misalnya kemampuan mengingat, menyelesaikan masalah, berorganisasi, serta konsentrasi.
- Gangguan komunikasi, seperti kesulitan bicara serta sulit memahami tulisan.
- Perubahan tingkah laku serta emosi. Contohnya, tidak bisa mengendalikan diri, depresi, insomnia, dan uring-uringan.
- Perubahan fungsi indera, misalnya kehilangan indera penciuman atau perasa.
Pencegahan Trauma Kepala Berat
Berbagai kondisi yang bisa mengakibatkan terjadinya trauma kepala berat cenderung terjadi secara mendadak, sehingga sangat sulit untuk dicegah. Meski begitu, terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan guna membantu mengurangi risiko terjadinya cedera kepala, yaitu:
- Memakai perlengkapan keamanan saat berkendara menggunakan sepeda motor atau berolahraga.
- Tidak berkendara setelah mengonsumsi obat atau minuman beralkohol.
- Membuat kondisi rumah bebas dari berbagai benda yang bisa meningkatkan risiko terjatuh.
- Pastikan kondisi rumah aman untuk anak.
Kapan Harus ke Dokter?
Penanganan di rumah sakit perlu segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi trauma kepala berat. Buat janji di rumah sakit lebih mudah menggunakan aplikasi Halodoc, download aplikasinya hanya di Play Store maupun App Store.
Referensi:
Healthline.com. Diakses pada 2022. Head Injury: Types, Causes, and Symptoms.
National Health Service UK. Diakses pada 2022. Severe Head Injury.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Traumatic Brain Injury.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan