Tardive Dyskinesia
Tardive dyskinesia adalah kondisi karena efek samping dari obat antipsikotik. Obat ini digunakan untuk mengobati skizofrenia dan gangguan kesehatan mental lainnya.
Tardive dyskinesia menyebabkan wajah dan tubuh menjadi kaku dan tersentak-sentak yang tidak dapat dikendalikan. Pengidapnya mungkin akan mengedipkan mata, menjulurkan lidah, atau melambaikan tangan tanpa sadar melakukannya. Kondisi ini dapat sangat mengganggu aktivitas pengidapnya.
Salah satu pencegahan yang bisa kamu lakukan adalah menghentikan pemberian obat antipsikotik.
Penyebab Tardive Dyskinesia
Penyebab utama kondisi ini adalah konsumsi obat neuroleptik seperti obat antipsikotik. Secara umum, obat antipsikotik dapat mengobati skizofrenia, gangguan bipolar, dan kondisi.
Obat ini bekerja dengan memblokir zat kimia otak yang disebut dopamin. Ketika jumlah zat dopamin pada otak terlalu sedikit, pengidapnya akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan tubuhnya.
Obat antipsikotik yang dapat menyebabkan tardive dyskinesia, antara lain:
- Haloperidol.
- Fluphenazine.
- Risperidone.
- Olanzapine.
Faktor Risiko Tardive Dyskinesia
Peluang terkena TD akan meningkat selama kamu rutin minum obat antipsikotik. Selain itu, faktor risiko terkena penyakit ini juga akan meningkat, jika kamu:
- Seorang wanita yang telah mengalami menopause.
- Berusia di atas 55 tahun.
- Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan.
- Keturunan Afrika-Amerika atau Asia-Amerika.
Gejala Tardive Dyskinesia
Kondisi ini dapat menyebabkan gerakan kaku dan tersentak-sentak yang pengidapnya tidak dapat kendalikan. Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis, antara lain:
- Diskinesia Orofasial atau Diskinesia Oro-Bucco-Lingual: Gerakan tidak terkendali di area wajah, yaitu bibir, rahang, atau lidah. Pengidap kondisi ini mungkin akan:
- Menjulurkan lidah.
- Mengedipkan mata dengan cepat.
- Mengunyah tanpa sadar.
- Memukul atau mengerutkan bibir.
- Mengembungkan pipi.
- Memasang ekspresi cemberut.
- Mendengus.
- Diskinesia Anggota Badan: Ini dapat memengaruhi lengan, kaki, jari tangan, badan, dan kaki. Hal ini dapat menyebabkan pengidapnya:
- Menggerakkan jari tanpa sadar.
- Mengetuk kaki tanpa sadar.
- Mengepakkan lengan tanpa sadar.
- Menggoyangkan pinggul tanpa sadar.
Gerakan ini bisa cepat atau lambat. Pengidapnya mungkin akan merasa terganggu saat beraktivitas.
Diagnosis Tardive Dyskinesia
Dokter biasanya akan mengalami kesulitan untuk mendiagnosis kondisi ini. Gejala mungkin tidak muncul sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengidapnya mulai minum obat antipsikotik. Bahkan, gejala mungkin akan muncul ketika pengidap berhenti minum obat.
Dokter dapat memberikan pemeriksaan fisik yang bernama Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS). Dokter akan memeriksa setidaknya setahun sekali untuk memastikan seseorang tidak mengidap TD setelah mengonsumsi obat antipsikotik. Melalui pemeriksaan ini, dokter akan menilai setiap gerakan abnormal.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes untuk mengetahui apakah pengidap memiliki gangguan lain. Tes ini bisa berupa:
- Tes darah.
- Pemindaian otak, seperti pemindaian CT atau MRI.
Pengobatan Tardive Dyskinesia
Ada dua obat yang disetujui untuk mengobati tardive dyskinesia, antara lain:
- Deutetrabenazine.
- Valbenazin.
Kedua obat ini bekerja dengan cara yang mirip untuk mengatur jumlah aliran dopamin di area otak yang mengontrol jenis gerakan tertentu. Keduanya terkadang bisa menyebabkan efek samping kantuk. Austedo juga telah terbukti memiliki efek samping yang menyebabkan depresi pada pasien dengan penyakit Huntington.
Tidak ada bukti bahwa bahan alami dapat mengobatinya, tetapi beberapa pengobatan alami ini mungkin dapat meminimalisir risiko:
- Ginkgo Biloba.
- Melatonin.
- Vitamin B6.
- Vitamin E.
Komplikasi Tardive Dyskinesia
Jika tidak segera mendapatkan penanganan, kondisi ini dapat membawa risiko komplikasi, seperti:
- Cerebral palsy.
- Penyakit huntington.
- Penyakit parkinson.
- Stroke.
- Sindrom tourette.
- Gangguan pernapasan.
- Gangguan pada gigi dan mulut.
- Sulit menelan.
- Perubahan struktur wajah, seperti kelopak mata terkulai.
Pencegahan Tardive Dyskinesia
Untuk mencegah tardive dyskinesia, kamu perlu melibatkan dokter sebelum minum obat apa pun. Untuk menghentikan timbulnya efek samping penyakit, dokter akan mengubah jenis dan dosis obat. Dokter juga dapat menambahkan resep obat tertentu sebagai antidote.
Kapan Harus ke Dokter?
Kamu harus segera ke dokter jika mengalami gejala tardive dyskinesia. Terlebih, jika kamu memiliki riwayat gangguan saraf atau gangguan mental yang menyebabkan harus mengonsumsi obat antipsikotik secara rutin. Dokter mungkin akan memberi anjuran untuk mengganti jenis obat atau dosis obat.
Itulah pembahasan seputar tardive dyskinesia. Jika kamu memiliki pertanyaan seputar pola kesehatan, kamu bisa bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Yuk, segera download aplikasi Halodoc melalui Play Store maupun App Store.
Referensi:
NCBI. Diakses pada 2022. Tardive Dyskinesia.
Web MD. Diakses pada 2022. Tardive Dyskinesia.
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan