Slapped Cheek Syndrome
Slapped cheek syndrome merupakan infeksi virus yang membuat pipi tampak kemerahan seperti ditampar. Penyebab utamanya adalah infeksi parovirus B19.
Kondisi ini rentan menimpa anak-anak usia sekolah. Namun, tidak menutup kemungkinan juga untuk remaja dan orang dewasa.
Kondisi ini jarang menimbulkan komplikasi serius bahkan beberapa orang tidak merasakan gejalanya sama sekali. Kendati begitu, virus ini mudah menyebar lewat batuk, bersin dan permukaan kotor.
Penyebab Slapped Cheek Syndrome
Infeksi parovirus B19 ditengarai menjadi penyebabnya. Virus tersebut mudah menyebar melalui lendir pengidapnya saat bersin maupun batuk. Ketika lendir tersebut mengenai tangan atau permukaan, virus bisa mudah berpindah dan menginfeksi orang lain.
Masa inkubasinya berkisar 4- 14 hari setelah seseorang terpapar virus. Meski jarang berpotensi serius, sindrom ini tetap butuh diobati. Sebab, untuk ibu hamil dan orang-orang yang imunitasnya lemah, penyakit ini bisa membahayakan.
Faktor Risiko Slapped Cheek Syndrome
Ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko penularan penyakit ini. Beberapa faktor tersebut, meliputi:
1. Sistem kekebalan tubuh lemah
Kelompok individu yang imunitasnya lemah lebih berpeluang tertular virus ini. Individu tersebut meliputi pengidap HIV/AIDS, kanker, asma, diabetes dan penyakit kronis lainnya.
Slapped cheek syndrome bisa mengembangkan anemia kronis pada mereka. Akibatnya, orang-orang tersebut memerlukan transfusi sel darah merah untuk mempertahankan kadar hemoglobin.
2. Pengidap kelainan darah
Pengidap anemia sel sabit, talasemia, dan sferositosis herediter dapat mengalami penurunan hemoglobin secara tiba-tiba jika terpapar virus ini. Padahal, hemoglobin punya peranan besar dalam mengangkut oksigen ke seluruh darah.
Dalam kasus yang parah, kondisi ini dapat menyebabkan gagal jantung. Itu sebabnya, mereka mungkin perlu mendapatkan transfusi sel darah merah untuk mempertahankan tingkat hemoglobin.
Gejala Slapped Cheek Syndrome
Tanda dan gejalanya sangat mirip dengan penyakit flu biasa, yaitu:
- Demam.
- Kelelahan.
- Otot sakit.
- Sakit kepala.
- Sakit tenggorokan.
- Pilek, batuk dan bersin.
Hal yang membedakan adalah munculnya ruam di wajah, terutama bagian pipi. Namun, ruam ini umumnya muncul setelah gejala flu membaik. Warna ruamnya berwarna merah cerah, berukuran kecil dan seringkali terasa gatal.
Selain wajah, ruam juga bisa muncul di bagian tungkai atau dada setelah beberapa hari. Faktanya, sekitar 20 persen pengidap sindrom ini tidak mengalami gejala sama sekali.
Selain itu, gejala pada remaja dan orang dewasa pun sedikit berbeda. Pada kelompok ini, mereka mungkin merasakan gejala yang mirip seperti radang sendi. Nyeri terasa di pergelangan kaki, sendi lutut dan pergelangan tangan.
Butuh sekitar 2-4 minggu untuk gejalanya membaik. Namun, pada beberapa orang, pembengkakan bisa berlangsung sampai berbulan-bulan. Akan tetapi, gejala radang sendi ini tidak menyebabkan kerusakan seperti penyakit radang sendi sebenarnya.
Diagnosis Slapped Cheek Syndrome
Dokter bertanya seputar gejala dan memeriksa bentuk ruamnya. Kemudian, mereka bisa melanjutkannya dengan tes darah untuk memeriksa antibodi terhadap virus ini.
Namun, tes darah biasanya hanya dilakukan dalam situasi tertentu, misalnya jika sedang hamil.
Pengobatan Slapped Cheek Syndrome
Tujuan pengobatan adalah meredakan gejala dan meningkatkan kenyamanan pengidapnya. Tidak ada obat khusus untuk mengobati virus ini.
Kendati begitu, dokter umumnya merekomendasikan obat berikut untuk mengurangi gejalanya:
- Asetaminofen untuk membantu menurunkan demam dan nyeri otot.
- Antihistamin untuk mengobati gatal yang mungkin timbul bersamaan dengan ruam.
- Perbanyak istirahat.
- Minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi. Pada bayi, susui sesering mungkin.
- Gunakan pelembap pada kulit yang gatal.
Hindari memberikan aspirin pada anak di bawah 16 tahun. Sebab, obat tersebut bisa meningkatkan risiko sindrom Reye, kondisi serius yang menyebabkan adanya pembengkakan pada organ hati dan otak.
Sindrom ini rentan menimpa anak-anak dan remaja pasca pulih dari infeksi virus, seperti cacar air dan flu.
Komplikasi Slapped Cheek Syndrome
Kondisi ini jarang menimbulkan komplikasi serius pada anak-anak maupun orang dewasa yang sehat.
Namun, sindrom ini bisa menyebabkan anemia kronis bagi orang-orang yang imunitasnya lemah. Contohnya seperti pengidap kanker, infeksi HIV/AIDS dan transplantasi organ.
Alhasil, mereka perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit untuk transfusi darah.
Pada ibu hamil, slapped cheek syndrome disinyalir meningkatkan risiko keguguran mencapai 10 persen dan potensi anemia pada bayi. Keguguran bisa terjadi saat janin belum berkembang sempurna.
Selain keguguran, penyakit ini juga meningkatkan risiko, kondisi berikut:
- Anemia pada janin, yaitu rendahnya kadar sel darah merah dalam tubuh. Hidrops fetalis atau penumpukan cairan di sekitar organ bayi.
- Stillbirth, yaitu ketika bayi meninggal sebelum lahir.
Pencegahan Slapped Cheek Syndrome
Penyebab utama slapped cheek syndrome adalah parvovirus B19. Virus ini mudah menyebar ke orang lain lewat permukaan atau benda dengan batuk atau bersin di dekat.
Untuk mengurangi risikonya, kamu bisa melakukan pencegahan berikut:
- Sering-seringlah mencuci tangan dengan air dan sabun.
- Jika air tidak tersedia, gunakan hand sanitizer.
- Kenakan masker di tempat yang ramai.
- Jangan menyentuh wajah jika merasa tangan masih kotor.
- Bersihkan permukaan sesering mungkin.
- Gunakan tisu saat batuk atau bersin
- Buang tisu ke tempat sampah sesegera mungkin.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu mengalami tanda dan gejala di atas, temui dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat. Dokter akan memeriksa dengan seksama terkait gejala yang kamu rasakan.
Segera lakukan konsultasi kesehatan melalui tanya dokter melalui aplikasi Halodoc supaya lebih mudah dan praktis.
Jangan tunda untuk memeriksakan diri sebelum kondisinya semakin memburuk, download Halodoc sekarang juga!