Sindrom Asperger
Pengertian Sindrom Asperger
Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tergolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Gangguan spektrum autisme atau yang lebih dikenal autisme merupakan gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Penyebab Sindrom Asperger
Hingga saat ini, penyebab sindrom Asperger tidak diketahui secara pasti. Namun, penyebab sindrom ini disejajarkan dengan penyebab gangguan spektrum autisme. Para ahli memercayai bahwa bahwa kelainan genetik yang diturunkan berperan dalam terjadinya gangguan spektrum autisme dan juga kondisi ini.
Selain faktor keturunan, peneliti juga masih mengidentifikasi apakah infeksi virus, obat-obatan, komplikasi selama kehamilan, atau polusi udara juga berperan dalam perkembangan kondisi ini.
Faktor Risiko Sindrom Asperger
Sejumlah faktor yang diketahui mampu meningkatkan risiko sindrom ini meliputi:
- Jenis kelamin anak. Anak laki-laki punya peluang 4 kali lebih besar untuk mengidap sindrom ini daripada anak perempuan.
- Sejarah keluarga. Keluarga yang memiliki satu anak dengan gangguan spektrum autisme memiliki peningkatan risiko memiliki anak lain dengan gangguan tersebut
- Gangguan lainnya. Anak-anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko lebih tinggi mengidap kondisi ini.
- Bayi sangat prematur. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu mungkin memiliki risiko lebih besar mengalami gangguan spektrum autisme atau sindrom Asperger.
- Usia orang tua. Hamil di usia tua juga meningkatkan risiko sindrom ini.
Gejala Sindrom Asperger
Sindrom ini memiliki gejala-gejala yang tidak terlalu berat dibandingkan dengan jenis penyakit autisme lainnya. Di balik kecerdasan yang dimiliki pengidap sindrom ini, ada beberapa tanda atau gejala yang khas, yaitu:
- Sulit berinteraksi. Pengidap sindrom ini mengalami kecanggungan dalam melakukan interaksi sosial, baik dengan keluarga maupun orang lain. Jangankan berkomunikasi, bahkan untuk melakukan kontak mata saja agak sulit.
- Tidak ekspresif. Pengidap kondisi ini jarang menampilkan ekspresi wajah atau gerakan tubuh yang berkaitan dengan ungkapan. Ketika bahagia, pengidapnya akan susah untuk tersenyum atau tidak bisa tertawa meskipun menerima suatu candaan yang lucu. Pengidap juga akan berbicara dengan nada yang datar-datar saja.
- Kurang peka. Saat berinteraksi dengan orang lain, pengidap sindrom ini hanya berfokus menceritakan diri sendiri. Mereka tidak punya ketertarikan dengan apa yang dimiliki oleh lawan bicara. Pengidapnya bisa menghabiskan waktu berjam-jam membahas hobi yang disenanginya. Misalnya membicarakan tentang klub, pemain, dan pertandingan sepak bola yang disukainya kepada lawan bicara.
- Obsesif, repetitif, dan kurang menyukai perubahan. Rutin melakukan hal yang sama secara berulang-ulang (repetitif) dan tidak menerima perubahan pada sekitarnya adalah ciri khas pengidap sindrom ini. Salah satu tanda yang paling terlihat adalah suka mengonsumsi jenis makanan yang sama selama beberapa waktu atau lebih suka berdiam diri di dalam kelas ketika jam istirahat berlangsung.
- Gangguan motorik. Anak yang mengidap sindrom ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya, jika dibandingkan dengan anak seusianya. Oleh karena itu, mereka sering tampak kesulitan saat melakukan kegiatan-kegiatan biasa, seperti menangkap bola, mengendarai sepeda, atau memanjat pohon.
- Gangguan fisik atau koordinasi. Kondisi fisik pengidap sindrom ini tergolong lemah. Salah satu tandanya adalah gaya berjalan pengidap cenderung kaku dan mudah goyah.
Diagnosis Sindrom Asperger
Gejala sindrom Asperger yang paling mudah terdeteksi oleh orang tua atau guru di sekolah adalah kesulitan anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
Pengidapnya sering kali mengalami diagnosis yang keliru, dengan dianggap mengidap attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yaitu gangguan jangka panjang yang menyebabkan anak sulit berkonsentrasi dan terlalu aktif (hiperaktif).
Untuk mencegah kekeliruan ini, dokter akan mengevaluasi anak secara mendalam dalam hal interaksi sosial, perhatian saat berkomunikasi, penggunaan bahasa, ekspresi wajah saat berbicara, serta koordinasi otot dan perilaku, demi mendapatkan diagnosis yang tepat.
Pengobatan Sindrom Asperger
Sindrom Asperger tidak dapat diobati. Meski begitu, ada beberapa terapi yang membantu pengidapnya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi, regulasi emosi, dan interaksi sosial. Berbagai pendekatan terapinya meliputi:
- Terapi perilaku kognitif. Ini adalah jenis psikoterapi yang dapat membantu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang negatif. Terapi ini dapat membantu mengatasi kecemasan, depresi, dan tantangan pribadi lainnya atau kesulitan sehari-hari.
- Terapi berbicara. Melalui terapi wicara, terapis dapat mengevaluasi dan membantu pengidap dalam berkomunikasi.
- Pelatihan keterampilan sosial. Program keterampilan sosial mengatasi masalah interaksi sosial untuk pengidap sindrom ini. Keterampilan yang diajarkan dapat berkisar dari keterampilan percakapan hingga memahami isyarat sosial dan bahasa non-harfiah, seperti bahasa gaul dan ekspresi yang umum digunakan.
- Terapi fisik (PT) dan terapi okupasi (OT). PT dan OT dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan koordinasi. PT juga dapat membantu anak-anak dengan Asperger mengatasi masalah sensorik.
Selain terapi untuk pengidap sindrom Asperger, orangtua mungkin juga perlu mengikuti pelatihan. Pelatihan dan terapi orang tua dapat membantu orang tua mendapatkan dukungan dalam membesarkan anak dengan spektrum autisme.
Pencegahan Sindrom Asperger
Seperti autisme, terjadinya sindrom Asperger pada anak tidak bisa dicegah. Akan tetapi, beberapa usaha masih bisa dilakukan untuk meningkatkan potensi dan kemampuan pengidap.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika keluarga atau kerabat mengalami tanda atau gejala yang disebutkan di atas, segera periksakan dengan dokter.
Gunakan aplikasi Halodoc untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara mudah dan praktis. Klik gambar berikut untuk memesannya sekarang: