Retardasi Mental
Retardasi mental adalah gangguan intelektual yang umumnya ditandai dengan kemampuan mental atau inteligensi yang berada di bawah rata-rata.
Kondisi ini juga kerap disebut disabilitas intelektual dan ia bisa memengaruhi kapasitas seseorang untuk belajar dan menyimpan informasi baru. Bahkan kondisi ini juga bisa memengaruhi perilaku sehari-hari seperti keterampilan sosial dan rutinitas kebersihan.
Tingkat keparahan retardasi mental cukup bervariasi, mulai dari ringan hingga sangat berat. Umumnya, kemampuan inteligensi seseorang akan diukur dengan menggunakan skor IQ. Seseorang dikatakan mengalami kondisi ini apabila mendapatkan skor IQ di bawah 70.
Anak-anak dengan retardasi mental ringan dapat menjalani kehidupan seperti orang normal dengan dukungan yang tepat. Namun, anak-anak dengan kondisi yang yang parah membutuhkan dukungan yang lebih banyak dan konstan.
Kondisi ini biasanya disebut keterbelakangan mental, yang berkonotasi negatif di masyarakat. Oleh karena itu, frasa ini digantikan dengan disabilitas intelektual. Istilah ini kurang ofensif dan tidak mengjelaskan tingkat keparahan kondisi.
Penyebab Retardasi Mental
Mungkin sulit untuk mengidentifikasi penyebab spesifik dari retardasi mental yang dialami seseorang. Namun, kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan perkembangan otak.
Apa pun yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dapat menyebabkan kondisi ini. Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi penyebab yang paling sering terjadi:
- Kelainan Genetik. Kelainan seperti sindrom down dan sindrom fragile X yang diduga memiliki keterkaitan dengan kelainan genetik yang kemudian bisa menyebabkan kondisi ini.
- Masalah selama Kehamilan. Beberapa kondisi yang terjadi selama kehamilan nyatanya bisa menyebabkan gangguan perkembangan otak janin. Ini termasuk penggunaan alkohol, konsumsi obat-obatan terlarang, gizi buruk, infeksi, dan preeklamsia.
- Masalah selama Masa Bayi. Retardasi mental juga bisa terjadi akibat gangguan selama masa kelahiran. Seperti misalnya akibat bayi tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup, atau bayi lahir dalam kondisi yang sangat prematur sehingga paru-paru belum matang secara sempurna.
- Cedera atau Penyakit Lainnya. Infeksi seperti meningitis, atau campak juga bisa menyebabkan anak mengalami penyakit ini. Cedera kepala berat, keadaan hampir tenggelam, malnutrisi ekstrem, infeksi otak juga merupakan conton hal-hal yang bisa memicu retardasi mental.
Faktor Risiko Retardasi Mental
Ada beberapa faktor yang nyatanya bisa meningkatkan risiko pada anak antara lain:
- Faktor biologis, contohnya saat terjadinya kelainan kromosom pada pengidap sindrom Down.
- Faktor metabolik, beberapa kelainan metabolik dapat meningkatkan risiko retardasi mental seperti penyakit phenylketonuria (PKU), d imana tubuh tidak dapat mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin.
- Faktor prenatal, perawatan pra kelahiran yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit ini pada bayi, contohnya konsumsi alkohol pada kehamilan dan infeksi cytomegalovirus saat kehamilan.
- Faktor psikososial, yakni lingkungan rumah dan keluarga yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Terutama tipe sosio-kultural, yang merupakan retardasi mental dengan tingkatan yang ringan.
Gejala Retardasi Mental
Gejala retardasi mental biasanya akan mulai terlihat sejak anak usia dini. Dalam beberapa kasus, tanda-tandanya mungkin bersifat fisik. Misalnya, anak mungkin memiliki kepala yang sangat besar atau kecil, ada kelainan pada tangan atau kaki mereka, atau perbedaan fisik lainnya. Namun, ini tidak selalu terjadi.
Anak-anak yang tampak sehat secara fisik dan normal juga bisa mengalami retardasi mental. Anak-anak yang memiliki kondisi yang parah mungkin mulai menunjukkan gejala pada usia yang lebih dini daripada mereka yang memiliki bentuk yang lebih ringan.
Jika khawatir anak mungkin memiliki retardasi mental, berikut adalah beberapa tanda awal yang harus diwaspadai:
- Sering berputar, duduk-berdiri, merangkak, atau terlambat berjalan.
- Mempunyai gangguan dalam berbicara, seperti gagap.
- Lamban dalam memelajari sesuatu hal yang sederhana, seperti berpakaian, membersihkan diri, dan makan.
- Kesulitan mengingat barang
- Kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.
- Gangguan perilaku, seperti tantrum.
- Kesulitan dalam melakukan diskusi, sulit menyelesaikan suatu masalah, atau pola pikir yang kurang logis.
Diagnosis Retardasi Mental
Retardasi mental dapat dicurigai dari beberapa sebab. Contohnya jika bayi memiliki abnormalitas fisik karena memiliki kelainan genetik atau kelainan metabolik, berbagai macam pemeriksaan dapat juga dilakukan untuk memastikan diagnosis tersebut.
Nah, ada tiga jenis faktor yang dapat menentukan diagnosis retardasi mental yaitu:
- Wawancara dengan kedua orang tua.
- Observasi terhadap anak
- Uji intelegensi dan kemampuan adaptif.
Nantinya seorang anak akan didiagnosis mengidap retardasi mental jika memiliki kekurangan dalam IQ dan kemampuan adaptif.
Dalam menentukan diagnosis anak, beberapa tes mungkin dilakukan dokter, seperti:
- Tes neurologis seperti electroencephalogram (EEG) atau magnetic resonance imagining (MRI) untuk menentukan apakah ada kelainan di otak.
- Tes genetik untuk membantu mengidentifikasi apakah ada kelainan bawaan seperti sindrom Fragile X yang dapat menyebabkan cacat intelektual.
- Tes medis umum tergantung pada gejala yang ditunjukkan anak.
- Tes pendidikan khusus.
- Tes skrining perkembangan untuk menentukan tingkat fungsi intelektual dan sosial anak.
- Skrining prenatal untuk menentukan apakah ada masalah perkembangan saat anak masih dalam kandungan.
- Evaluasi pendengaran jika masalah pendengaran bertanggung jawab atas gangguan fungsi intelektual dan bukan kecacatan intelektual.
Pengobatan Retardasi Mental
Terdapat beberapa program pengobatan pada anak dengan retardasi mental. Semakin cepat kondisi ini diperikasakan, maka semakin baik juga perkembangan yang dapat diusahakan saat pengobatan.
Sementara itu, untuk bayi dan anak-anak, intervensi awal meliputi:
- Terapi wicara.
- Terapi okupasi.
- Terapi motorik-fisik.
- Konseling keluarga.
- Latihan penggunaan alat khusus.
- Program pengaturan nutrisi.
Pada anak usia sekolah yang memiliki retardasi mental, mereka dapat didaftarkan pada program sekolah khusus untuk retardasi mental demi meningkatkan kemampuan adaptabilitas anak.
Komplikasi Retardasi Mental
Anak dengan retardasi mental tingkat berat biasanya akan mengalami komplikasi berupa masalah kesehatan lainnya. Masalah ini terkait kejang, gangguan suasana hati (cemas dan autisme), kelainan motorik, gangguan penglihatan atau gangguan pendengaran.
Pencegahan Retardasi Mental
Salah satu yang paling sering dan dapat dicegah dari banyaknya kemungkinan penyebab retardasi mental adalah sindrom janin alkohol. Jadi, ibu hamil sangat disarankan untuk tidak mengonsumsi alkohol.
Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara berkala dan rutin juga dapat mencegah timbulnya retardasi mental. Asupan vitamin, vaksin, dan edukasi yang diberikan petugas kesehatan bisa membantu mengurangi faktor risiko.
Pada keluarga yang memiliki riwayat penyakit keturunan, konseling genetik dapat dilakukan sebelum merencanakan kehamilan. Beberapa pemeriksaan seperti USG dan pengambilan cairan ketuban, dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya retardasi mental. Meskipun, pemeriksaan ini hanya sebagai penapisan sebelum persalinan, bukan sebagai pengobatan.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera periksakan diri ke dokter apabila kamu melihat gejala retardasi mental pada anak.
Gejala seperti kejang berulang, keterlambatan perkembangan anak baik motorik, berbicara, maupun kemampuan sosialisasi juga perlu segera diperiksakan. Sebab mereka dapat menjadi tanda awal dari retardasi mental.
Agar lebih mudah, orang tua bisa meminta bantuan kepada psikiater di Halodoc yang tersedia 24 jam. Tidak perlu khawatir, privasi kamu terjamin aman bersama kami.
Referensi:
American Psychiatric Association. Diakses pada 2022. What is Intellectual Disability?
Very Well Mind. Diakses pada 2022. What Is an Intellectual Disability?
Healthline. Diakses pada 2022. What You Should Know About Intellectual Disability.
Diperbarui pada 6 Juli 2022.