Polihidramnion
Pengertian Polihidramnion
Polihidramnion adalah sebuah kondisi di mana ibu hamil mengalami penumpukkan cairan ketuban. Pada umumnya, hal ini tidak menyebabkan gangguan atau hanya menyebabkan gangguan ringan pada ibu. Namun, polihidramnion dapat menyebabkan gejala serius seperti kesulitan bernapas dan kelahiran prematur.
Kondisi ini umumnya terjadi pada sekitar 1-2 persen kehamilan. Perawatan tergantung pada tingkat keparahan kondisinya. Pada kasus ringan, polihidramnion dapat hilang dengan sendirinya. Dalam kasus berat, dokter perlu memantau kehamilan secara seksama untuk mencegah komplikasi.
Penyebab Polihidramnion
Pada dasarnya, volume air ketuban memang akan meningkat seiring bergulirnya waktu, umumnya pada minggu ke-26 kehamilan. Namun, ketika seorang wanita mengidap polihidramnion, volume cairan ketuban ini bisa meningkat sangat cepat, bahkan mencapai dua liter hingga tiga liter.
Sebenarnya janin punya peran penting terkait cairan ketuban. Janin akan mengendalikan volume cairan ketuban dengan menelan atau mengeluarkannya kembali dalam bentuk urine. Bila janin tak menelan cukup cairan, maka air ketuban bisa menumpuk. Polihidramnion ini terjadi ketika keseimbangan cairan ini terganggu.
Banyak faktor yang bisa mengganggu keseimbangan ini, misalnya infeksi selama kehamilan, ibu hamil mengidap diabetes, hingga ketidakcocokan darah antara ibu dan bayi.
Faktor Risiko Polihidramnion
Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan terjadinya polihidramnion, antara lain:
- Infeksi bawaan (terjadi saat kehamilan).
- Janin mengalami kelainan pencernaan yang menghambat saluran cairan.
- Sindrom transfusi kembar.
- Janin mengalami gagal jantung.
- Perbedaan golongan darah atau rhesus darah ibu dan janin.
- Kurangnya sel darah merah pada janin.
- Kehamilan kembar.
- Masalah pada plasenta.
- Masalah genetik pada bayi.
Gejala Polihidramnion
Ketika wanita hamil mengalami polihidramnion, mereka bisa merasakan beberapa keluhan dalam tubuhnya. Gejala yang muncul terjadi karena tekanan pada rahim dan organ-organ di sekitarnya. Ada pun gejala yang patut diwaspadai seperti:
- Kesulitan bernapas.
- Bengkok pada kaki dan perut.
- Kontraksi rahim.
- Kelainan posisi janin dalam rahim, seperti sungsang.
Diagnosis Polihidramnion
Seperti penyakit atau kondisi medis pada umumnya, dokter akan mengawali diagnosis dengan anamnesis atau wawancara medis. Di sini dokter akan menanyakan gejala yang dialami pengidapnya. Setelah itu, barulah dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa USG bisa membantu dokter untuk menegakkan diagnosis polihidramnion. Selain USG, tes tambahan yang bisa dilakukan termasuk:
- Tes darah. Prosedur ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular yang mungkin berhubungan dengan polihidramnion.
- Amniosentesis. Amniosentesis adalah prosedur di mana sampel cairan ketuban yang mengandung sel-sel janin dan berbagai bahan kimia yang diproduksi oleh bayi dikeluarkan dari rahim untuk diuji. Pengujian mungkin termasuk analisis kariotipe, yang digunakan untuk menyaring kromosom bayi guna mendeteksi kelainan.
Jika ibu telah didiagnosis mengidap polihidramnion, dokter akan memantau kehamilan dengan cermat. Pemantauan dapat mencakup hal-hal berikut:
- Tes non-stres. Melalui tes ini, dokter akan memeriksa bagaimana detak jantung bayi bereaksi ketika bergerak. Selama tes, ibu perlu mengenakan alat khusus di perut untuk mengukur detak jantung bayi. Ibu mungkin juga diminta untuk makan atau minum sesuatu untuk membuat bayi aktif. Perangkat seperti bel juga dapat digunakan untuk membangunkan bayi dan mendorong gerakan.
- Profil biofisik. Tes ini menggunakan ultrasound untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang pernapasan, nada dan gerakan bayi serta volume cairan ketuban di dalam rahim. Prosedur ini dapat dikombinasikan dengan tes non-stres.
Komplikasi Polihidramnion
Polihidramnion sering kali dikaitkan dengan:
- Kelahiran prematur.
- Pecah ketuban terlalu dini.
- Abruptio plasenta ketika plasenta terlepas dari dinding bagian dalam rahim sebelum waktunya.
- Melahirkan secara caesar.
- Pendarahan berat, karena kurangnya tonus otot uterus setelah melahirkan
Semakin dini polihidramnion terjadi, maka semakin besar jumlah kelebihan cairan ketuban, sehingga semakin tinggi pula risiko komplikasi.
Pengobatan Polihidramnion
Untuk kasus polihidramnion ringan, biasanya kondisi ini bisa pulih dengan sendirinya tanpa penanganan khusus. Untuk kasus lainnya, mengobati faktor penyebab seperti mengontrol gula darah pada diabetes melitus dapat membantu mengatasi masalah polihidramnion.
Jika mengalami gejala seperti kesulitan bernapas, nyeri dan kram perut, hingga mengalami kelahiran prematur, pengidap harus segera dibawa ke rumah sakit dan diberikan pengobatan. Hal-hal yang dapat dilakukan berupa:
- Drainase cairan amnion yang berlebihan.
- Konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan sekresi urine dari janin.
Pencegahan Polihidramnion
Sayangnya hingga kini cara untuk mencegah polihidramnion belum diketahui dengan pasti. Namun, setidaknya wanita hamil perlu menjauhi faktor risiko yang dapat memicu terjadinya polihidramnion.
Misalnya, wanita yang mengidap diabetes, perlu mengontrol kadar gula darah dengan baik. Di samping itu, cara mencegah polihidramnion bisa juga dengan vaksinasi sebelum hamil agar terhindar dari infeksi selama kehamilan.
Kapan Harus ke Dokter?
Periksa kandungan selama kehamilan dengan menemui dokter secara teratur agar untuk memantau perkembangan janin dan mencegah masalah medis seperti polihidramnion. Jika ibu punya pertanyaan seputar kehamilan, bicara pada dokter melalui aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc kapanpun kamu butuhkan, download Halodoc sekarang juga!