Pneumotoraks
DAFTAR ISI
- Pengertian Pneumotoraks
- Jenis Pneumotoraks
- Penyebab Pneumotoraks
- Faktor Risiko Pneumotoraks
- Gejala Pneumotoraks
- Diagnosis Pneumotoraks
- Pengobatan Pneumotoraks
- Komplikasi Pneumotoraks
- Pencegahan Pneumotoraks
- Kapan Harus ke Dokter?
Pengertian Pneumotoraks
Pneumotoraks (PTX) merupakan istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi paru-paru yang kolaps (mengempis). PTX terjadi saat udara memasuki ruangan antara paru-paru dan lapisan pleura yang menyelimuti organ tersebut.
Hal ini bisa terjadi karena adanya cedera pada dinding dada atau ruptur pada jaringan paru. Kondisi tersebut mengakibatkan paru-paru kolaps karena perubahan tekanan udara pada paru-paru (menekan paru-paru).
Kondisi ini membuat paru-paru tidak bisa berkembang seperti biasanya, sehingga pengidapnya merasa sulit untuk menarik napas.
Jenis Pneumotoraks
Terdapat dua jenis utama dari pneumotoraks, pneumotoraks traumatik, dan pneumotoraks non-traumatik. Keduanya menjadi pneumotoraks (tension PTX). Berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Pneumotoraks traumatik
Pneumotoraks jenis ini terjadi akibat cedera pada dinding dada maupun paru. Cedera bervariasi dari ringan sampai berat dan merusak struktur dada hingga menyebabkan udara bocor ke dalam ruang pleural.
Contoh cedera yang sering menyebabkan PTX adalah:
- Patah tulang rusuk.
- Luka tusuk atau luka tembak pada dada.
- Trauma dada akibat kecelakaan lalu lintas, dapat menyebabkan cedera tertutup maupun terbuka.
- Pukulan keras pada dada akibat olahraga, biasanya menyebabkan cedera tertutup.
- Prosedur-prosedur medis yang dapat mencederai paru-paru. Contohnya seperti pemasangan central line, pemakaian ventilator, biopsi jaringan paru, dan CPR atau resusitasi jantung paru.
- Scuba diving dan mendaki gunung juga dapat menyebabkan PTX, karena perubahan ketinggian yang menyebabkan adanya gelembung-gelembung udara pada paru, sehingga dapat menyebabkan ruptur dan kemudian kolaps.
2. Pneumotoraks non-traumatik
Jenis pneumotoraks ini terjadi secara spontan dan terbagi menjadi dua tipe, yaitu primer dan sekunder:
- Pneumotoraks spontan primerHal ini bisa terjadi karena kantung udara abnormal di paru-paru pecah dan melepaskan udara. Kondisi paru-paru kolaps ini bahkan bisa terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat sakit paru.
Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang bisa memicu PTX spontan primer seperti berusia muda (10-30 tahun), berjenis kelamin laki-laki, memiliki tubuh kurus, perokok aktif, memiliki penyakit bawaan, serta kerap terpapar zat-zat iritan dari lingkungan dan pekerjaan.
- Pneumotoraks PTX spontan sekunder. Merupakan PTX yang terjadi pada individu yang memiliki penyakit paru sebelumnya. Ada beberapa penyakit paru-paru dapat menyebabkan paru-paru kolaps, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, infeksi akut atau kronis (tuberkulosis atau pneumonia, fibrosis sistik, emfisema, dan kanker paru).
Penyebab Pneumotoraks
Lantas, apa yang menjadi penyebab PTX? Sebenarnya, PTX memiliki tiga penyebab utama yaitu kondisi medis, cedera, dan faktor gaya hidup.
- Kondisi medis meliputi asma, radang paru-paru, penyakit paru obstruktif, fibrosis kistik, emfisema, fibrosis paru idiopatik, kanker paru, limfangio leiomyomatosis, tuberkulosis, dan sindrom gangguan pernapasan akut.
- Cedera seperti trauma benda tumpul, luka tusuk, luka tembak, prosedur medis (biopsi paru-paru, pemasangan jalur vena sentra, dan tindakan blok saraf).
- Faktor gaya hidup seperti penggunaan obat-obatan terlarang, merokok, scuba atau menyelam di laut dalam, serta terbang yang melibatkan tekanan udara drastis.
Kamu perlu waspada, Cedera Olahraga Dapat Sebabkan Pneumotoraks.
Faktor Risiko Pneumotoraks
Pneumotoraks bisa menyerang seseorang yang tak memiliki riwayat penyakit paru-paru. Kondisi ini biasanya sering terjadi pada pria yang berusia 20-40 tahun, terutama mereka yang memiliki fisik tinggi dan kurus.
Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya pneumotoraks, antara lain:
- Merokok.
- Genetik, beberapa jenis penyakit ini merupakan penyakit keturunan.
- Mengidap penyakit atau gangguan pada paru-paru.
- Mengidap Sindrom Marfan.
- Cedera akibat kontak olahraga, seperti sepak bola.
- Aktivitas ekstrim yang menyebabkan kerusakan pada dada.
- Pernah mengalami pneumotoraks sebelumnya.
Selain orang dewasa, Bisakah Anak-Anak Mengalami Pneumotoraks? Cari tahu selengkapnya!
Gejala Pneumotoraks
Gejala-gejala pneumotoraks traumatik dan spontan hampir tidak ada perbedaan, tetapi gejala pneumotoraks traumatik cenderung muncul pada saat trauma terjadi, atau tidak lama sesudahnya.
Umumnya, serangan gejala pneumotoraks spontan terjadi ketika pengidapnya sedang beristirahat. Serangan mendadak seperti nyeri dada sering menjadi gejala utamanya.
Gejala lain mungkin termasuk:
- Rasa nyeri persisten di dada.
- Sesak napas atau dyspnea.
- Keluar keringat dingin.
- Sensasi tertarik (tightness) di dada.
- Tubuh membiru (sianosis).
- Takikardia berat (denyut jantung cepat).
Diagnosis Pneumotoraks
Untuk mendiagnosis pneumotoraks, pertama-tama dokter akan melakukan wawancara medis untuk mengetahui riwayat penyakit paru-paru pengidap, lalu melakukan pemeriksaan fisik. Petugas medis juga bisa mengukur tingkat gas tertentu dalam aliran darah.
Untuk mengukur gas seperti oksigen dan karbondioksida, seorang perawat akan mengumpulkan sampel darah pengidap dan menganalisisnya di laboratorium.
Pemeriksaan fisik seperti perkusi dan auskultasi paru juga bisa dilakukan, sehingga dapat ditemukan perubahan suara ketuk paru dan suara napas.
Kemudian, hasil pemeriksaan di atas bisa perkuat oleh bukti pencitraan. Tes pencitraan yang biasanya akan dilakukan untuk mendiagnosis pneumotoraks adalah rontgen dada pada posisi berdiri tegak, CT scan, USG dada.
Pengobatan Pneumotoraks
Pengobatan pneumotoraks tergantung pada penyebab, ukuran, dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Pengobatannya bisa bervariasi, mulai dari observasi ketat sampai tindakan operatif.
1. Observasi
Observasi ketat dilakukan untuk individu dengan PTX spontan primer yang kecil dan tidak menyebabkan sesak napas.
Dokter akan memonitor kondisi secara berkala dengan cara mengajukan rontgen serial sampai paru terlihat kembali mengembang sempurna.
Pada kasus-kasus seperti ini, ketika udara masih dapat diserap oleh jaringan paru, aktivitas fisik rutin tidak terbukti membuat kondisi lebih parah atau memperlambat penyembuhan.
2. Pemberian oksigen tambahan
Dokter mungkin akan memberi pasien oksigen ekstra bila pneumotoraks kecil, tapi ia mengalami gejala. Hal ini untuk memastikan kondisi pasien tetap stabil.
3. Drainase udara
Drainase udara yang mengokupasi ruang pleura dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu aspirasi menggunakan jarum dan pemasangan chest tube. Kedua prosedur ini dapat dilakukan tanpa menggunakan bius umum.
4. Pleurodesis
Prosedur pengobatan yang satu ini lebih invasif. Umumnya dilakukan pada pengidap yang sudah berkali-kali mengalami pneumotoraks.
Pada pleurodesis, dokter akan mengiritasi ruang pleura, sehingga pleura akan menempel pada dinding paru dan akhirnya udara tidak dapat berkumpul. Prosedur ini juga kerap dilakukan untuk mencegah PTX terulang.
Terdapat dua metode dalam melakukan prosedur ini, yaitu mekanikal (melalui operasi, ketika dokter akan menyisir pleura, sehingga menyebabkan iritasi), serta secara kimia (dokter menggunakan iritan kimia untuk menghasilkan adhesi antara pleura dan dinding paru).
5. Operasi
Pada kasus-kasus tertentu, tindakan operasi perlu dilakukan untuk menangani PTX, terutama pada kasus-kasus saat udara terperangkap dalam volume banyak.
Tipe-tipe operasi yang dapat dilakukan termasuk torakotomi, torakoskopi dengan asistensi video, dan lobektomi.
Komplikasi Pneumotoraks
Pneumotoraks yang dibiarkan tanpa penanganan bisa memicu kondisi lainnya. Banyak orang yang mengidap satu pneumotoraks bisa mengalami pneumotoraks jenis lainnya dalam satu atau dua tahun kemudian.
Terkadang, udara terus bocor jika lubang di paru-paru tidak menutup. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menutup kebocoran udara.
Sebenarnya, sebagian besar pneumotoraks bisa sembuh tanpa masalah. Tapi dalam beberapa kasus, komplikasi serius bisa terjadi.
Komplikasi pneumotoraks, antara lain:
- Re-ekspansi edema paru, yaitu kondisi ketika ada cairan ekstra di paru-paru.
- Kerusakan paru-paru atau infeksi yang disebabkan oleh pengobatan.
- Kesulitan untuk bernapas.
- Gagal jantung.
- Kematian.
Masalah medis ini tentunya perlu diwaspadai, sebab bisa sampai mengancam jiwa. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk Mengenal Lebih Jauh Pneumotoraks yang Bisa Berakibat Fatal.
Pencegahan Pneumotoraks
Bagi orang yang memiliki kondisi medis tertentu atau riwayat keluarga pneumotoraks, pencegahan paru-paru yang kolaps mungkin sulit dilakukan.
Namun, ada langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risikonya, seperti:
- Berhenti merokok dan jauhi tempat-tempat yang membuat kamu terpapar asap rokok.
- Hindari atau kurangi aktivitas yang melibatkan perubahan tekanan udara yang drastis (scuba diving dan terbang). Ikuti petunjuk pelatih atau profesional jika ingin melakukan aktivitas ini.
- Temui dokter secara teratur untuk memantau kondisi paru-paru.
Yuk, cari tahu selengkapnya, berikut ini Cara Mencegah Pneumotoraks yang Perlu Diketahui.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gejala pneumotoraks serta memiliki faktor risikonya, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Selain itu, ketika tubuh mengalami cedera terutama di area dada, kamu juga tidak boleh mengabaikannya begitu saja. Konsultasikan diri ke dokter untuk mendeteksi dini adanya masalah pada tubuh, seperti PTX.
Konsultasi dengan dokter kini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja melalui Halodoc.
Selain itu, kamu juga bisa membeli obat dan vitamin lain yang diresepkan oleh dokter melalui Toko Kesehatan Halodoc.
Tidak perlu repot-repot, tinggal order lewat aplikasi dan pesananmu akan diantar dalam waktu satu jam.
Yuk, download Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play.