Plasenta Akreta
DAFTAR ISI
- Apa Itu Plasenta Akreta?
- Penyebab Plasenta Akreta
- Faktor Risiko Plasenta Akreta
- Jenis-Jenis Plasenta Akreta
- Gejala Plasenta Akreta
- Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Plasenta Akreta
- Diagnosis Plasenta Akreta
- Pengobatan Plasenta Akreta
- Komplikasi Plasenta Akreta
- Pencegahan Plasenta Akreta
Apa Itu Plasenta Akreta?
Normalnya plasenta akan menempel pada endometrium yang merupakan salah satu lapisan dinding rahim, tepatnya pada stratum basalis.
Meski begitu, terdapat beberapa kondisi ketika plasenta menempel lebih dalam dari dinding rahim.
Kondisi ini dikenal sebagai plasenta akreta, inkreta, dan perkreta yang dibedakan berdasarkan letak dan kedalaman implantasi plasenta pada lapisan dinding rahim.
Plasenta akreta terjadi ketika plasenta menempel terlalu dalam di dinding rahim, tetapi tidak menembus otot uterus (miometrium).
Plasenta akreta menjadi bentuk kelainan implantasi plasenta yang paling banyak ditemui.
Sementara itu, plasenta inkreta terjadi ketika plasenta menempel lebih dalam ke dinding uterus dan menembus ke dalam otot uterus.
Jenis kelainan kehamilan ini menyumbang sekitar 15 persen dari semua kasus.
Lalu, plasenta perkreta merupakan kelainan kehamilan yang terjadi ketika plasenta menembus seluruh dinding uterus, dan menempel ke organ lain seperti kandung kemih.
Plasenta perkreta adalah kelainan yang paling jarang terjadi, hanya sekitar 5 persen dari semua kasus.
Penyebab Plasenta Akreta
Penyebab Plasenta akreta secara pasti tidak diketahui, tetapi diduga berkaitan dengan kejadian plasenta previa dan riwayat kelahiran caesar sebelumnya.
Plasenta akreta terjadi pada 5 persen hingga 10 persen ibu hamil dengan kondisi plasenta previa.
Faktor Risiko Plasenta Akreta
Plasenta akreta bisa terjadi pada semua ibu hamil. Namun, ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko plasenta akreta, yaitu:
- Memiliki riwayat kelahiran caesar pada kehamilan sebelumnya.
- Pernah menjalani operasi pembukaan rahim, misalnya pengangkatan miom.
- Hamil ketika berusia lebih dari 35 tahun.
- Mendapatkan kehamilan melalui bayi tabung.
- Kondisi plasenta berada di bawah rahim ketika hamil.
Jenis-Jenis Plasenta Akreta
Plasenta akreta terbagi menjadi 3 jenis yang bergantung pada seberapa dalam plasenta tersebut menempel pada rahim.
Ketiga jenis plasenta akreta tersebut, yaitu:
- Plasenta akreta. Plasenta ini menempel kuat pada dinding rahim, tetapi tidak menembus atau memengaruhi otot rahim. Jenis ini merupakan yang paling umum ditemukan.
- Plasenta inkreta. Jenis plasenta ini berada lebih dalam di dinding rahim, tetapi tetap tidak menembus dinding tersebut. Plasenta ini menempel kuat pada otot rahim. Jenis ini hanya terjadi sekitar 15 persen dari kasus plasenta akreta.
- Plasenta perkreta. Jenis ini merupakan kondisi yang paling parah karena menembus dinding rahim. Plasenta ini dapat tumbuh melalui rahim dan memengaruhi organ lain, seperti usus atau kandung kemih. Kondisi ini hanya terjadi pada 5 persen dari kasus plasenta akreta.
Gejala Plasenta Akreta
Plasenta akreta biasanya tidak menunjukkan adanya gejala selama masa kehamilan.
Meski begitu, ketika kelainan ini terjadi bersama dengan plasenta previa, gejala yang paling sering terjadi adalah perdarahan pada usia kehamilan antara 28-40 minggu atau trimester ketiga.
Hubungi Dokter Ini Jika Mengidap Gejala Plasenta Akreta
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala plasenta akreta, segera hubungi dokter kandungan di Halodoc untuk mendapat saran perawatan dan penanganan yang tepat.
Dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
- dr. Marsell Phang Sp.OG
- dr. Lucia Leonie Sp.OG
- dr. Fitria Angela Umar Sp.OG
- dr. Effendy Gunawan Sp.OG
- dr. Gracia Merryane Sp.OG
Itulah beberapa dokter yang bisa kamu hubungi untuk bantu tangani gejala plasenta akreta.
Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar kondisi kamu dapat segera ditangani dan membaik.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Plasenta Akreta
Apabila terdapat faktor risiko plasenta akreta selama kehamilan, seperti plasenta previa atau operasi rahim sebelumnya, dokter akan memeriksa implantasi plasenta bayi.
Pemeriksaan dilakukan melalui ultrasound atau MRI, dokter akan melakukan evaluasi seberapa dalam implantasi plasenta di dinding rahim.
Pengobatan Plasenta Akreta
Hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk menangani plasenta akreta setelah diagnosis.
Umumnya, dokter akan memantau kehamilan dengan tujuan memberikan jadwal persalinan yang tepat dengan metode operasi yang dapat menyelamatkan rahim.
Penting untuk mendiskusikan operasi dengan dokter jika pengidap masih ingin memiliki anak lagi.
Sayangnya, beberapa kasus plasenta akreta mungkin cukup parah sehingga perlu dilakukan histerektomi atau pengangkatan rahim.
Komplikasi Plasenta Akreta
Komplikasi plasenta akreta paling sering terjadi setelah prosedur operasi dilakukan. Adapun komplikasinya antara lain:
- Perdarahan setelah persalinan yang memicu terjadinya kerusakan organ dan sangat berbahaya.
- Bayi lahir prematur apabila plasenta akreta menimbulkan perdarahan sebelum persalinan.
- Kerusakan rahim dan organ di dekatnya.
Bila pengidap memilih untuk mempertahankan rahim setelah menjalani operasi, komplikasi sangat mungkin terjadi di kehamilan selanjutnya. Komplikasi dapat berupa plasenta akreta kambuh dan keguguran.
Selain itu, komplikasi yang mungkin terjadi pada pengidap plasenta akreta dan memutuskan untuk melakukan prosedur pengangkatan rahim atau histerektomi adalah:
- Infeksi pada luka bekas operasi.
- Alergi terhadap penggunaan obat bius.
- Munculnya penggumpalan darah.
Pencegahan Plasenta Akreta
Cukup sulit untuk mencegah terjadinya plasenta akreta, tetapi risiko terjadinya komplikasi dapat diturunkan.
Pastikan pengidap tetap melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin sehingga dokter dapat terus memantau keadaan rahim dan kondisi janin serta kesehatan ibu secara menyeluruh.