Peritonitis
DAFTAR ISI
- Apa Itu Peritonitis?
- Jenis-Jenis Peritonitis
- Penyebab Peritonitis
- Faktor Risiko Peritonitis
- Gejala Peritonitis
- Diagnosis Peritonitis
- Pengobatan Peritonitis
- Komplikasi Peritonitis
- Pencegahan Peritonitis
Apa Itu Peritonitis?
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum atau lapisan tipis di dinding bagian dalam perut. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi organ yang berada di dalam rongga perut.
Umumnya, peradangan terjadi sebagai akibat dari infeksi jamur maupun bakteri.
Pada kondisi normal, lapisan ini bersih dari kuman. Jadi, jika peradangan pada lapisan ini tidak segera mendapatkan pengobatan, akibatnya bisa fatal, karena ada banyak risiko komplikasi yang mengintai.
Jenis-Jenis Peritonitis
Berdasarkan penyebab infeksinya, peritonitis memiliki dua jenis, yaitu:
- Peritonitis primer atau spontan. Jenis ini terjadi karena infeksi jamur maupun bakteri yang langsung menyerang peritoneum.
- Peritonitis sekunder. Jenis ini terjadi karena infeksi jamur maupun bakteri yang berasal dari organ di saluran pencernaan yang memasuki peritoneum karena suatu kondisi tertentu.
Penyebab Peritonitis
Penyebab peritonitis primer yang paling umum terjadi adalah sirosis hati dengan asites atau menumpuknya cairan pada rongga perut.
Akan tetapi, ada pula kondisi lain yang dapat memicu asites, misalnya gagal ginjal atau gagal jantung.
Tak hanya itu, menjalani prosedur medis untuk mengatasi gagal ginjal, seperti prosedur cuci darah juga menjadi penyebab munculnya peritonitis primer.
Sementara itu, peritonitis sekunder umumnya muncul karena terdapat lubang atau robekan yang ada di saluran cerna.
Faktor Risiko Peritonitis
Adapun kondisi lainnya yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami peritonitis sekunder adalah:
- Mengalami cedera pada bagian perut, bisa karena tembakan atau tertusuk.
- Mengalami radang usus buntu, tukak lambung parah, atau divertikulitis.
- Tumbuhnya sel kanker pada organ atau saluran cerna, seperti kanker usus besar atau kanker hati.
- Terjadi peradangan pada organ pankreas atau pankreatitis.
- Mengidap penyakit radang panggul.
- Mengalami peradangan pada saluran cerna, seperti kondisi penyakit Crohn.
- Mengalami infeksi pada aliran darah, usus kecil, dan kantung empedu.
- Pernah menjalani tindakan bedah pada rongga perut.
- Menggunakan selang untuk membantu makan.
Selain berbagai kondisi tersebut, robekan atau lubang pada lapisan peritoneum juga dapat terbentuk akibat:
- Prosedur cuci darah untuk gagal ginjal. Terutama yang dengan memasukkan cairan ke dalam rongga perut (CAPD).
- Cedera pada perut, misalnya akibat luka tusuk atau luka tembak.
- Operasi pada rongga perut.
- Komplikasi dari penggunaan selang sonde yang langsung terpasang ke lambung.
Selain itu, Pengidap Gagal Ginjal Berisiko Lebih Besar Terserang Peritonitis. Cari tahu alasannya di artikel tersebut.
Gejala Peritonitis
Nah, gejala peritonitis yang umum terjadi adalah:
- Diare.
- Menggigil.
- Haus secara terus menerus.
- Nafsu makan menurun.
- Kelelahan.
- Rasa mual.
- Pembengkakan dan rasa nyeri pada perut.
- Demam tinggi.
- Perut terasa kembung.
- Detak jantung semakin cepat.
Diagnosis Peritonitis
Guna mendapatkan diagnosis yang lebih akurat, dokter akan menanyakan gejala dan keluhan yang terjadi sekaligus riwayat kesehatan pengidap.
Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang dengan cara memberikan tekanan pada perut yang bisa memicu munculnya rasa nyeri dan tidak nyaman.
Selanjutnya, guna memastikan diagnosis dan mengetahui potensi penyebab terjadinya penyakit ini, dokter mungkin akan merekomendasikan pengidap untuk melakukan beberapa pemeriksaan pendukung, yaitu:
- Cek hitung darah lengkap, guna mengetahui ada atau tidaknya peradangan atau infeksi.
- Cek kultur darah, guna melihat apakah bakteri sudah menyebar hingga ke aliran darah.
- Tes urine, guna mengetahui ada atau tidaknya gangguan pada organ ginjal.
- Tes pencitraan dengan CT scan pada perut atau rontgen untuk mengecek apakah ada robekan atau lubang di saluran pencernaan.
- Analisis paracentesis atau sampel cairan peritoneum untuk mengetahui apakah ada gejala peradangan atau infeksi.
Senentara itu, bagi pengidap peritoneum yang sedang menjalani prosedur CAPD, dokter akan memastikan diagnosis peritonitis dengan melakukan pengamatan terhadap warna cairan yang keluar dari peritoneum.
Pengobatan Peritonitis
Peritonitis adalah masalah kesehatan serius yang harus segera mendapatkan penanganan medis, terlebih jika pengidap juga mengalami sirosis. Itulah sebabnya penyakit ini bisa mengancam jiwa.
Pengidapnya harus melakukan perawatan medis intensif di rumah sakit.
Beberapa jenis pengobatan peritonitis yang dapat kamu jalani, yaitu:
- Memberikan obat antijamur atau antibiotik secara intravena atau infus untuk menangani infeksi dan mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
- Operasi untuk mengangkat dan menghilangkan jaringan yang telah terinfeksi, mencegah infeksi menyebar, dan menutup luka atau robek yang terjadi pada organ dalam.
- Memberikan oksigen, obat anti nyeri, dan transfusi sesuai dengan keluhan yang terjadi pada pengidapnya.
Khusus untuk pengidap yang sedang menjalani prosedur CAPD, obat akan langsung dokter berikan ke bagian peritoneum dengan cara disuntikkan melalui kateter.
Dokter juga menyarankan pengidap berhenti menjalani perawatan CAPD dan menggantinya dengan prosedur cuci darah biasa hingga sembuh.
Komplikasi Peritonitis
Apakah penyakit peritonitis berbahaya? Penyakit ini tidak boleh tidak mendapatkan penanganan, karena dapat menyebabkan infeksi pada seluruh sistem tubuh.
Akibatnya, kondisi ini dapat membahayakan nyawa seseorang karena menimbulkan banyak komplikasi serius.
Lantas, apa saja komplikasi peritonitis? Berikut ini beberapa di antaranya:
- Ensefalopati hepatik, kondisi hilangnya fungsi otak karena organ hati tak mampu menyaring zat racun di dalam darah.
- Infeksi aliran darah atau sepsis.
- Sindrom hepatorenal, kondisi gagal ginjal progresif.
- Infeksi pada seluruh tubuh yang menyebabkan gagal organ dengan mendadak.
Sedangkan komplikasi yang bisa terjadi akibat peritonitis sekunder adalah:
- Abses intra-abdomen.
- Usus gangren, yang merupakan jaringan usus mati.
- Adhesi intraperitoneal, merupakan pita jaringan fibrosa yang bergabung dengan organ perut dan dapat menyebabkan penyumbatan usus.
- Syok septik, yang ditandai dengan tekanan darah sangat rendah.
Kamu juga bisa mencari tahu lebih lanjut mengenai Bahaya Peritonitis, Cari Tahu Faktanya di artikel tersebut.
Pencegahan Peritonitis
Tindakan pencegahan yang dapat kamu lakukan adalah dengan menjaga kebersihan tangan, termasuk kuku dan sela di antara jari-jari.
Rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setelah beraktivitas dan sebelum makan.
Selain itu, pastikan untuk selalu membersihkan kulit di sekitar kateter dengan menggunakan antiseptik setiap hari.
Jangan lupa, imbangi seluruh upaya pencegahan tersebut dengan menerapkan pola hidup sehat secara keseluruhan.
Kamu juga bisa mempertimbangkan hal-hal berikut agar terhindar dari peritonitis:
- Mencari bantuan untuk mengatasi gangguan penggunaan alkohol, bila kamu khawatir mengenai asupan alkohol kamu atau berisiko terkena sirosis.
- Menggunakan kondom atau metode penghalang lainnya untuk menghindari tertular infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyebabkan radang panggul.
- Membatasi penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), yang berhubungan dengan tukak lambung.
- Mendapatkan perawatan segera bila kamu memiliki gejala radang usus buntu atau kasus usus buntu yang terdiagnosis.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera tanyakan penanganan medis pada dokter apabila kamu mengalami gejala peritonitis. Semakin cepat kondisi ini terdiagnosis dan mendapatkan penanganan, maka semakin baik. Kamu bisa berbicara dengan dokter di Halodoc✔️ sebagai langkah penanganan medis awal yang tepat.