Penyakit Autoimun
DAFTAR ISI
- Apa Itu Penyakit Autoimun?
- Apa Saja Penyebab Penyakit Autoimun?
- Faktor Risiko Penyakit Autoimun
- Gejala Penyakit Autoimun
- Diagnosis Penyakit Autoimun
- Pengobatan Penyakit Autoimun
- Pencegahan Penyakit Autoimun
- Komplikasi Penyakit Autoimun
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Penyakit Autoimun?
Penyakit autoimun merupakan penyakit yang terjadi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat dalam tubuh.
Sedangkan sistem kekebalan tubuh, seharusnya berfungsi melindungi tubuh untuk melawan penyakit dan sel jahat, seperti bakteri maupun virus. Banyak dampak yang akan timbul jika tubuh terserang autoimun.
Terdapat 80 jenis penyakit jenis ini yang menunjukkan gejala yang sama. Hal tersebut terkadang menimbulkan kesulitan untuk mendiagnosis dan menentukan jenis penyakit yang seseorang alami.
Di samping itu, beberapa penyakit ini belum dapat dokter pastikan penyebabnya.
Apa Saja Penyebab Penyakit Autoimun?
Ahli belum mengetahui secara pasti tentang penyebab autoimun. Menurut sebuah studi 2014, wanita lebih rentan mengalami penyakit autoimun daripada pria.
Sering kali penyakit berawal selama tahun-tahun subur seorang wanita, yaitu usia 15-44 tahun.
Gangguan autoimun dapat mempengaruhi hampir setiap organ dan sistem tubuh. Berikut ini beberapa jenis gangguan autoimun:
Diabetes tipe 1
Pankreas menghasilkan hormon insulin, yang membantu mengatur kadar gula darah. Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan menghancurkan sel-sel penghasil di pankreas.
Gula darah tinggi akibat diabetes tipe 1 dapat merusak pembuluh darah dan organ. Hal tersebut mencakup:
- Jantung.
- Ginjal.
- Mata.
- Saraf.
Artritis Reumatoid (RA)
Pada RA, sistem kekebalan tubuh menyerang persendian. Hal tersebut menyebabkan gejala yang mempengaruhi persendian seperti:
- Pembengkakan.
- Kehangatan.
- Rasa sakit.
- Kekuatan.
Psoriasis
Sel-sel kulit tumbuh dan kemudian rontok ketika sudah tidak kamu perlukan. Gejala Psoriasis menyebabkan sel-sel kulit berkembang biak terlalu cepat. Sel-sel ekstra menumpuk dan membentuk tambalan yang meradang.
Pada pemilik warna kulit terang, bercak mungkin tampak merah dan bersisik berwarna putih keperakan.
Pada warna kulit yang lebih gelap, psoriasis mungkin tampak keunguan atau cokelat tua dengan sisik berwarna abu-abu.
Multiple sclerosis
Jenis penyakit ini merusak lapisan pelindung yang mengelilingi sel saraf (selubung mielin) di sistem saraf pusat.
Kerusakan pada selubung mielin memperlambat kecepatan transmisi pesan antara otak dan sumsum tulang belakang ke dan dari seluruh tubuh.
Lupus
Lupus merupakan penyakit yang dapat menyerang banyak organ, di antaranya:
- Sendi.
- Ginjal.
- Otak.
- Jantung.
Penyakit addison
Penyakit addison mempengaruhi kelenjar adrenal, yang menghasilkan hormon kortisol dan aldosteron serta hormon androgen.
Terlalu sedikit kortisol dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan dan menyimpan karbohidrat dan gula.
Sementara itu, terlalu sedikit aldosteron dapat menyebabkan hilangnya natrium dan kelebihan kalium dalam aliran darah.
Penyakit graves
Jenis penyakit autoimun berikutnya yaitu penyakit graves. Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid di leher, menyebabkan kelenjar tersebut memproduksi terlalu banyak hormon.
Hormon tiroid mengontrol penggunaan energi tubuh, yang dikenal sebagai metabolisme.
Namun terlalu banyak hormon-hormon tersebut meningkatkan aktivitas tubuh, sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti:
- Detak jantung cepat (takikardia).
- Intoleransi panas.
- Penurunan berat badan yang tidak sengaja.
- Pembengkakan kelenjar tiroid (gondok).
Faktor Risiko Penyakit Autoimun
Para ahli masih belum menemukan penyebab pasti dari autoimun sampai saat ini.
Namun, terdapat beragam faktor yang menyebabkan seseorang berisiko untuk mengidap penyakit autoimun, seperti:
Genetik atau keturunan
Faktor genetik merupakan faktor risiko utama yang bisa menimbulkan penyakit autoimun.
Meski demikian, faktor ini bukan satu-satunya yang bisa memicu reaksi kekebalan tubuh.
Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang memicu timbulnya penyakit jenis ini.
Nah, faktor lingkungan mencakup paparan zat tertentu, seperti asbes, merkuri, perak, dan emas, pola hidup yang berantakan serta pola makan yang kurang sehat.
Perubahan hormon
Faktor perubahan hormon menjadi salah satu penyebab penyakit jenis ini. Seperti contohnya, penyakit autoimun sering menyerang ibu setelah melahirkan.
Hal tersebut menimbulkan asumsi bahwa perubahan hormon memiliki korelasi dengan penyakit autoimun. Misalkan ketika seorang wanita hamil, melahirkan anak, atau ketika mengalami menopause.
Infeksi
Umumnya, penyakit jenis ini sering berkaitan dengan terjadinya gejala infeksi.
Hal tersebut sebenarnya wajar karena gejala penyakit autoimun sebagian besar, dapat memburuk oleh infeksi tertentu.
Jenis kelamin
Sekitar tiga perempat orang dengan gangguan autoimun adalah wanita. Ketahui juga Penyebab Penyakit Autoimun Sering Menyerang Wanita.
Gejala Penyakit Autoimun
Seperti yang sudah tertulis sebelumnya, terdapat lebih dari 80 penyakit yang tergolong sebagai penyakit autoimun.
Di antaranya pun memiliki gejala yang sama.
Secara umum, gejala-gejala awal autoimun antara lain:
- Nyeri di sekujur tubuh. Sensasi nyeri yang membuat badan seperti tertusuk.
- Nyeri sendi. Bagian sendi yang paling sering terkena adalah sendi lutut, sendi di pergelangan tangan, punggung tangan hingga buku-buku jari. Nyeri ini terjadi di kedua sisi kiri dan kanan.
- Kelelahan. Yaitu rasa lelah berlebihan dan berkepanjangan, seperti habis berlari jauh, membuat energi tubuh seperti terkuras habis. Bahkan untuk mengangkat badan dari tempat tidur saja terasa berat.
- Timbul demam ringan. Bila orang lain memegangnya, badan akan terasa agak hangat, namun ketika diperiksa dengan termometer, suhunya masih normal (pada batas atas), sekitar 37,4–37,5 derajat Celcius.
- Rambut mengalami kerontokan parah.
- Sering terkena sariawan.
- Brain fog. Otak sewaktu-waktu terasa seperti tertutup kabut, sehingga untuk sesaat seseorang kehilangan memori, fokus, dan konsentrasi, entah sedang menulis maupun saat berbicara.
- Ruam kulit.
Selain itu, penyakit autoimun dapat memiliki gejala uniknya sendiri. Misalnya, diabetes tipe 1 menyebabkan rasa haus yang ekstrem, penurunan berat badan, dan kelelahan.
Sementara itu, penyakit autoimun psoriasis gejalanya bisa datang dan pergi. Saat gejala datang disebut flare-up, sedangkan saat gejala hilang bisa kamu sebut remisi.
Diagnosis Penyakit Autoimun
Sering kali sulit untuk mendiagnosis kondisi ini, terutama pada tahap awal dan jika banyak organ atau sistem yang terpengaruh. Tergantung pada kelainannya, metode diagnosis dapat mencakup:
- Pemeriksaan Fisik.
- Riwayat kesehatan.
- Penyakit Autoimun Bisa Kamu Ketahui dengan Cek Darah.
- Biopsi.
- Sinar-X.
Diskusikan dengan dokter tepercaya di Halodoc cara diagnosis yang tepat untuk penyakit autoimun. Yuk, klik gambar di bawah ini untuk konsultasi dengan biaya lebih terjangkau.
Pengobatan Penyakit Autoimun
Sebagian besar penyakit ini belum dapat dokter sembuhkan, tetapi gejala yang timbul bisa kamu cegah atau kontrol agar tidak timbul flare.
Pengobatan untuk menangani kondisi ini tergantung pada jenis penyakit yang seseorang idap, gejala yang muncul, dan tingkat keparahannya.
Beberapa contoh obat yang dapat kamu gunakan untuk mengobati penyakit autoimun meliputi:
- Obat penghilang rasa sakit.
- Injeksi insulin.
- Obat tidur.
- Pertukaran plasma.
- Obat anti-inflamasi
- Kortikosteroid.
- Obat untuk depresi dan kecemasa.
- Krim dan pil ruam.
- Imunoglobulin intravena.
Pencegahan Penyakit Autoimun
Meski tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit autoimun, ada beberapa langkah yang disarankan oleh para ahli untuk mengurangi risiko dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan:
1. Berolahraga secara rutin dan konsisten
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga fungsi sistem kekebalan tubuh tetap optimal. Berolahraga juga membantu mengurangi peradangan dan memperkuat respons kekebalan tubuh terhadap infeksi.
2. Berhenti merokok
Merokok diketahui dapat memicu peradangan kronis dan mengganggu fungsi normal sistem kekebalan. Menghentikan kebiasaan merokok dapat menurunkan risiko terkena berbagai kondisi kesehatan, termasuk penyakit autoimun.
3. Hindari paparan zat beracun
Zat beracun, baik dari lingkungan atau tempat kerja, dapat merusak jaringan tubuh dan menyebabkan reaksi imun yang tidak normal. Hindari paparan bahan kimia berbahaya, seperti pestisida dan logam berat, yang dapat memicu penyakit autoimun.
4. Konsumsi makanan yang sehat
Makanan yang kaya akan nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein sehat, membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Gizi yang seimbang juga mendukung fungsi tubuh secara keseluruhan.
5. Batasi makanan olahan
Makanan olahan seringkali mengandung lemak trans, gula tambahan, dan zat aditif yang dapat meningkatkan peradangan dan mengganggu fungsi kekebalan tubuh.
Mengurangi konsumsi makanan ini membantu menjaga kesehatan dan mencegah perkembangan penyakit autoimun.
Komplikasi Penyakit Autoimun
Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit autoimun dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius yang memengaruhi kualitas hidup seseorang. Berikut beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit autoimun:
1. Penyakit jantung
Peradangan kronis yang terkait dengan penyakit autoimun dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk aterosklerosis dan serangan jantung.
2. Depresi dan gangguan kecemasan
Hidup dengan penyakit kronis seringkali menyebabkan tekanan emosional dan mental. Individu dengan penyakit autoimun lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan karena dampak penyakit terhadap kualitas hidup dan ketidakpastian mengenai perkembangan penyakit.
3. Kerusakan saraf
Beberapa penyakit autoimun, seperti multiple sclerosis, secara langsung menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan kerusakan saraf yang dapat mengakibatkan masalah mobilitas, kelemahan otot, dan kehilangan fungsi sensorik.
4. Deep vein thrombosis (DVT)
Gangguan autoimun tertentu dapat meningkatkan risiko pembekuan darah abnormal, yang dikenal sebagai deep vein thrombosis. Kondisi ini berbahaya karena gumpalan darah dapat berpindah ke paru-paru dan menyebabkan emboli paru.
5. Kerusakan organ
Dalam beberapa kasus, penyakit autoimun dapat menyebabkan kerusakan organ vital seperti hati atau ginjal. Kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal organ, yang memerlukan intervensi medis yang serius, seperti dialisis atau transplantasi organ.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu atau anggota keluarga merasakan beberapa gejala seperti yang tertulis di atas yang berlangsung selama beberapa minggu atau menjadi lebih parah, segera hubungi dokter.
Dengan begitu, dokter akan memberikan rencana perawatan yang tepat dan sesuai.