Melena
Pengertian Melena
Melena merupakan suatu keadaan ketika tinja menjadi berwarna gelap atau kehitaman, yang disebabkan karena adanya perdarahan pada saluran cerna bagian atas. Saluran cerna bagian atas meliputi organ kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), hingga usus 12 jari (duodenum). Setidaknya sekitar 50 ml darah keluar dari saluran cerna saat melena terjadi.
Melena yang berlangsung secara terus menerus atau sesekali tapi dalam jumlah yang masif, dapat menimbulkan keadaan gawat darurat. Contohnya terjadinya kondisi syok akibat kekurangan cairan dalam tubuh (syok hipovolemik).
Penyebab Melena
Melena terjadi akibat perdarahan saluran cerna atas. Perdarahan saluran cerna atas umumnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
- Peradangan pada kerongkongan (esofagus)
Peradangan umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit refluks asam lambung (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD). Asam lambung yang bersifat korosif merusak jaringan pada esofagus sehingga peradangan dapat terjadi. Selain itu, peradangan dapat terjadi sebagai efek samping dari radioterapi.
- Robekan pada dinding kerongkongan (esofagus)
Umumnya terjadi pada pasien dengan sindroma Mallory-Weiss.
- Pecah varises esofagus
Varises esofagus merupakan keadaan pembuluh darah vena mengalami pelebaran oleh karena tekanan vena porta yang tinggi, sehingga rentan mengalami pecah yang menyebabkan perdarahan.
Vena porta yang tinggi sering kali terkait dengan adanya penyakit sirosis hepatis. Pecah varises esofagus sering kali disertai dengan gejala muntah darah (hematemesis)
- Perdarahan lambung dan duodenum
Perdarahan organ-organ ini umumnya disebabkan oleh karena adanya tukak (ulcer) yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah infeksi bakteri H. pylori.
- Konsumsi obat tertentu
Melena dapat terjadi akibat konsumsi obat-obatan jenis NSAID atau steroid dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, penggunaan obat pengencer dapat menjadi salah satu penyebab dan faktor risiko terjadinya melena.
Faktor Risiko Melena
Terdapat beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami melena, yaitu:
- Penyakit maag.
- Bocornya lapisan kerongkongan atau perut.
- Terdapat tumor di kerongkongan atau perut.
- Radiasi atau prosedur seperti endoskopi yang merusak gastrointestinal.
Gejala Melena
Gejala yang terlihat sangat bervariasi, tergantung pada jumlah perdarahan dan sumber pendarahan. Pendarahan yang signifikan dapat menimbulkan gejala berupa:
- Volume darah rendah.
- Anemia.
- Syok (lemah, sesak napas, kulit pucat, kedinginan, bingung, atau detak jantung yang cepat).
Jika pendarahan terjadi di usus kecil gejalanya dapat berupa:
- Sakit perut.
- Pendarahan di mulut atau kerongkongan.
- Perut terasa nyeri saat menelan.
- Gangguan pencernaan.
- Muntah darah.
Diagnosis Melena
Sebagai langkah awal, dokter akan bertanya tentang gejala yang pasien alami. Dokter juga akan menanyai pasien terkait penyakit yang baru-baru ini diidap atau obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Jika gejala mencurigakan, dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan dengan menguji darah dari sampel feses dan pemeriksaan lainnya berupa:
- Tes darah.
- Endoskopi.
- CT-scan atau X-Ray.
- Angiogram.
Pengobatan Melena
Jika terdapat tanda-tanda syok hipovolemik, maka secepatnya harus diberikan cairan pengganti melalui intravena. Persiapan transfusi darah sering kali dilakukan apabila kadar hemoglobin mencapai <7 g/dl. Selain itu, pemasangan selang makan (Nasogastric Tube/NGT) sebaiknya dilakukan agar mengalirkan perdarahan pada saluran cerna untuk dekompresi. NGT dilepas apabila produksi cairan lambung jernih atau terdapat perdarahan tapi dalam jumlah yang minimal. Bilas lambung umumnya dilakukan pada perdarahan saluran cerna yang sangat masif.
Setelah mengatasi kondisi gawat darurat, penanganan melena berikutnya bertujuan untuk menghentikan pendarahan seperti pemberian asam traneksamat dan vitamin K. Pemberian obat-obatan lambung (omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, ranitidine) diberikan pada kasus perdarahan akibat tukak. Pada kasus akibat pecah varises esofagus karena sirosis hepatis, diberikan obat-obatan antihipertensi (bisoprolol), untuk mengurangi tekanan dan pemberian somatostatin. Jika melena disebabkan karena medikamentosa maka dianjurkan untuk tidak lagi konsumsi obat-obatan tersebut.
Penanganan secara invasif tidak selalu dilakukan. Pada beberapa kasus tetap diperlukan. Tindakan tersebut antara lain untuk mencari sumber perdarahan dan menghentikan pendarahan secara langsung baik melalui ligasi, embolisasi, kauterisasi, maupun pengangkatan organ.
Komplikasi Melena
Tingkat perdarahan yang terjadi pada pengidapnya dapat ringan hingga berat dengan kemungkinan mengancam nyawa. Komplikasi melena ini umumnya disebabkan oleh luka atau peradangan pada saluran pencernaan. Berikut adalah beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai:
- Tukak Peptik
Tukak peptik atau bisul pada perut adalah salah satu komplikasi yang dapat menyebabkan melena. Hal ini adalah penyebab paling umum yang membuat seseorang mengalami perdarahan ketika buang air besar. Hal ini terjadi ketika terdapat luka yang pada lapisan perut dan bagian atas usus kecil. Kondisi ini dapat disebabkan oleh asam lambung yang merusak lapisan pencernaan dan menyebabkan luka.
- Sindrom Mallory-Weiss
Terjadi ketika terdapat luka di lapisan tabung yang menghubungkan tenggorokan ke perut atau kerongkongan. Gangguan ini dapat menyebabkan banyak pendarahan ketika terjadi. Kondisi ini paling umum terjadi pada orang yang minum alkohol secara berlebihan.
- Varises Esofagus
Gangguan ini terjadi karena vena yang abnormal dan membesar di esofagus. Kondisi ini paling sering terjadi pada orang dengan penyakit hati yang serius.
- Esofagitis
Peradangan pada esofagus atau esofagitis paling sering disebabkan oleh penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Gangguan ini dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan untuk menelan, serta keluarnya darah yang bersamaan dengan tinja.
Pencegahan Melena
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah melena yaitu:
- Jangan minum obat NSAID atau aspirin. Karena obat-obatan tersebut dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal.
- Berhenti merokok, karena nikotin dapat merusak pembuluh darah.
- Hindari atau batasi minum alkohol atau kafein. Karena keduanya dapat mengiritasi perut sehingga rusak.
- Konsumsi berbagai makanan sehat. Seperti buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak, daging tanpa lemak, ikan, dan kacang-kacangan.
- Minum air putih yang cukup.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu mengalami nyeri perut, tinja berwarna hitam dan muntah darah, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter untuk penanganan yang tepat. Untuk melakukan pemeriksaan, kamu bisa langsung membuat janji medis di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!