Megalomania
DAFTAR ISI
- Apa itu Megalomania?
- Penyebab Megalomania
- Faktor Risiko Megalomania
- Gejala Megalomania
- Hubungi Psikiater Ini Jika Memiliki Gejala Megalomania
- Diagnosis Megalomania
- Pengobatan Megalomania
- Komplikasi Megalomania
- Pencegahan Megalomania
Apa Itu Megalomania?
Secara umum megalomania diartikan sebagai gangguan konsepsi atau keyakinan diri seseorang yang dibesar-besarkan. Misalnya, tentang kepentingan, kekuatan, atau kemampuan dirinya. Keyakinan ini tidak hanya ditunjukkan dengan sikap sombong, tetapi juga bagian dari gangguan jiwa. Adapun, gangguan jiwa yang dimaksud adalah delusi keagungan yang kerap dikenal sebagai delusion of grandeur.
Kondisi ini membuat pengidap megalomania merasa yakin bahwa dirinya memiliki kekuasaan, kekayaan, kecerdasan, hingga bakat yang luar biasa. Selain itu, pendapat atau masukan yang dikatakan seseorang dengan megalomania mengenai dirinya kerap tidak masuk akal. Padahal, keyakinan dirinya yang dibesar-besarkan umumnya merupakan delusi.
Adapun, khayalan atau delusi megalomania umumnya merupakan hasil dari gangguan kesehatan mental. Namun, tidak semua orang dengan delusi memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk gangguan kesehatan mental apa pun. Banyak jenis gangguan kesehatan mental yang digolongkan sebagai gangguan psikotik dapat menyebabkan delusi. Ini termasuk:
- Skizofrenia.
- Gangguan bipolar.
- Demensia.
- Gangguan depresi mayor dengan ciri psikotik.
Gangguan psikotik dapat mengubah rasa realitas seseorang. Mereka mungkin tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.
Penyebab Megalomania
Hingga saat ini, para peneliti tidak tahu persis penyebab megalomania. Terkadang, delusi keagungan bisa menjadi gejala penyakit mental lainnya, termasuk gangguan bipolar dan skizofrenia. Delusi muluk jarang terjadi dengan sendirinya. Paling sering, seseorang juga cenderung memiliki delusi penganiayaan, kondisi terkait di mana dirinya yakin bahwa orang lain ingin menyakiti, bersekongkol melawan, atau menganiayanya.
Faktor Risiko Megalomania
Para ahli berpendapat kalau beberapa hal dapat berperan dalam gangguan delusi. Berikut di antaranya:
- Adanya riwayat penyakit mental di keluarga.
- Ketidakseimbangan bahan kimia otak yang disebut neurotransmitter.
- Mengidap gangguan kesehatan mental tertentu, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, demensia, gangguan depresi mayor dengan ciri psikotik.
- Kadar stres yang terlalu tinggi.
- Penyalahgunaan narkoba.
- Isolasi sosial atau kurangnya hubungan dekat dengan orang lain.
Gejala Megalomania
Delusi keagungan bisa sulit untuk diidentifikasi karena orang yang memilikinya percaya bahwa delusi dirinya benar. Selain itu, delusi bisa sulit dibedakan dari apa yang disebut “ide yang dinilai terlalu tinggi”, atau keyakinan yang dimiliki seseorang yang tidak sepenuhnya akurat, tetapi juga bukan delusi.
Bahkan beberapa orang sehat dapat memiliki pendapat yang terlalu tinggi tentang diri mereka sendiri. Tapi tidak seperti mereka, seseorang dengan delusi muluk yakin tak tergoyahkan bahwa delusi mereka benar. Mereka yang memiliki megalomania percaya bahwa dirinya memiliki segudang pencapaian seperti:
- Seorang multimiliuner kaya raya.
- Menemukan obat untuk kanker
- Berteman dengan para selebriti papan atas, meski sebenarnya tidak.
Gejala lain mungkin termasuk:
- Perubahan suasana hati yang sangat cepat. Pengidap megalomania mungkin mudah tersinggung, marah, atau merasa sedih.
- Halusinasi. Pengidap megalomania melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang berhubungan dengan khayalan yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, jika dirinya percaya memiliki hubungan khusus dengan Tuhan, dia mungkin mendengar suara Tuhan. Halusinasi tidak terlalu umum terjadi pada gangguan delusi, dan cenderung tidak bertahan lama.
Selain delusi, seseorang dengan kondisi ini biasanya tidak terlihat atau bertingkah laku aneh. Namun terkadang, delusi bisa menjadi cukup serius hingga menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Hubungi Psikiater Ini Jika Kamu atau Orang Terdekat Memiliki Gejala Megalomania
Jika saat ini kamu atau anggota keluarga memiliki gejala megalomania, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan tepat.
Kamu pun bisa hubungi psikiater di Halodoc untuk mendapatkan saran atau penanganan tepat.
Mereka telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut psikiater di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
- dr. Mariati Sp.KJ
- dr. Sarah Endang S. Siahaan Sp.KJ
- dr. Anastasia Kharisma Sp.KJ
- dr. Debrayat Osiana Sp.KJ
- dr. Hanny Soraya M.Ked, Sp.KJ
Itulah beberapa psikiater yang bisa kamu hubungi untuk bantu perawatan terkait megalomania. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Diagnosis Megalomania
Tidak ada tes yang dapat memastikan bahwa seseorang memiliki megalomania.
Tetapi dokter akan mengambil riwayat mental yang terperinci dan mengesampingkan penyebab medis lainnya untuk membuat diagnosis. Seseorang dapat dikatakan memiliki megalomania atau lainnya jika dirinya memenuhi kriteria berikut:
- Memiliki satu atau lebih delusi yang berlangsung sebulan atau lebih.
- Mengidap skizofrenia tetapi belum terdiagnosis.
- Menunjukkan perilaku yang aneh selain delusi.
- Pernah mengalami episode mania atau depresi yang tidak bertahan lebih lama dari periode delusi.
- Khayalan atau delusi tidak muncul dari penyalahgunaan obat-obatan, kondisi medis lain, atau gangguan mental lainnya.
Pengobatan Megalomania
Sulit mendapatkan bantuan untuk gangguan delusi karena pengidapnya mungkin tidak mengerti bahwa dirinya memiliki masalah. Selain itu, pengidap megalomania juga mungkin menolak atau kesulitan mengikuti rencana perawatan dokter. Kendati demikian, berikut adalah beberapa perawatan utama yang dapat dilakukan:
1. Pengobatan
Dokter sering meresepkan obat untuk gejala psikotik, depresi, atau untuk menstabilkan suasana hati pengidap megalomania. Tetapi penggunaan obat semata tidak akan cukup untuk mengatasi atau meredakan gejala dari kondisi.
2. Terapi Kesehatan Jiwa
Beberapa jenis terapi “berbicara” dapat membantu meringankan delusi. Salah satunya adalah dengan terapi perilaku kognitif. Terapi ini dilakukan agar pengidap gangguan mental tertentu dapat belajar mengenali dan mengubah perilaku yang tidak membantu.
3. Perawatan yang Tidak disengaja (Involuntarily)
Delusi yang parah dapat membuat seseorang dalam bahaya karena berpotensi menyakiti diri sendiri dan orang lain. Karena itu, dirinya mungkin perlu tinggal di rumah sakit atau pusat perawatan sampai stabil.
Komplikasi Megalomania
Jika tidak diobati, gangguan delusi secara umum dapat menyebabkan:
- Depresi, seringkali sebagai akibat dari kesulitan yang terkait dengan delusi.
- Isolasi sosial.
- Masalah hukum, seperti menguntit atau melecehkan orang yang terlibat dengan delusi dapat menyebabkan penangkapan.
- Menyakiti diri sendiri atau menyakiti orang lain. Ini lebih sering terjadi pada tipe pencemburu dan penganiaya.
Pencegahan Megalomania
Tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah gangguan delusi seperti megalomania. Namun, diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mengurangi gangguan pada kehidupan, keluarga, dan persahabatan seseorang.
Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar kondisi ini, segeralah hubungi dokter. Melalui aplikasi Halodoc kamu bisa tanya psikolog tepercaya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Tentunya melalui fitur chat/video call secara langsung pada aplikasinya. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2023. What Are Delusions of Grandeur?
WebMD. Diakses pada 2023. What Are Delusions of Grandeur?
American Psychology Association. Diakses pada 2023. APA Dictionary of Psychology: Megalomania.
Psych Central. Diakses pada 2023. What Is Grandiosity?
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan